Rabu, 10 Juni 2015

Tuhan Kau dimana ?

Tuhan tidak setiap saat aku mempercayaimu
Ini adalah pengakuan jujurku
Terkadang aku merasa seperti layangan putus
Yang kemungkinan besar akan ada tangan yang menangkap
Dan memastikan tidak rusak
Tetapi kemungkinan terbesarnya adalah aku jatuh, menabrak cabang pohon
Robek dan tak berguna
Terkadang aku merasa tidak bisa berjalan kedepan dan terlalu memalukan untuk mundur kebelakang
Alih-alih meminta-Mu memudahkan kehidupanku
Aku lebih sering meminta agar aku bisa tidur lebih lama
Seolah setelah aku terbangun kehidupan akan segera membaik
Mendung akan dihalau matahari dan kelabu akan digantikan oleh langit biru
Dan ketika terbangun rasaku masih tetap sama
Aku lalu merasa seperti orang yang jatuh ke sumur
Mungkin aka nada tangan yang menolongku
Tetapi kemungkinan terbesarnya adalah tidak ada orang
Yang mendengarku
Dan jika ada yang mendengarku kemungkinan lain adalah aku menariknya ke sumur
Tuhan tidak setiap saat aku bisa mempercayai-Mu
Di dalam perjalananku imanku selalu timbul tenggelam
Aku bisa melihatmu lewat matahari, angin, langit,hujan
Tetapi terkadang mataku buta
Terkadang aku mempercayaimu
Terkadang aku menganggapnya keberuntungan
Jika semua ini adalah proses, mengapa aku tidak merasakan akarku kuat?
Jika ini adalah pertumbuhan, mengapa aku merasa kerdil?




Senin, 01 Juni 2015

Dear Ade

Dear Ade

23 Februari 2015 pukul 21:58
Dear Ade,
Maaf aku menggunakan namamu. Namamu singkat dan mudah diingat. Lagipula mungkin karena kau baru saja bergabung dikontak BBM ku yang memang kuperuntukkan hanya untuk orang yang mengenalku secara personal saja, facebook sudah terlalu asing untukku. Dan lagipula (lagi)kau mengatakan merindukanku, semoga itu dari hatimu yang paling dalam.
Aku sering mengintip facebook beberapa teman (termasuk dirimu) yang sedang mengabdi di Papua. Rasanya menyenangkan melihat kalian begitu menikmati kehidupan di wilayah paling timur Indonesia.Temanku mengatakan mungkin kalian juga iri dengan beberapa orang mahasiswa Sumatra Utara yang sedang menuntut ilmu di Taiwan (Iri yang kita bicarakan adalah hal yang baik J). Aku ingin sekali ke Papua untuk mengajar dan mungkin kalian juga sangat ingin ke Taiwan untuk belajar.
            Beberapa kali aku mengutarakan keinginanku untuk ke Papua entah kepada orang tuaku,teman-teman bahkan orang asing. Aku sangat ingin kesana, entah ini karena iriatau memang niat dari hatiku. Aku selalu tertegun melihat status kalian yang memamerkan keseruan di Tanah Papua. Aku juga menyempatkan diriku untuk melihat tayangan “ Indonesia Bagus” di youtube. Ternyata ada banyak generasi muda yang sangat antusias untuk memajukan bangsa ini. Ku lihat mereka meninggalkan kenyamanan dan memulai karya nyata dengan mengajar ke daerah tertinggal di Indonesia.
            Ini juga yang memotivasiku, aku juga ingin suatu saat nanti berkesempatan untuk mengajar di daerah tertinggal. Aku juga terkadang bingung dengan kategori tertinggal. Jika kategori tertinggal adalah sekolah dengan guru yang tidak memadai maka di kampung halamanku juga akan digolongkan tertinggal. Setahuku mereka tidak memiliki guru bahasa Inggris dan fasilitas disana juga tidak memadai.
Ade kau tahu, guru disini, guru SDmereka S2, guru SMP bahasa Inggris belajar bahasa Inggris ke Amerika, walaupun bukan ke Inggris langsung tetapi itu lebih baik setidaknya orang Amerika juga native. Professor yang juga adviser-kuberkata bahwa memang ada gerakan yang mendorong anak-anak ini belajar bahasa Inggris dan pemerintah juga merekomendasikan. Walau bahasa Inggris belum terlalu familiar disini khususnya di kota tempatku tinggal tetapi setidaknya mereka sedang mengusahakan untuk memperbaiki tingkat penguasaan bahasa Inggris.Bahasa memang sangat penting. Bahasa. Menguasai banyak bahasa akan memudahkanmu diterima dikehidupan manapun.
Ade, bagaimana kabar di Papua ?
Aku tahu mungkin kau sudah mempunyai banyak cerita lucu, menyentuh, menyenangkan, mengapa tidak kau tuangkan itu kedalam tulisan? Yakinlah pasti akan banyak orang yang terinsirasi dengan kisahmu. Sebagai orang yang sudah mengenyam pendidikan memang sudah seharusnya kita membagikannya. Kalau kata professor ku dengan mengajar di tempat terpencil berarti kau sudah membuka kesempatan bagi orang lain untuk mengecap pendidikan(Aku menceritakan SM3T ini kepada profesorku). Dan kata beliau lagi, ini juga salah satu bentuk keadilan sosial.
            Ade,aku tahu mungkin akses mendapatkan informasi di Papua agak sulit tetapi tahukah kau insiden penembakan di Prancis? Kalau kau tidak tahu, aku hanya memberitahumu ada penembakan di Prancis yang menewaskan belasan orang. Aku hanya mengaitkannya berhubungan dengan tugas kita sebagai guru. Kau ajarkanlah anak-anak itu tentang kebebasan berekspresi, toleransi dan penghargaan kepada orang lain dan menjunjung tinggi hak dasar manusia : hak untuk hidup.
Aku tidak tahu apakah karena dunia sudah tanpa sekat, belakangan ini banyak kabar yang menggetarkan hati. Aku pernah menonton sebuah serial dimana seorang tuan putri bertanya kepada pengawalnya tentang “ make a wish “ sebelum pengawal menjawab tuan putri berkata, “ apakah kau berdoa untuk kedamaian dunia ? itu adalah doaorang naïf  “ si pengawal tersinggung dan berkata, “ tugasku adalah memastikan kenyamanan seseorang tentu saja aku mendoakan kedamaian dunia “. AKu tidak pernah berdoa untuk keamanan dunia,tidak pernah sekalipun karena bagiku itu terlalu tidak nyata, aku bahkan tidakbisa membayangkan dunia ini aman, aku tidak bisa membayangkannya. Sejak kecil aku membaca Koran dan tidak sekalipun aku menemukan Koran tanpa ada kabar yangmembuat hatiku bergetar. Aku bahkan besar dengan kabar mengenai perang di Afganishtan, mulai awal sampai akhir, sampai Amerika menarik pasukannya dari Afganishtan.Tetapi sepertinya aku membatasi kuasa Tuhan dan apa salahnya permintaan? Iyakan ?
Minggu kemarin seseorang membawakan doa syafaat dan berdoa untuk kedamaian di dunia dan akuterhenyak. Aku bahkan tidak bisa memikirkannya. Ku temukan diriku selama ini terlalu egois bahkan untuk urusan doa.
Aku akan berdoa untuk kedamaian dunia.Aku memikirkan bagaimana rasanya hidup di daerah konflik dan aku tidak bisa membayangkannya. Aku akan memulainya
Tentang siswamu,mungkin kau baru mengajarkan mereka mengenal huruf, angka dan hal-hal lain yang sering kita ukur dengan angka. Tetapi jangan lupa kau mengajarkan mereka mengenai karakter. Aku tahu murid-muridmu adalah anak-anak yang manis yang mencintai kedamaian. Kau pasti bangga memiliki siswa seperti mereka dan mereka bangga memanggilmu ibu guru.

Begitu ceritaku dari 3171 KM dari Medan dari sekitar
           

Que Sera


21 Januari 2015 pukul 1:31
Lagu kesukaanku adalah “ Home” dari Michael Bubble. Entah mengapa dulu setiap kali mendengar lagu itu aku selalu termotivasi untuk melangkahkan kakiku. Aku ingin tahu apakah berbeda rasanya mendengarkan lagu itu di kampung halamanku atau mendengarkannya di kejauhan,ribuan kilometer dari kampung halamanku misalnya. Aku malah ingin mendengarkanlagu itu di tepi sungai Rhein, di Jerman. Ya, ada beberapa negara yang ingin kukunjungi Jerman adalah salah satunya dan Yerusalem salah duanya, hahah. Itu adalah mimpiku, bermimpi tidak dilarang dan semuanya berawal dari mimpi.

Aku memutar lagu itu saat ini dibawakan oleh Blake Shelton. Aku berpendapat Michael Buble-lah yang paling apik membawakan lagu ini secara ini adalah lagunya. Lagu ini pernah juga dibawakan oleh Westlife dan duet blake Shelton dengan Usher, bayangkan penyanyi country dan R&B membawakan lagu “Home” ya kombinasi yang istimewa. Penyanyi Korea Selatan juga tidak ketinggalan untuk membawakan lagu ini, Bernard Park, ya diacukup berhasil terbukti aku menyukainya. Tapi versi Michael Bubble tetap nomor satu.

Aku masih ingin menulis. Aku baru sajamenyadari betapa aku tidak komitmen untuk mimpiku menulis. Aku melihat tulisan Chandra Aritonang, ya sudara jauh, teman dari SD sampai kuliah, teman satu asrama, dan aku tidak pernah tahu kalau ada potensi menulis dari dirinya. Aku tidak tahu mungkin dia ketularan bang Rinto, bang Rinto juga yang menyuruhku untuk menulis. Aku akui aku tidak bagus dalam menulis sesuatu untuk Koran yang dituntut lebih ilmiah, not my style. Tetapi kalau aku berkata seperti begini maka istilahnya atau secara tidak langsung aku berkata menulis adalah takdir.TIDAK. Berdasarkan satu buku yang aku baca menulis itu bukan takdir,  seseorang itu memang tidak memiliki bakat menulis tetapi dia bisamengasahnya dan menjadi penulis.

Aku ingin menjadi penulis. Menjadi seorang yang menciptakan dunia kecil di dunia yang bersar ini. Melahirkan anak-anak lelaki dan perempuan, menciptakan kehidupan untuk mereka, menciptakan konflik untuk mereka dan juga memberikan penyelesaian untuk mereka. Aku ingin menciptakan kehidupan yang ku inginkan dalam tokoh –tokohku. Mungkin saja aku menciptakan seorang tokoh bernama Nata, seorang mahasiswa yang bisa melawan dosennya sampai akhir, memiliki rumah yang mempunyai perpustakaan dan perpustakaannya ada jendela besar dari kaca. Dari jendela itu dia bisa melihat kolam ikan dan taman. Atau aku menciptaan tokoh lain bernama Ade yang sangat menyukai puisi Sapardi dan selalu berpendapat bahwa puisi “Aku ingin “ adalah puisi paling romantis sedunia walaupun dia tidak begitu memahami maksudnya. Atau aku menciptakan karakter seorang gadis bernama Nanas yang membutuhkan waktu 3 jam untuk merapikan lemari bukunya, menyortir kertas-kertas dan mengaturnya sedemikian rupa tetapi dalam setengah jam lemari buku itu sudah berantakan.Dia sangat pelupa dan hanya ingat maksimal 3 nomor telepon. 

Menulis membuatku bisa rileks dan bahagia, itu sebabnya aku menyukainya. Aku menulis cerita dan mengirimkannya kepada temanku. Aku menuliskan puisi dan mengirimkannya kepada temanku. Aku suka menulis kecuali menulis sms.  

Aku pernah mencoba menulis novel, aku membagikannya ke beberapa temanku, beberapa dari mereka membaca dan merespon dan beberapa tidak. Sedih. PASTI. Tetapi harusnya itu tidak menghalangiku untuk menulis. Dulu aku bisa terjaga semalaman dan mencoba berfantasi untuk mendalami tokohnya hingga mataku sakit dan harus ke dokter, dokternya bilang aku stress. WHAT?????
Seseorang itu memiliki mimpinya. Aku juga.Mimpiku sangat sederhana, aku ingin menjadi penulis, guru, petani dan aku ingin memiliki kolam ikan. WHAT AGAIN???? Ya, aku terobsesi dengan kolam ikan. Entah mengapa aku selalu ingin mempunyai kolam ikan. Saking pengennya kolam ikan aku pernah meminta ladang ke orang tuaku yang dekat dengan sumber air, tujuanku adalah agar aku bisa membuat kolam ikan. Tapi aku adalah perempuan dan perempuan tidak seharusnya meminta itu.  Oke aku akan menemukan kolam ikanku sendiri.
Pokoknya aku ingin kolam ikan.

Setiap orang itu mempunyai mimpinya tetapi tidak semua orang bisa hidup dan berjalan seperti mimpinya. Seperti diriku.Aku tidak berjalan dengan mimpiku walaupun aku sudah menjadi guru sebagai salah satu mimpiku. Guru adalah impian mamak ku tersayang. Maka dalam versi Max Lucado aku adalah orang yang menjalani mimpi orang lain. Tetapi aku sudah berdamai dengan diriku, aku akan menjadi guru dan itu sebabnya aku berada disini.
Hidupku masih lebih baik dibandingkan banyak orang diluar sana yang mungkin bahkan tidak memiliki kesempatan untuk bermimpi. Jangankan bermimpi mereka bahkan tidak punya waktu untuk tidur. Kehidupan mereka selalu siang dan terjaga, terjaga untuk waspada jangan jangan akan ada bom molotov yang mendarat persis di kaki mereka. Maka aku mencoba berdamai dengan diriku dan hidup dengan baik.


I try to write a poem, I would like to share :

Hari akan datang kemudian berganti
Malam akan menyapa dan dihalau oleh mentari pagi
Begitulah ketidakabadian
Dan kita berdiri diantaranya
Daun jatuh, bunga layu, pohon mati dan embun lenyap
Begitulah ketidakpastian
Aku dan kau didalamnya
Hari ini menggenggam dan sebentar dilepaskan
Ketidakmungkinan, keraguan, pergantian
Matahari terbit lalu terbenam
Selamanya adalah kata yang tidak bisa kita gunakan
Kita tertawa, kita diam, kita menangis,kita tersenyum
Semuanya menarik dan kita yang merasakannya
Musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur
Aku dan kau berjalan di kehidupan tanpa jaminan
Tanpa ritme dan selalu penuh kejutan
Dan untuk semua kejutan itulah kita ada


Semangat Pak Ahok


14 November 2014 pukul 21:59


            Hai pak Ahok, aku tahu ketidakmungkinanbapak membaca tulisan ini mungkin sama dengan ketidakmungkinan aku menginjakkankaki di bulan. Aku hanya menuliskannya. Bapak memang telah mencatat sejarah baru dalam pemerintahan Indonesia. Bapak adalah seorang etnis Tionghoa dimana kurang20 tahun yang lalu diperlakukan tidak adil bahkan cenderung tidak diakui di Indonesia belum lagi bapak adalah orang Kristen. Menjadi minoritas di suatu daerah mungkin menjadi kesulitan bagi bapak. Padahal kalau kami orang pribumi ini melihat bagaimana pencapaian etnis Tionghoa dalam mengharumkan bangsaIndonesia tidaklah sedikit. Rasanya kita belum bisa melupakan bahwa lagu Indonesia raya berkumandang tak kala Alan dan Susi Susanti menjadi jawara dalam olimpiade.
            Pak Ahok, sejak kecil aku suka menonton berita atau membaca Koran. Di tahun 1998-2000 menurutku adalah tahun-tahun kelam bagi bangsa kita. Aku melihat banyak kekacauan, penjarahan dan kekerasan, banyak etnis Tionghoa yang melarikan diri keluar negeri. Semuanya chaos. Aku tidak ingin sejarah itu terulang kembali.
Mengenai etnis Tinghoa, aku rasa Indonesia sudah seharusnya menerimanya sebagai salah satu etnis di Indonesia sama seperti Batak, Jawa, Sunda dan yang lainnya. Seperti aku mencintai Indonesia, aku yakin mereka yang etnis Tinghoa juga mencintai Indonesia (mungkin lebih dari yang aku lakukan).
            Aku senang ketika Pemilu tahun ini di Medan banyak etnis Tionghoa yang mencalonkan diri. Itu artinya mereka juga ingin berpatisipasi Dalam pentas politik Indonesia. Itu artinya mereka juga sudah menyadari mereka punya kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa ini. Bagiku itu adalah perkembangan yang sangat bagus untuk bangsa kita.
Pak Ahok, seandainya bangsa Indonesia memiliki lebih banyak orang seperti bapak. Menurutku bapak adalah orang yang tidak punya ambisi dan itulah sebabnya semesta mengikat bapak dalam sebuah jabatan yang prestisius. Itulah sebabnya jabatan itu yang mencintai bapak. Tidak ada yang bisa menggagalkannya walaupun mereka mengerahkan 5 juta orang.
            Pak Ahok, apakah bapak ingin menjadi presiden? Apakah bapak ingin mendengar jawabanku?
Walaupun Gusdur berkata itu mungkin bagiku itu sedikit tidak mungkin kecuali kita membungkam mulut provokator yang selalu menyuguhkan fakta-fakta yang sebenarnya bukan penghalang untuk menjadi presiden. Mereka itu adalah orang yang mengkhianati bangsa Indonesia. Dengan tidak tahu malu mereka berusaha menyeret masyarakat kita ke jaman penjajahan. Mereka adalah orang yang ingin menjadi raja– raja padahal mereka tidak memiliki karakter pemimpin yaitu melayani.
Pak Ahok, di Taiwan aku tinggal sekamar dengan orang Taiwan bernama Jean. Dia pernah berkata bahwa Yesus dan Buddha adalah teman baik.
“They are Buddy “ begitu komentar Jean membuatku tertawa.
Jean tidak mempermasalahkan ketika kami menyuruhnya membaca alkitab. Dia mengaku tahu cerita alkitab. Pernah dia menyuguhi kami film tentang Yesus dan Buddha yang tinggal bersama. Dan tidak sedikitpun kami berdua merasa keyakinan itu sebagai sesuatu yang harus kami paksakan. Jean merasa biasa saja ketika kami bernyanyi lagu Kristen. Alangkah baiknya kalau aku dan orang lain juga seperti itu. Kami berbagi cerita mengenai Yesus dan Buddha dan tidak ada hasrat untuk mempertentangkannya atau untuk memaksakannya.
Aku sangat merindukan ini di Negara kita. Kita selalu mempertanyakan Tuhan mana yang disembah. Entah itu untuk masuk TK,SD, SMP, SMA, Kuliah, bekerja. Memangnya kualitas otak seseorang ditentukan oleh agama yang dianut seseorang?
Itulah sebabnya pak Ahok, dosenku terperangah ketika ku beritahu ada keterangan agama di KTP. Mengapa kita tidak mengisi dengan sesuatu yang lebih berguna misalnya golongan darah? Jadi kalau terjadi sesuatu yang buruk bisa diselamatkan dengan cepat? (ah aku ngawur lagi)
Sangat alot dan melelahkan membicarakan agama ini, padahal tak ada satu pun agama yang mengajarkan keburukan. Kita seperti memberikan pedang kepada  Tuhan kita.
            Pak Ahok, Undang-Undang berkata bahwa untuk menjadi presiden Indonesia harus orang Indonesia asli. Bapak memenuhi persyaratan itu. Untuk itu bapak bisa menjadi calon presiden. Kalau bapak menjadi calon presiden, aku akan berkampanye untuk bapak, sepanjang bapak menjalani tugas dengan baik di Jakarta. Aku akan menjadi pendukung yang setia dan loyal.
            Pak Ahok, diluar sana banyak orang yang menggunakan nama sebagai wakil rakyat untuk mengeruk kekayaan Indonesia.Aku yakin bapak tidak seperti itu. Di luar sana masih banyak yang opportunis,aku yakin bapak tidak seperti itu. Tetap semangat pak Ahok memperbaiki Jakarta secara Jakarta adalah wajah Indonesia. Aku mendukung dan mendoakanmu walaupun bukan gubernurku.
Sekian dulu catatan ngawurku, maaf kalau ada kata-kata yang salah. Semangat Indonesia untuk yang lebih baik, damai negeriku, sejahtera penduduknya, berdaulat di mata bangsa-bangsa lain. Berdaulatlah agar aku memiliki keberanian untuk berjalan dengan tegak di negara orang.


Calon guru

Nasrani

Dear Rani :)


23 Februari 2015 pukul 22:01
Dear Rani,
Salam sayang buat mu yang berada diNegeri Tao ming Tse dari ku di ufuk paling timur Indonesia.
            Sebenarnya aku tidak begitu bisamerangkai kata untuk menjadi sebuah tulisan. Jadi jika pilihan kata yang kubuat tidak bisa memuaskan kerinduanmu akan Papua, Maafkan aku. Ini juga kutuliskan agar kau tahu bahwa aku disini baik baik saja, dan agar kau juga tidakpernah bosan mengirimiku tulisan tulisanmu. Saat ku katakan aku merindukantulisanmu, aku jujur. Apalagi tulisan tentang si “Mei”. Hahahah…. (ngakak pulakaku). Ops, oke baik ku lanjut saja.
            Seperti yang kau tahu, akuditempatkan di Kabupaten Yahukimo, distrik Dekai, Provinsi Papua. Mungkin sudahbanyak cerita yang kau dengar tentang kota ini, mengingat kak melda juga pernahditempatkan di sini. Tapi aku akan menceritakan kota ini dari sisi pandangku.
Yahukimoberasal dari kata YAli, HUpla, KImyal, dan MOmuna. Itu nama- nama suku besar dikota ini. Keadaan suhu dikota ini tidak jauh berbeda dengan medan. PANAS.Katanya suhu disini malah bisa lebih panas dari yang kami rasakan sekarang.Semoga tidak terjadi. Penduduk kota ini sangat ramah. Mereka selalu menerapkansistem 3S, Senyum, Sapa, Salam.
            Kami anak SM-3T yang ditempatkandisini ada 32 orang. Dan kami semua ditempatkan di satu distrik dan tidak disebar ke distrik terpencil. Jadi kami yang 32 orang berada dalam satu rumah.Bayangkan lah nang, betapa padatnya kami dirumah ini. Dulu sebelum ke Papua,cerita yang kami dapat bahwa di Papua air dan listrik sangat terbatas. Tapisyukurlah hal itu tidak kami alami. Kami difasilitasi sangat lengkap olehPemda. Rumah, listrik, air, peralatan memasak bahkan sampai kasur dan bantalpun diberikan. Jika sering diiklan di tivi, bahwa sumber air di Papua tidakada, itu hanya melebih - lebihkan nang. Di sini banyak kali ( sungai) yangairnya jernih.
            Kami ditempatkan di sekolah yangberbeda-beda. Aku dan 15 teman lainya (termasuk kak Lenny Sitinjak-satukampungmu-) ditempatkan di Yayasan Kristen Anugrah Dekai. Ini sekolah yang barudibuka. Sistem pendidikan yang di rancang pun masih acak adul. Disekolah ini,kami harus menjalani peran ganda. Tidak hanya sebagai guru, tapi juga sebagaipegawai tata usaha, petugas kebersihan, bahkan kami pernah diminta untukmerancang kurikulum, silabus. Tapi jangan salah, kami disini mangajar tidakmenggunakan RPP. Aneh kan. Tapi itulah yang terjadi.
            Di kota ini tidak ada angkutan umum,yang ada hanya ojek. Harganya lumayan mahal. Juga aku pribadi takut untukmencoba, melihat supirnya seram-seram… Dan karena itulah kami harus menempuhperjalanan sejauh  Km dengan berjalan kaki. Tapi terkadang adamobil blakos (belakang kosong alias PickUp) yang mau berhenti dan mengangkutkami. Mungkin kalau diMedan, aku akan malu jika naik mobil blakos. Tapi disiniaku justru sangat senang. Kadang malah kami mau melambai lambaikan tangan jikaada mobil pribadi yang lewat. Mencoba keberuntungan siapa tau pemilik mobil maumengangkut kami. Hehheheh. Disini guru sangat dihargai. Saat berpapasan, merekaakan selalu menyapa kami. Dimana mana kami selalu dipanggil “ibu guru”. Sangatsenang mendengarnya.
            Aku mengajar di SMK dengan siswaberjumlah 12 orang. Kau tau nang, sangat sulit bagiku untuk menerima kenyataanbahwa mereka dengan usia yang sudah belasan dan badan yang begitu besar masihbelum bisa membaca dan berhitung. Ada satu orang yang sudah bisa membaca tapijika ku suruh menulis dia sering mengurang atau menambah huruf dalam satukalimat. Mereka sering mengubah huruf ‘g’ jadi ‘k’, huruf ‘j’ jadi ‘y’, huruf‘b’ dan ‘p’. Alhasil aku jadi seperti guru TK. Aku tidak tau harus menyalahkansiapa. Mereka, gurunya, ayah ibunya, atau pemerintah daerah. Miris melihatmereka seperti ini. Awal pertama kali mengetahui keadaan mereka, aku sempatmerasa nyerah. Aku tidak bisa, ini terlalu berat, mereka sangat bodoh, berbagaipemikiran negatif tentang mereka memenuhi otakku. Tapi lambat laun setelahberadaptasi dengan mereka, aku mulai bisa menerima kelemahan-kelemahan mereka.Dan aku juga mulai bisa menyakinkan hatiku, bahwa aku ada disini untuk membantu,bukan mengajari mereka.
            Seperti kau yang sering melihatlihat facebook teman-teman kita, aku juga sering stalker-stalker facebookmu.Siapa tau ada tulisan baru yang kau update tanpa men tag namaku didalamnya.Hahahahah… Kau tau Ran, (aneh rasanya memanggilmu begitu – biasanya NAS-) akusangat senang saat kau mengingatku, kau mengingat aku yang sering menagih nagihtulisanmu. Aku suka membaca status-statusmu tentang kampusmu disana,profesormu, pak jokowi dan ahok yang kau idolakan, juga ulasan-ulasanpemikiranmu tentang negeri ini. Aku salut melihatmu bisa menuangkan apa yangkau pikirkan dalam bentuk kata-kata yang enak buat dibaca. Terkadang aku inginmenirumu, mencoba menuliskan apa yang kulihat, kudengar dan kurasakan. Tapi akutidak bisa.
            Kau benar, aku terkadang iri dengankalian yang ada di sana. Aku iri melihat kalian bisa mengecap pendidikan sampaike negeri orang. Aku iri melihat kalian bisa fasih berbicara dalam bahasainggris. Sementara aku, yang ku tau hanya yes no saja… hehehehehe…. Tapiterkadang aku juga sadar, semua orang punya jalannya masing-masing. Tuhan tidakpernah salah menempatkan kita kan. Yahukimo mungkin bukan kota yang pernah kuimpikan untuk tempatku mengajar. Tapi di kota ini aku belajar untuk peduliterhadap orang lain, bahwa banyak orang yang masih sangat membutuhkan sosokkita sebagai guru disini. Mereka membutuhkan bantuan kita bukan pengajaranseperti yang diberikan guru-gurunya disini.
            Tau nang, disini juga imanku pada Tuhan semakinbertumbuh. Aku menjadi aktif melayani di Gereja Katolik. Padahal di medan dulu,aku hanya formalitas jika kegereja, datang ibadah lalu pulang. Aku hanyapenikmat saja. Tapi sekarang aku ikut ambil bagian dalam pelayanan. Mungkinkarna jemaat disini sedikit dan sangat ramah-ramah. Aku betah disini. Malahsempat terpikirku, bagaimana jika suatu saat aku kembali ke kota ini. 8 bulan lagi waktuku di kota ini. Merindukan Medan,itu sudah pasti. Namun yang ku inginkan sekarang ialah tetap menikmati udaradan air kota ini, mengikuti perkembangan siswa siswaku, merasa ketakutan ataskericuhan-kericuhan yang terjadi. Karena aku yakin 8 bulan lagi, saat aku akankembali, aku pasti akan meneteskan airmata meninggalkan kota ini.
            Aku tidak tau bahwa kau memilikikerinduan yang begitu besar untuk mengabdi di pulau ini. Dengan pendidikanmuyang sudah tahap Strata dua, mungkin untuk menjadi guru hanya pekerjaan yangkecil ran, kau bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tapi jika kau ingin,dan jika panggilan untuk menjadi guru itu masih ada, datanglah kemari. Merekadisini butuh bantuan kita.
            Kau pasti bosan, atau tertawa saatmembaca tulisan ini. tah apa-apa yang dibuat si ade ini kan. Hahhhah,,maklumlah yaah masih belajar aku. kan udah kubilang di atas tadi aku gag pandemenulis. Jaga kesehatan disana yah eda. Sampaikan salamku buat teman-temandisana. Oh ya, salam juga buat profesormu.

Salamsayang eda..
Yahukimo,Papua
AdeNovelin Tarigan

Yang Tersisa dari Musim Dingin


26 Februari 2015 pukul 0:26
            Musim dingin akan berakhir. Seminggu yang lalu kami berada di Lantan (Kampus kami memiliki 4 lokasi kampus dan kami harus tinggal di asrama Lantan karena pegawai di asrama Minsyong libur imlek) untuk tinggal selama seminggu. Selama di Lantan suhu cenderung lebih hangat dan kami berpikir Februari telah mengusir musim dingin. Aku membayangkan matahari sedang dalam perjalanan ke 0 derajat dari 23½ derajat lintang selatan. Tetapi apa daya kemarin (23/2) suhu kembali turundan malam sangat dingin. Jean (teman satu kamar orang Taiwan) mengatakan bahwa musim dingin adalah ibu tiri dan sering memberikan harapan palsu.
            Musim dingin di Taiwan itu hanya menyisakan dingin dan tidak ada salju. Musim dingin minim hujan dan sinar matahari tidak berhasil membuatmu merasa hangat. Musim dingin di Chiayi yang merupakan daerah pertanian membuat angin sesukanya berhembus dan menambah dingin disini. Ketika aku mengunjungi Taipei aku malah merasa Chiayi lebih dingin walaupun Chiayi berada di Selatan Taiwan dan Taipei berada di utara Taiwan. Logikanya Taipei harus lebih dingin daripada Chiayi. Tidak ada salju yang turun di Taiwan kecuali di gunung Hehuansan dan tahun ini kami par Chiayi stambuk 2014 belum berkesempatan untuk mengunjungi daerah itu,mungkin tahun depan, AMIN.
            Diawal liburan musim dingin kami mengunjungi Chungli tepatnya kampus CYCU (Chung Yuan Christian University) untuk mengikuti pertemuan yang diadakan oleh PPSU(Persatuan Pelajar Sumatra Utara). Disana kami bertemu dengan “Founder Father”gerakan mewujudkan15.000 doktor di Sumatra Utara. Melihat beliau, saya jadi teringat ketika dia mengomentari study plan saya yang katanya ecek-ecek. Maklum saya memang tidak mengerti grammar sama sekali.Bahkan dosen saya disini pernah mengomentari grammar di laporan saya.
“You guys pretty good at speaking but not in writing..”begitu kira-kira kata beliau.
Jadi dosen saya ini menyempatkanmengajari kami grammar dan masih saja sulit untuk kami.
Kembali ke bang Mula, beliau sangatsemangat memaparkan visi dan Misi “gerakan” serta latar belakangnya dan bahkan sampai menyeret nama Soekarno, B J Habibie dan Anis Baswedan.
            Memang pendidikan sangat penting. Kebanyakan dosen saya adalah lulusan luarnegeri,  5 dosen yang mengajar di kelas semuanya adalah lulusan Phd (Doctor) dari Amerika Serikat. Mereka belajar di Amerika dan kembali untuk mengajar di Taiwan. Mungkin ilmu yang dipelajari di Taiwandengan di Indonesia sama saja tetapi cara mengajar sangat berbeda. Fasilitas yang ditawarkan di Taiwan juga sangat berbeda. Untuk mereka yang menekuni ilmu eksakta, kebanyakan mereka mengaku kewalahan dengan fasilitas di Taiwan karena tidak terbiasa di Indonesia. NCYU (National Chia Yi University) salah satu universitas negeri di kota Chia Yi. Kampus kami memiliki 4 kampus di daerah Chiayi, kampus Lantan merupakan kampus yang terluas, disamping bangunan kampus terdapat asrama, museum insect, danau dan hutan kecil. Kampus Minsyong adalah kampus tempatku belajar, kampus ini juga memiliki asrama, danau kecil dan menurutku tergolong nyaman dan akses yang lebih mudah dibandingkan kampus Lantan. Kampus ketiga adalah Xinmin dan Linsen (aku belum pernah kesana). NCYU juga memiliki sekolah afiliasi, jadi kampus kami membina sekolah di Chiayi dan sekolah yang dibina tergolong sekolah yang bagus di Chia Yi.
            Aku memang harus mengakui bahwa pendidikan di Taiwan lebih maju daripada di Indonesia. Selama aku menjadi mahasiswa tidak pernah ada dosen yang mengirimiku softcopy buku berbahasa Inggris. Advisor-ku mengirimiku softcopy dan aku tahu dia membayar untuk berlangganan disana, itulah sebabnya dia memiliki softcopy buku-buku itu. Maka sepulang ke Indonesia aku akan melakukan hal-hal baik yang kuterima disini.
            Tadi pagi aku membaca status salah satu abang stambukku yang sudah tamat dari NCYU dan kembali ke Aceh yang mengeluhkan peminjaman buku di perpustakaan di Aceh yang memperbolehkan hanya meminjam 2 buku dalam 2 minggu sedangkan disini dia bisa meminjam 20 buku dalam waktu 2 bulan. Ya, benar sekali. Di kampus ini mahasiswa bisa meminjam hingga 20 buku dalam waktu 2 bulan. Di kampus ini kami bisa menggunakanstudy room 24 jam, maka kami memang pernah tidur di study room(bukan karena sibuk mengerjakan PR, karena ingin merasakan tidur diluar saja). 
            Musim dingin sepertinya akan berakhir, mahasiswa sudah kembali ke asrama dan besok perkuliahan secara resmi akan dimulai. Enam bulan sudah aku berada di negeri Formosa ini. Jika aku kembali melihat kebelakang aku tidak pernah membayangkan akan berada di negara ini. Tanggal 31 Desember 2013 sekitar jam 23.00 WIB, aku sedang berada di rumahku disebuah desa kecil yang membutuhkan waktu 5 jam perjalanan menggunakan bus dari Medan. Saat itu aku sedang menunggu gereja HKBP dibelakang rumahku dan gereja GKPI di sebelah barat rumahku memperdengarkan lonceng pertanda hari baru di tahun yang baru telah tiba. Aku menonton televisi dan melihat ada perayaan tahun baru dengan pesta kembang di menara 101 Taipei.Saat aku melihat kemegahan di menara 101 Taipei, aku berkata aku akan berada disana di tahun berikutnya. 25 Januari lalu aku ke Taipei dan mengunjungi menara itu, rasanya menyenangkan menginjakkan kaki di tempat itu walaupun lampu-lampu dibangunan itu sudah dimatikan karena kami tiba tengah malam.Rasanya menyenangkan berkata, “ akhirnya aku disini”. Rasanya menyenangkan bisa merealisasikan mimpi-mimpi. Aku masih memiliki mimpi yang lain, aku ingin ke Papua, mengajar disana selama 1 atau 2 tahun, mengunjungi Raja Ampat, cuci muka di Sungai Rhein, mengunjungi negara yang katanya penuh kebahagiaan: Bhutan dan Tibet (Setelah menonton film Seven years in Tibet). Untuk tahun depan aku ingin mengunjungi Hehuansan, aku ingin tahu apakah aku bisa bertahan di tengah salju.Jika itu aman untukku dan hidungku, maka aku ingin melanjutkan perjalanan. Aku masih ingin bermimpi hal-hal yang mustahil karena itulah mimpi dan aku ingin merealisasikannya.
            Diawal tahun 2014 aku membaca buku “The Alchemist” yang menceritakan kisah seorang anak lelaki penggembala yang keluar dari zona nyaman hidupnya. Dia pergi setelah menjual semua domba untuk membiayai perjalanannya menemukan harta karun di Mesir. Sebuah keputusan yang sempat disesalinya karena uang hasil penjualan dombanya menghilang begitu saja ketika dia ditipu oleh orang asing. Tetapi dia tetap membulatkan hatinya untuk tetap merealisasikan mimpinya. Aku ingin seperti anak lelaki itu, memiliki mimpi dan merealisasikannya. Begitulah mimpi,dia yang membuat setiap orang berdiri dan keyakinan akan mimpi itu yang membuat setiap orang melangkah.

Hal unik yang ku pelajari dari Taiwan :
1.     Sekali 4 tahun dalam penanggalan kalender Cina mereka akan mempunyai 13 bulan dalam 1 tahun. Kalau dalampenanggalan masehi akan ada tambahan 1 hari setiap 4 tahun makan ada tambahan 1bulan dalam penanggalan Cina.
2.     Jangan memberikan hadiah sepatu, jam atau sapu tangan kepada orang Taiwan, jika memberikan sepatu maka kitamengharapkan orang yang menggunakan pergi, jika memberikan jam karena pengucapannya yang mirip dengan kematian.
3.     Angka 4 disini merupakan angka yang kurang baik karena 4 dalam bahasa mandarin adalah “Sì” yang pengucapannya mirip dengan “Sǐ”yang berarti mati.
4.     Angka 9 merupakan angka yang baik karena 9 dalam bahasa mandarin “Jiǔ” pengucapannya mirip dengan “Jiǔ” yang berarti lama, jadi orang yang berpacaran akan memberikan 99 bunga dan berharap hubungan mereka selama-lamanya.



Salam dari 231/2 derajat lintang utara,Chia Yi, Taiwan


February 24th 2015

Belajar Dari Negara Kecil Bernama Taiwan

30 Maret 2015 pukul 0:26
Taiwan benar- benar negara yang membuat siapa saja yang datang betah dengan segala kenyamanan yang ditawarkan. Taiwan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai serta berkualitas. Hal ini penulis lihat bahkan di hari pertama menginjakkan kaki di Taiwan. Di hari pertama tiba di Taiwan penulis harus tidur di bandara Internasional Taoyuan. Di bandara tersedia kamar mandi yang bersih, air siap minum, sofa yang bisa digunakan untuk tidur serta tempat men-charge perangkat elektronik seperti handphone. Perlengkapan umum yang  penulis lihat di bandara Internasional Kuala Namu yang megah masih kurang dibandingkan dengan bandara Internasional Taoyuan. Mari sejenak berkenalan dengan Taiwan.
Sarana Trasnportasi
Jangan harap melihat kesemrawutan di Taiwan walaupun professorku mengatakan bahwa di Taipei masih ada macet namun sepanjang di Taiwan penulis tidak pernah merasakan kemacetan. Jalanan di Taiwan sangat mulus dan luas. Tidak ada antrian kendaraan. Tidak ada klakson di jalanan. Tidak ada kendaraan yang saling menyalip dan tentunya jalanan di Taiwan bersih. Taiwan juga sangat ramah terhadap pengendara sepeda dan pejalan kaki. Jalan dibagi menjadi tiga jalur yakni jalur mobil, sepeda motor dan sepeda. Dan lagi-lagi kedisiplinan warga Taiwan sangat pantas diacungi jempol. Bayangkan saja hanya garis putih yang membatasi setiap jalur tetapi setiap pengendara menghormati hak masing – masing dan tidak ada mobil yang melintasi jalur sepeda motor atau sebaliknya. Coba bandingkan dengan yang terjadi di Jakarta, mobil, sepeda motor bahkan penduduk sendiri sering melintasi jalur transjakarta yang notabene memang hanya diperuntukkan bagi bus transjakarta, alhasil tindakan ini sampai menelan korban nyawa.
Taiwan menyediakan berbagai sarana transportasi umum seperti bus dan kereta api. Bus yang disediakan adalah bus yang bersih dan nyaman untuk digunakan. Tidak pernah penulis menemukan ada penumpang yang berdesakan di bus. Ini karena pemerintah Taiwan menyediakan bus yang sesuai dengan jumlah penduduk. Selain itu Taiwan juga menyediakan kereta api dan tidak ada penumpang yang berdesakan di kereta api. Lagi-lagi Taiwan sangat memanjakan warganya.
Taiwan sangat ramah terhadap kaum berkebutuhan khusus
Ya. Taiwan sangat peduli terhadap warganya baik lansia maupun difabel. Di kereta api akan ditemukan priority seat yang diperuntukkan bagi penumpang yang membutuhkan perhatian khusus seperti wanita hamil, lansia, buta dan lainnya. Dan tak sedikit warga yang sangat peduli dengan orang-orang berkebutuhan khusus. Bahkan walaupun tidak ada yang menggunakan “ priority seat “ ada beberapa warga yang tidak mau duduk di priority seat dan memilih berdiri di kereta api. Sebuah sikap yang patut ditiru dari masyarakat Taiwan.
Masih di kereta api, petugas kereta api sangat bertanggungjawab dan berdedikasi terhadap tugasnya. Petugas dengan sigap mengantarkan penumpang buta atau membantu pengguna kursi roda. Jadi di Taiwan akan biasa rasanya melihat pengguna kursi roda atau kaum difabel lain yang beraktifitas sendiri tanpa takut kesulitan. Itu karena Taiwan memperlakukan kaum difabel dan orang berkebutuhan khusus lainnya dengan baik.
Di lift, kita juga akan mudah menjumpai tombol yang disesuaikan dengan pengguna kursi roda, sehingga memudahkan mereka menggunakan lift ketika tidak ada yang mendampingi. Selain itu di Taiwan tersedia kendaraan yang diperuntukkan bagi orang yang kesulitan berjalan, kendaraan mirip sepeda motor tetapi didesain sedemikian rupa sehingga nyaman di gunakan dan aman. Maka kekurangan fisik tidak pernah menjadi hambatan bagi masyarakat Taiwan untuk beraktivitas seperti orang normal lainnya.
Bagaimana dengan pendidikan Taiwan ???
Pendidikan di Taiwan banyak mengadaptasi sistem pendidikan Amerika Serikat. Taiwan menggunakan kurikulum yang tidak berubah lebih dari 10 tahun yang lalu. Bayangkan dengan berapa kali kurikulum di Indonesia berubah dalam 10 tahun ini. Dosen penulis berpendapat bahwa perubahan kurikulum akan memberikan dampak yang serius bukan saja bagi siswa tetapi juga bagi guru. Memang benar bahwa perubahan kurikulum seharusnya dipikirkan secara matang. Hal ini karena baik guru maupun siswa memerlukan waktu yang relatif lama untuk beradaptasi dengan kurikulum yang baru. Belum lagi menyediakan sarana dan prasarana penunjang diterapkannya kurikulum yang baru seperti buku.
Taiwan memiliki banyak universitas baik negeri maupun swasta. Fasilitas pendidikan di Taiwan juga sangat bagus. Di kampus tempat penulis menuntut ilmu, universitas menyediakan banyak fasilitas umum seperti perpustakaan, sarana olahraga, asrama dan juga sarana rekreasi seperti kolam dengan taman yang bisa dipergunakan untuk rekreasi dari kepenatan belajar. Perpustakaan di kampus menyediakan banyak tempat untuk belajar. Bahkan study room bisa digunakan selama 24 jam. Jadi hal yang umum di kampus ini melihat mahasiswa masih berada di perpustakaan diatas jam 12 malam. Kampus juga menyediakan air minum, lampu belajar dan tentunya meja belajar. Fasilitas sederhana namun mampu memotivasi mahasiswa untuk belajar.
Taiwan adalah negara kecil yang bahkan masih kalah dengan luas Pulau Bali. Namun seperti pepatah yang mengatakan kecil – kecil cabe rawit, biar kecil tetapi menggigit. Taiwan adalah cabe rawit bagi benua Asia. Walaupun kecil namun bisa memberikan pengaruhnya bagi dunia luar. Mungkin Indonesia bisa belajar dari negara kecil bernama Taiwan. Tidak ada salahnya belajar dari “ adik-adik” bukan ? Aku sangat berharap Indonesia bisa mengadaptasi hal-hal baik dari Pulau Formosa ini. Semoga.