Selasa, 11 September 2012

ternyata hidupku " luar biasa"

 Hari ini, tepatnya sore ini, saat aku sedang menyetrika, tiba – tiba aku teringat masa – masa yang sebenarnya tidak ingin ku ingat (sebagian....)
Aku bersekolah di Sidikalang, sebenarnya itu adalah karena alasan berikut :
1.  Orang tuaku tidak ingin menyekolahkan aku disekolah negeri, beliau berpendapat bahwa sekolah negeri itu tidak bagus dan gurunya hanya makan gaji aja, (aku meragukan alasan ini karena, abangku waktu SMA disekolahkan di sekolah negeri, aku juga SMA di sekolah negeri dan adikku SMP disekolah negeri, mungkin bapakku hanya sakit hati aja waktu abangku ditolak di SMP negeri karena nilainya tidak cukup...) DAN AKU JELAS JELAS TIDAK MAU SEKOLAH SWASTA DI TIGA LINGGA... OH NO AND BIG NO
2.  Ortuku tidak mempunyai uang untuk ongkos ku setiap hari, aku sudah pernah cerita kan kalo ekonomi keluarga ku dulu resesi dan bahkan ambruk..? itu adalah masa – masa yang buruk. BENER – BENER BURUK
Aku masih mengingat saat pertama kali aku meninggalkan rumah, karena ortuku tidak mau atau tepatnya tidak mampu untuk menyekolahkan ku, maka beliau mengirimku kerumah salah satu rekannya, rekannya itu berjanji akan mengurus keperluan sekolah ku and my parents will pay it later.. 
Dan ortuku pun mengirimkan ku kerumah rekannya itu untuk training, aku masih mengingat aku pergi hari kamis, dan sesampainya disana aku merasakan kesepian yang SANGAT.BENER BENER KESEPIAN. I JUST WANNA GO HOME.
Aku sedih, tapi untungnya aku mempunyai teman, sebayaku, setidaknya aku mempunyai teman.
Setelah seminggu aku balik dan ortuku nanya, “ gimana mau sekolah disini ?? “
Finally, aku sekolah di Sidikalang, di SMP santo Paulus. Aku tidak pernah menyangka bahwa SEMUA AKAN SEMAKIN SULIT UNTUKKU. ORANG HANYA BISA RAMAH DAN BAIK DALAM HITUNGAN WAKTU.
Aku menjalani kehidupanku yang semakin menyedihkan, no friends, no love, aku merasa tidak ada yang peduli. Ortu ku ???? aku bahkan tidak mendengar kabar dari mereka selama 2 bulan, lagipula waktu itu kan alat komunikasi belum ada seperti saat sekarang ini dan aku semakin cemas, sering aku berpikiran kalo ortuku sakit atau bahkan sudah meninggal. Aku benar – benar menjalani hidup yang menyedihkan. Dan parahnya lagi hubunganku dengan anak ibu kosku itu bener – bener buruk. Aku tidak ingin menuliskan apa saja yang buruk, tetapi semua yang ada di sinetron itu memang benar, mereka bahkan memperlakukan ku sebagai pembantu. A HOUSEMAID. Aku mengerjakan pekerjaan rumah tangga, aku baru 12 tahun, hidup sendiri, bekerja, DAN ITU MEMBUATKU MERASA RENDAH DIRI.  Aku terkadang disuruh pergi membeli sesuatu dan waktu itu rumah kos ku jauh dari keramaian, deket sama kuburan umum, dan aku ADALAH SEORANG PENAKUT.
AKU NGGAK PERNAH CERITA SAMA ORTUKU, UNTIL NOW, entah kenapa, aku berpikir aku tidak perlu memberitahu nya, hanya aku yang tahu.
Untungnya Tuhan sangat baik, Tuhan memberikanku seorang sahabat, sahabat baik, hingga aku tidak perlu merasa sangat sakit.
Selain itu aku juga menghibur diriku, setiap sore, saat semua penghuni rumah entah kemana, maka aku akan duduk diteras, diteras yang menghadap ke ilalang yang tinggi, dan aku akan bernyanyi..
“ bapa surgawi ajarku mengenal betapa dalamnya kasih Mu...
Semua yang terjadi didalam hidupku ajarku menyadari Kau selalu sertaku, dihatiku selalu bersyukur kepada Mu karena rencana Mu indah bagiku...”


Ya hanya Tuhan yang dekat denganku, hanya Dia yang akan melihat, tetapi waktu itu aku belum sadar bahwa segala sesuatu TUHAN yang mengatur, Dia menempatkan ku dimanapun, DIA YANG TAHU SEMUA YANG TERBAIK UNTUKKU. tidak ada yang terjadi secara kebetulan dan tidak ada yang terjadi karena KESALAHAN. SEMUANYA KARENA RENCANANYA
Ya... itu yang menjadi penghiburanku, aku merasa sangat dekat dengan Tuhan, ketika aku duduk diantara ilalang itu, aku terkadang menangis, bukan terkadang lagi, AKU MEMANG SELALU MENANGIS, BUKAN AKU CENGENG, TAPI AKU MASIH TERLALU KECIL WAKTU ITU, aku memikul beban yang seharusnya tidak ku pikul. Aku melakukan pekerjaan yang tubuhku belum bisa lakukan.
Ha... ada satu tempat lagi yang menjadi tempatku sering merenung, di sawah, saat aku mencuci pakaian, satu tel, sekarang aku mengerti mengapa aku sering terlalu cepat lelah, hahhh aku sudah menghabiskan tenaga ku saat aku berusia 12 tahun.
Masa SMA...
Aku tinggal dengan tante ku, pariban bapakku, disini juga aku merasa tidak nyaman, sama aja perlakuan yang kudapat, dan AKU MENGALAMI KRISIS DALAM HIDUPKU. Mungkin itu sebabnya aku menjadi orang yang buruk.
Disekolah juga sama saja, bahkan ada teman yang menolak satu kelompok denganku, aku melihat bahwa aku berada dikumpulan orang – orang malang, yang dijauhi waktu pembagian kelompok belajar. Tadinya aku berharap itu hanya ada di reality show, ternyata ada juga di REAL LIFE.
Anak tanteku itu juga sama saja, dia memanggilku pembantu, HAAHHHH...
Dan satu masalah pun terjadi, aku memutuskan untuk pergi dari rumah tanteku, tanpa memberitahu ortuku, aku bahkan merasa sangat sakit hati kepada siapapun bahkan kepada ortuku. I WAS HURT.
Aku pindah kesebuah tempat, disini lebih baik, YA SETIDAKNYA DISINI AKU AKAN DIPERLAKUKAN SEBAGAI MANUSIA SEUTUHNYA, BUKAN SEBAGAI PEMBANTU. SETIDAKNYA DISINI AKU BISA MEMPERBAIKU HIDUPKU.
Tetapi satu masalah yang sebenarnya sudah mengakar dalam hidupku adalah aku cenderung merasa rendah diri, aku cenderung merasa tidak dianggap. Dan bagiku itu adalah rasa yang sangat PAHIT.
AKU butuh didengarkan. Aku ingin membuktikan diriku. Tetapi sampai saat ini, ku rasa belum ada pembuktian diriku, terkadang aku berpikir apakah ini takdirku atau memang aku yang membuat tadirku seperti ini. 
Kata – kata klasik yang sering ku dengar,,, “ semua akan indah pada waktunya, tidak ada yang kebetulan, mungkin Tuhan mempunyai rencana yang indah...” 
Ya... aku harus berubah, AKU HARUS MEMPERCAYAKAN MASA DEPANKU, SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTU NYA, TUHAN TELAH MEMBENTUKKU SEJAK AWAL, JIKA SAJA AKU TIDAK DIBENTUK SEJAK USIA 12 TAHUN, ENTAH DIMANA AKU SAAT INI. Andai saja aku tidak dipertemukan dengan orang – orang yang kejam maka saat ini aku tidak akan mampu menghadapi orang – orang yang bahkan lebih kejam dari itu. Jika saja orang tua ku tidak mengirimku keluar dari zona nyaman maka pikiranku tidak akan terbuka.
JIKA SAJA AKU TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG – ORANG YANG MENGAGUMKAN SAAT AKU SMA, MUNGKIN MIMPIKU AKAN SEDERHANA, MUNGKIN AKU AKAN MENJADI ORANG DENGAN MIMPI YANG KEBANYAKAN. TIDAK. AKU TIDAK SEPERTI ITU SEKARANG, AKU MEMIMPIKAN HAL YANG LEBIH BESAR DARI YANG BISA KU BAYANGKAN. 

Andaikan hidupku hanya berada di jalur aman saja, maka persepsi ku tentang kegagalan tidak akan berubah. Jika saja Tuhan tidak menempatkanku di lingkungan yang keras maka hiduku akan lembek, mudah putus asa. TIDAK. SEKARANG AKU TIDAK TAKUT, AKU TIDAK TAKUT DENGAN HARI ESOK, NILAI E, KELULUSAN, DOSEN, PENJAGA PERPUS, ATAU APAPUN...
HIDUP HANYA SEKALI... HIDUP HANYA SEKALI, I’LL DO AND GIVE MY BEST.. 

Terima kasih sudah menempatkan ku dilingkungan yang belum ku kenal, setidaknya hidupku lebih berwarna, aku merasa sangat kuat, sudah banyak yang ku lewati. Terima kasih, lagi pula ada satu yang selalu bersamaku TUHAN TIDAK PERNAH MELEPASKAN TANGANKU, SEBERAT APAPUN ,SESAKIT APAPUN, DIA SELALU BERSAMAKU.


Ini ayat yang menjadi pegangan hidupku....

Sebab AKU ini mengetahu rancangan – rancangan apa yang ada pada Ku mengenai kamu, demikianlah firma TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. YEREMIA 29 : 11 

Ya aku percaya segala sesuatu yang dirancangkan TUHAN untukku adalah hal yang baik. Tidak akan ada kekecewaan, aku tahu tidak akan ada kekecewaan dihidupku jika aku benar benar percaya, berharap dan mengimaninya.

masih banyak yang ingin ku tuliskan tentang hidupku, tidak ada yang perlu disesali, kini aku hanya mengenangnya dan tersenyum, " AKHHHH AKU PERNAH HIDUP SEKERAS ITU....

Freedom and Dreams

Catatanku di akhir semester..

“ Ketika masa depan mengejar kita,Hei nikmati setiap peristiwa, Hidup merdeka dalam setiap peristiwa...”3 idiots
Aku menemukan definisi yang menarik tentang kemerdekaan beberapa tahun yang lalu dalam sebuah film India yang dibintangi Aamir Khan dan Kareena Kapoor, 3 idiots. Film itu cukup bahkan sangat bagus menurutku. Dalam sebuah lagu difilm itu dikatakan “ jadilah manusia yang merdeka dalam setiap peristiwa”. Entah  mengapa kata – kata itu begitu menyihirku. Benar – benar sangat menginspirasiku. Membuatku bersemangat menyandang status mahasiswaku.
Menjadi manusia yang merdeka, merdeka, MERDEKA DALAM SETIAP PERISTIWA . Itu sangat mengagumkan menurutku.
Merdekalah dalam menentukan masa depanmu, merdeka menentukan makanan yang ingin kau makan, merdeka dalam menentukan apa yang kamu mau, merdekalah dari intervensi orang lain. Banyak orang yang tidak merdeka didunia ini. Bahkan Indonesia sebagai negara yang sudah merdeka pun belum “merdeka”.
Indonesia tidak merdeka dari gangguan Malaysia yang selalu cari gara – gara dan berbuat seenaknya saja, Indonesia tidak merdeka dari serbuan produk asing yang menguasai pasar Indonesia tanpa terbendung, indonesia masih belum merdeka dari istilah – istilah asing yang sebentar lagi mungkin akan menggeser posisi bahasa Indonesia karena kita lebih suka menggunakan kata.. cool.. dari pada Keren, Indonesia tidak merdeka dari alam bahkan Indonesia tidak merdeka dari kelakuan anak – anaknya sendiri baik itu korupsi maupun tindakan anarkis ormas – ormas yang bahkan bisa menentukan apakah Lady Gaga bisa konser di Indonesia atau tidak.
    Kembali ke film 3 idiots, tokoh Ranchodas Samaldas Chancad, atau dipanggil Rancho adalah tokoh yang ku kagumi meski diriku ku temukan dalam diri Chatur Ramalinggam. Rancho adalah orang yang merdeka, ketika orang lain berebut untuk mendapatkan pena profesor, dimana pena tersebut dibuat dengan menghabiskan jutaan dollar agar bisa digunakan diruang angkasa, maka tanpa takut dia bertanya, “ mengapa tidak menggunakan pensil saja..bukankah itu menghemat jutaan dollar ?
Rancho adalah orang yang merdeka sehingga dia bisa menikmati ilmu, sehingga otaknya tidak terdiri dari kumpulan teori – teori dalam buku. Pikirannya tidak dipenuhi kata – kata orang lain yang belum tentu benar. Rancho adalah orang yang merdeka sehingga dia menentang kebijakan sang rektor yang memperlakukan muridnya seperti mesin yang akan dipekerjakan di USA dan itu dianggap suatu pencapaian yang mengagumkan.
Rancho adalah orang yang merdeka sehingga dia berani menentang seniornya yang mengubah ospek menjadi ajang yang memalukan maka Rancho menghadiahinya aplikasi fisika dasar sehingga dia tersengat listrik.
Maka ku pastikan skripsi Rancho bukan kumpulan teori – teori para ahli, bukan jiplakan – jiplakan dari buku tanpa bisa membuat teori tersendiri. Bukan pula skripsi itu dianggapnya sebagai beban melainkan sebuah karya ilmiah kenang – kenangan untuk universitasnya siapa tahu bisa dijadikan referensi oleh dosen.
 Aku tidak menikmati ilmu seperti yang dilakukan oleh Rancho. Aku malah menganggapnya sebagai beban. Maka ketika ujian tiba aku hanya menghafal dan berharap ujian kali ini akan open book atau take home. Dan bahkan lebih baik lagi kalau tidak dilakukan ujian, memang itu yang ku inginkan, ya itu yang sangat ku inginkan. Terkadang aku mempertanyakan mengapa aku seperti ini ?
Mungkinkah aku seperti Farhan, yang mencintai dunia fotografi tetapi menikahi mesin – mesin. Aku mencintai biologi dan sejarah, dan tergila – gila dengan tulisan namun aku terdampar didunia ekonomi. Dimana aku diharuskan menghitung uang – uang yang tidak tampak, uang – uang yang tidak pernah ku pegang. Dimana aku diharuskan memperkirakan utang, piutang dan keuntungan atau kerugian orang lain.
    Atau mungkinkah aku seperti Raju Rastogi yang menjalani hidup dengan penuh ketakutan. Takut kepada setiap hal, takut kepada hari esok, takut kepada pemegang nilai dan takut kepada tugas akhir. Orang yang menganggap Tuhan akan memberikan kemudahan dalam hidupnya dengan menggunakan berbagai macam jimat, dengan menyuap Tuhan beberapa dollar atu rupiah dengan berkata, “ Tuhan aku akan menambah persembahanku jika Engkau meluluskanku di mata kuliah ini..”. Hei... apakah Tuhan terlalu miskin untuk termakan suap mu?
Suatu hari temanku menyarankan agar aku bernegosiasi dengan dosen, karena ada secuil masalah dikampus, namun ku katakan,” manusia mungkin memegang kendali atas satu sisi dalam kehidupanku namun Tuhan yang memegang segalanya didunia ini termasuk kehidupan dam masa depanku “.
Namun aku juga tidak yakin dengan kata – kataku itu, aku masih tidak yakin dan aku sangat takut. Tetapi apapun itu aku tidak ingin melakukannya, sebagian karena aku merasa malu untuk melakukannya dan bagian yang terbesar adalah karena wajah orang tuaku selalu melintas didalam pikiranku ketika aku memikirkannya sedangkan bagian terkecil adalah, karena itu dosa KAWAN. Bukankah itu adalah praktik dasar korupsi, koruptor mengawalinya kenakalannya dari sana.
    Tetapi seberat apapun masalah didepan sana, sama seperti apa yang tertulis di Kitab Suci, “ Tuhan tidak akan memberikan ular ketika kamu meminta ikan, Dia tidak akan memberikan masa depan yang suram ketika kamu meminta masa depan yang baik, dan tentunya kamu harus membangunnya..”
    Kata Rancho, just say all is well, semua akan baik baik saja. Orang seperti apapun akan tetap dikenang didunia ini. Yang pasti orang yang melakukan semuanya dengan benar akan dikenang juga, orang yang melakukan semuanya dengan baik akan mendapat yang terbaik. Hidup ini masih menggunakan hukum tabur tuai atau hukum karma menurut versi orang lain.
Jalani saja dan lakukan yang terbaik. Setinggi apapun mimpimu lakukan dengan baik dan benar. Kata Agnes Monica di Indonesian Idol, “ mimpi membuat kamu ingin melangkah, namun iman yang membuat kamu tetap berjalan...”
Sekarang kita mungkin menjadi pihak yang selalu kalah, menjadi underdog, but someday somehow.. underdog bisa menjadi upperdog..... atau superdog. Seperti Denmark yang selalu dikatakan underdog, pihak yang paling lemah di grup B yang justru mengalahkan Belanda, si runner up piala dunia 2010 di pertandingan perdana, mengejutkan. Aku juga ingin seperti itu.
Jadi yang ingin ku katakan adalah merdeka lah, hanya orang yang merdeka yang tahu bagaimana rasanya hidup, bagaimana bahagiannya ketika pagi datang, betapa bergairahnya saat matahari membakar kulit dan betapa indahnya saat matahari terbenam. Hanya orang merdeka yang bisa merasakan esensi dari setiap hal. Merdekalah seperti Soe Hok Gie juga merdeka..............
    Aku juga memang belum merdeka, sama sekali belum merdeka. Tetapi setiap hari aku berusaha untuk merdeka dalam setiap peristiwa. Hari ini aku menemukan satu orang yang sudah merdeka dalam kehidupannya. Hari ini dia membuktikan bahwa dirinya sudah merdeka, merdeka sebagai mahasiswa yang bebas menentukan jalannya, bebas mengemukakan pendapatnya dan bebas dari intervensi orang lain. Dia menginspirasiku, dia memberikan aku semangat ketika aku mendapatkan hal terburuk dalam dunia mahasiswa. Congratulation brother..orang seperti anda yang dibutuhkan didunia ini.
For bg F.... dari Filadelpia small group...
Friday, June 9th 2012... ku tuliskan ini ketika ujian.. soalnya membingungkan...tidak tahu harus bagaimana. say... surrender.. but the fact... give up.....Semangat menyambut ppl.

superfourwoman

Superfourwoman

Semester satu sudah dimulai, perkuliahan secara resmi sudah mulai. Sabtu pagi, saatnya perkuliahan matematika ekonomi. Dosen kami kali ini adalah seorang lelaki muda yang mempunyai nama perempuan tetapi dia adalah salah satu dosen yang paling ganteng di Fakultasku. Lagipula dia sangat menginspirasiku untuk menjadi backpaker, dosen ini bercita cita mengelilingi Eropa dengan cara yang sama seperti yang pernah dilakukan Andrea Hirata.
 Pagi ini aku duduk di urutan kedua, didepanku duduk seorang mahasiswi gemuk, rambutnya yang lurus seperti jarum ditanganya ada novel Stephanie Meyer, Twilight. Dia kelihatannya sangat menekuni novel itu. Tentang vampire ganteng yang jatuh cinta kepada manusia. Vampire tetap saja vampire.
Aku pernah memikirkan, tepatnya aku pernah menempatkan diriku sebagai Bella Swan, dan aku menyimpulkan bahwa aku tidak akan mau menjadi Bella Swan, menjadi kekasih Edward Cullen yang notabene adalah seorang Vampir. Love is blind, mungkin itu benar, namun Vampir tetap saja vampir. I just fall in love to 100% human.
“ suka novel ? “ tanyaku dia mengangguk, tersenyum. Kami lalu berkenalan dan bercerita tentang novel. Aku memang suka membaca novel. Tetapi tidak ada spesifikasi novel yang ku sukai. Seperti novel fiksi atau non fiksi. Sihir atau cinta – cintaan. Aku bisa suka keduanya dan tentunya aku juga bisa tidak suka keduanya.
Dia sangat menyukai novel Harry Potter dan serial Twilight. Aku sama sekali tidak tertarik dengan novel dengan cerita supranatural seperti itu kecuali Narnia yang sempat ku baca beberapa serial ketika SMA. Bahkan menonton film nya pun aku tidak tertarik. Untuk Twilight aku hanya menyukai original soundtrack-nya saja, a thousand years yang dibawakan dengan sangat manis oleh Christina Perri.
I have tired everday waiting for you, darling don’t be afraid i have loved you for a thousand years, i love you for a thousand more..

Walau lagunya agak lebai, masa ada orang yang mencintai 1000 tahun, Tuhan aja bilang umur manusia Cuma 70-80 tahun aja (Mazmur...)
    Itulah awal perkenalanku dengan 3 orang sahabatku. Mereka orang – orang yang cerdas. Banyak hal- hal menyenangkan yang ku alami bersama mereka. Kami biasa pulang bersama dan menghabiskan sore dengan menonton dorama Korea. Kami juga memasak mie dan dicampurkan dengan nasi, aku menyebutnya bulgogi, padahal makanan yang kami makan itu tidak ada mirip – miripnya dengan bulgogi dan mereka setuju saja.
    Aku bisa melanjutkan hidupku, mereka membuatku lebih banyak bicara. Mereka pintar. Kebiasaan kami adalah menelepon dosen untuk memastikan dosen itu masuk atau tidak. Dan juga meminta libur. Memang kami adalah mahasiswa kurang ajar yang berani meminta libur kepada dosen. Hanya kami yang berani melakukan itu. Salah satu dari kami memang pintar dia bahkan pernah mengajari dosen, dia mendapat nilai A bahkan sebelum ujian. MANTAP.
    Bersama mereka aku melakukan hal – hal yang selama ini agak takut melakukannya, aku pernah menuliskan di kertas ujianku, “ pak aku nggak tahu jawabannya, bahan ujian dan bahan yang ku pelajari berbeda...”
Kami juga orang – orang yang kurang ajar yang akan merendam tisu kedalam kuah bakso yang tersisa. Selain itu kami juga pernah mengirmkan pesan singkat kepada PKK, “ Bang, kalau dalam 5 menit tidak sampai ke sekret kami pulang.”. ini memang usulku tetapi aku hanya bercanda, sayangnya temanku salah menanggapi, dia benar benar mengirimkan pesan seperti itu. Dan abang PKK ku datang dengan wajah kesal.
    Saat sore kami pernah menghabiskan waktu dengan duduk disebuah jembatan layang, sambil menikmati jagung bakar. Aku lebih asyik memperhatikan mobil yang lewat sedangkan sahabatku yang lain menyibukkan dirinya dengan berfoto ria. Disini aku memikirkan hidupku, ya.. waktu juga yang akan menjawab semua. Waktu yang menjawab aku bisa menjalani kehidupan dengan baik. Aku bisa menikmati setiap hari, aku bisa tersenyum dan aku bisa bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan.
    Sore itu aku sedang mengikuti mata kuliah umum di Fakultas Ilmu sosial. Mengapa aku mengikuti kuliah di Fakultas Ilmu Sosial. Ya.. ada suatu fenomen aneh di kampusku. Mahasiswa fakultasku  adalah yang terbanyak jumlahnya namun memiliki gedung yang amat sedikit. Maka tingkat mobilitas kamilah yang paling tinggi. Jam 8 di gedung lama, jam 10 digedung baru yang berjarak sangat jauh dan kadang – kadang kami terlempar ke FIS. Aku berharap ketika mata kuliah bahasa Indonesia pihak universitas tidak mengirimku ke Fakultas Bahasa.
Dosen belum datang, disela – sela kebosananku menunggu dosen yang tak kunjung datang, aku memutuskan berjalan – jalan disekitar kelasku. Ternyata hanya satu spasi dari kelasku, ada kelas yang sedang ujian. Melangkah. Melangkah lagi. Dan lagi.
Tepat beberapa langkah dari depanku ku lihat seorang mahasiswa sedang asyik membuka buku dengan kakinya, keterampilannya itu mungkin didapatnya dari hobbinya menonton pertunjukan topeng monyet. Dia sangat lihai. Penggunaan kaki nya tidak ubahnya dengan penggunaan tangan.
Tak lama dia menyadari ada dua bidadari yang sedang mengamatinya, dia menatap kami. Aku tersenyum dan tanpa dikomando, aku dan temanku mengacungkan kedua jempol kami, lalu tertawa sambil berlari meninggalkan kelas itu.
    Mahasiswa yang belajar disini juga sangat bervariatif, ada yang berminat belajar, ada yang setengah – setengah, ada yang tidak berminat, tentunya ada juga yang seperti diriku, terpaksa.
    Tetapi dari antara kami berempat memang tak satupun yang berminat kuliah di kampus ini, semua hanya karena takdir, kalau aku bisa berkata seperti itu. Untuk alasan ini salah satu teman KTB ku pernah protes dan bilang kalau kami adalah manusia manusia yang tidak tahu bersyukur, karena sebelumnya dia memang pernah gagal masuk universitas.
***
    September 2009
Musim kemarau masih berlanjut, debu beterbangan dimana – mana. Aku sudah memasuki masa kuliahku. Hidupku harus tetap berlanjut. Aku harus menerima kekalahan ini, sama seperti Jenderal Douglas Mac-Arthur ketika dirinya harus menerima kekalahan pahit di Filipina yang memaksanya hengkang dari negara ratu sepatu Gloria Aroyo itu. Tetapi dia tidak pergi dengan keputusasaan, dia pergi dengan tekad akan kembali, “ i shall return”  Anggap saja aku sama seperti dirinya, sedang mempersiapkan sesuatu untuk kembali dalam bentuk dan persiapan yang lebih baik.
Aku menata hidupku, aku berteman dengan orang-orang yang baik. Orang – orang yang akan duduk didepan saat dosen memberikan ceramah. Hanya saja orang yang duduk didepan saat kuliah tidak konsisten, apalagi ketika ujian. Ketika perkuliahan hanya mendengarkan ceramah dosen maka akan ada banyak mahasiswa yang berebut duduk didepan, begitu dosen mengumumkan minggu depan ujian, maka ketika kau datang 30 menit dari jadwal seharusnya, maka akan selalu tersedia tempat duduk didepan. Paling dekat dengan dosen.
Aku mendengarkan ceramah dosen yang kadang – kadang berubah menjadi cerita pribadi tentang keluarga, perjalanan dan kekayaan. Aku mengerjakan tugas, dan mengikuti ujian. Itu yang harus ku lakukan.
Tetapi baru saja aku menata hidupku untuk lebih bersemangat belajar dikampus ini, aku mendengar kabar yang sangat membuatku mati rasa. Jo salah satu teman ku di SMA lulus di STAN, bisakah kau bayangkan itu ? aku yang bermimpi mengapa dia yang lulus ? dan mengapa juga aku harus mendengar kabar darinya. Aku kembali menyesali diriku, aku menangisi kemenangan Jo. Kegagalan teman memang membuat manusia sedih, namun kesedihan yang sebenarnya adalah saat dia berhasil dan kau tidak. Maka untuk kali ini aku memahami perasaan Kain saat membunuh adiknya Habel, rasa iri dalam hati yang seakan mencekik leher.
Dan saat itu hujan turun, suaranya beradu dengan atap rumah, suara yang sangat berisik, sangat menggangguku, baru kali ini aku merasa terganggu dengan suara hujan, deritaku semakin lengkap ketika aliran listrik padam. Aku menangis hingga aku tertidur. Sekali lagi aku menangisi kenyataan bahwa aku akan menjadi the next Umar Bakri .

Apr11

Minggu, 09 September 2012

Mozaik....


Meninggalkan kota Medan, hari ini meninggalkan kota Medan. Ini bukan pulang kampung biasa bagiku. Ketika aku akan meninggalkan kota Medan menuju Sidikalang, maka aku akan sangat bersemangat, karena sebuah tempat yang akan ku tuju adalah kampung halamanku, sebuah tempat yang berada didataran tinggi, dengan suhu udara yang sejuk, satu tempat yang akan menjadi pusat gravitasi hidupku, titik nol ku sepanjang masa.
Sebenarnya aku tidak memilih PPL di Sidikalang, tadinya aku berniat untuk mengabdikan diriku di Tanah Karo, alasanku adalah Karo, sebuah tempat yang akan menyuguhkanmu berbagai macam keindahan, dan aku adalah orang yang sangat mengagumi keindahan, belum lagi jika aku mempunyai kesempatan untuk menjajal puncak Gunung Sibayak, suatu mimpi yang sudah cukup lama namun belum mampu ku realisasikan. Namun aku hanya memendam kecewaku ketika salah seorang sahabat mengabarkan bahwa kuota di Tanah Karo sudah mencukupi, artinya aku tidak akan bisa PPL di Karo, pilihan yang ada tinggal Asahan dan Batubara, suatu daerah yang sangat sangat sangat asing bagiku, dan pada akhirnya aku memilih untuk mengabdikan diriku sebagai guru untuk pertama kalinya di tanah kelahiranku Dairi. Aku berpikir tidak apa – apalah, aku menganggap ini sebagai pengabdian sebelum aku mengabdi di tempat lain.
Sidikalang, Sidikalang adalah salah satu mozaik hidupku, aku sekarang berusia 21 tahun, dan aku sudah meninggalkan kedua orang tuaku ketika aku baru berusia 12 tahun, berarti aku sudah meninggalkan mereka selama 9 tahun, dan aku menghabiskan 6 tahun di Sidikalang. Kembali lagi ketempat ini bagaimana rasanya ?
Hatiku sedikit bergidik ketika aku memasuki kawasan Sumbul, saat ku lihat samar – samar sebuah gereja menjulang di Bukit Sitinjo, kawasan Taman Wisata Iman, dan aku merasa seakan – akan ini adalah kepulangan pertamaku untuk waktu yang sangat lama, padahal baru 2 minggu yang lalu aku meninggalkan tempat ini. Aku membuka kaca mobil dan merasakan angin yang dingin menghampiri wajahku, aku kembali lagi, ini adalah yang ku katakan kepada diriku sendiri.
    Kota ini akan menyimpan catatan perjalanku selama 6 tahun, apakah itu catatan sedih ataupun catatan yang menyenangkan. Bukankah keduanya harus ada untuk melengkapi sebuah cerita hidup.
Dikota ini aku pernah berdiri, membangun kepercayaan atas diriku sendiri, dikota ini aku pernah merasakan bagaimana aku berusaha mengatasi kesedihanku dengan mengepalkan tanganku, mencoba untuk kuat walau belum sesuai dengan usiaku, namun toh aku tetap berjalan. Dikota ini aku pernah membangun sebuah hubungan yang intim dengan penciptaku, hingga aku selalu menceritakan apa yang ku alami hari itu. Dikota ini aku pernah bernyanyi ditengah ilalang, mozaikku ini akan menyempurnakan hidupku menjadi gambar yang menarik.
    3 bulan kedepan, akan bagaimanakah rasanya ? aku akan menceritakannya nanti setelah aku PPL....
Semangat PPL.....
Mozaik....
Meninggalkan kota Medan, hari ini meninggalkan kota Medan. Ini bukan pulang kampung biasa bagiku. Ketika aku akan meninggalkan kota Medan menuju Sidikalang, maka aku akan sangat bersemangat, karena sebuah tempat yang akan ku tuju adalah kampung halamanku, sebuah tempat yang berada didataran tinggi, dengan suhu udara yang sejuk, satu tempat yang akan menjadi pusat gravitasi hidupku, titik nol ku sepanjang masa.
Sebenarnya aku tidak memilih PPL di Sidikalang, tadinya aku berniat untuk mengabdikan diriku di Tanah Karo, alasanku adalah Karo, sebuah tempat yang akan menyuguhkanmu berbagai macam keindahan, dan aku adalah orang yang sangat mengagumi keindahan, belum lagi jika aku mempunyai kesempatan untuk menjajal puncak Gunung Sibayak, suatu mimpi yang sudah cukup lama namun belum mampu ku realisasikan. Namun aku hanya memendam kecewaku ketika salah seorang sahabat mengabarkan bahwa kuota di Tanah Karo sudah mencukupi, artinya aku tidak akan bisa PPL di Karo, pilihan yang ada tinggal Asahan dan Batubara, suatu daerah yang sangat sangat sangat asing bagiku, dan pada akhirnya aku memilih untuk mengabdikan diriku sebagai guru untuk pertama kalinya di tanah kelahiranku Dairi. Aku berpikir tidak apa – apalah, aku menganggap ini sebagai pengabdian sebelum aku mengabdi di tempat lain.
Sidikalang, Sidikalang adalah salah satu mozaik hidupku, aku sekarang berusia 21 tahun, dan aku sudah meninggalkan kedua orang tuaku ketika aku baru berusia 12 tahun, berarti aku sudah meninggalkan mereka selama 9 tahun, dan aku menghabiskan 6 tahun di Sidikalang. Kembali lagi ketempat ini bagaimana rasanya ?
Hatiku sedikit bergidik ketika aku memasuki kawasan Sumbul, saat ku lihat samar – samar sebuah gereja menjulang di Bukit Sitinjo, kawasan Taman Wisata Iman, dan aku merasa seakan – akan ini adalah kepulangan pertamaku untuk waktu yang sangat lama, padahal baru 2 minggu yang lalu aku meninggalkan tempat ini. Aku membuka kaca mobil dan merasakan angin yang dingin menghampiri wajahku, aku kembali lagi, ini adalah yang ku katakan kepada diriku sendiri.
    Kota ini akan menyimpan catatan perjalanku selama 6 tahun, apakah itu catatan sedih ataupun catatan yang menyenangkan. Bukankah keduanya harus ada untuk melengkapi sebuah cerita hidup.
Dikota ini aku pernah berdiri, membangun kepercayaan atas diriku sendiri, dikota ini aku pernah merasakan bagaimana aku berusaha mengatasi kesedihanku dengan mengepalkan tanganku, mencoba untuk kuat walau belum sesuai dengan usiaku, namun toh aku tetap berjalan. Dikota ini aku pernah membangun sebuah hubungan yang intim dengan penciptaku, hingga aku selalu menceritakan apa yang ku alami hari itu. Dikota ini aku pernah bernyanyi ditengah ilalang, mozaikku ini akan menyempurnakan hidupku menjadi gambar yang menarik.
    3 bulan kedepan, akan bagaimanakah rasanya ? aku akan menceritakannya nanti setelah aku PPL....
Semangat PPL.....