Selasa, 19 November 2013

Sayonara Nena

Akhirnya  hari ini datang juga. Mungkin hari ini adalah hari yang ku tunggu. Sejak aku memasuki kampus ini di awal Agustus yang menjadi keinginan terbesarku adalah secepatnya keluar. Kepada siapapun aku berkali-kali mengatakan kampus ini tidak pernah ada dalam daftar tempat yang ingin ku singgahi. Sejak awal aku tidak pernah ingin berhenti di tempat ini. Bagiku STAN adalah pelabuhan terakhir yang ingin ku kunjungi. Aku mengikuti ujian SNMPTN hanya ingin mendapat tempat cadangan jika saja aku tidak bisa masuk ke tempat yang ku inginkan. Aku tidak pernah menyangka bahwa tempat ini bukanlah tempat cadangan. Aku tidak pernah menyangka aku akan berakhir disini untuk sementara.

            Sebagaimana orang yang mengawali sebuah hubungan dengan sebuah kebencian maka itu tidak akan pernah berhasil. Orang- orang bahkan orang tuaku berkata ini adalah jalan terbaik yang harus ku tempuh. Mereka mengatakan bahwa Tuhan pasti memiliki rencana yang indah dibalik  ini semua.Dan aku hanya menganggapnya sebagai kata-kata penghiburan agar aku tidak terlalu berduka untuk diriku sendiri.
Aku pernah menonton film 3 Idiots,ketika Rancho mendapat tempat pertama yang paling sedih bukan rivalnya ChaturRamalinggam, melainkan sahabatnya sendiri Raju dan Farhan. Aku juga mengalamiitu. Aku sudah lupa apakah PKK SMA ku bang Edis atau adikku yang Manis Lita yang memberitahuku bahwa Joe lulus di STAN. Menurutmu bagaimana aku harus menerima ini?
Ku akui aku sedih. Terlalu sedih bahkanketika Joe menelepon aku menangis.
Hah.. temanku itu bisa berakhir di STAN
            Tetapi seperti kata Agnes Monica, Show must go on. Aku tidak mungkin hanya menyesali ketidakberanianku bahkan untuk mendaftarkan diriku. Siapa yang harus kusalahkan? Bahkan Tuhan juga sudah ku salahkan karena tidak memberikan aku keberanian. Aku sudah terlalu lelah menyalahkan setiap orang dalam kehidupanku.Kepribadianku adalah kepribadian yang buruk. Aku sangat pendiam. Aku juga sangat dingin dan tidak peduli dengan orang lain. Aku selalu seolah mempunyai duniaku sendiri. Aku terlalu senang untuk bermain-main dengan diriku sendiri.Aku lebih mempercayai kertas daripada manusia. Maka aku lebih senang berbicara dengan kertas. 
            Perkuliahanku dimulai. Aku tinggal bersama 3 orang abang yang menyenangkan, 2 kakak yang baik, dan satu sepupu yang hiperaktif. Bagaimana mungkin aku bisa tetap beradadi sekolah yang sama dengan dia untuk waktu yang lama? Bagaimana mungkin aku satu SD dengannya, satu SMP, satu asrama, satu SMA, satu kampus dan satu rumah?
 Aku tidak terlalu terkejut dengan sistem pembelajaran di kampus. Bagiku yang berbeda hanya aku bebas mengenakan baju apapun. Aku juga tidak setiap hari mengikuti perkuliahan. Cukup menarik untukku jalani. Aku lebih banyak mengamati orang-orang di dalam kelasku. Orang-orang seperti apakah yang akan menjadi teman-temanku. Apakah mereka pintar?
Bagiku kepintaran adalah hal mutlak.Begitu juga dengan harga diri sebagai seorang mahasiswa. Bukankah aku pernah memberitahu bagiku mahasiswa adalah saingan Tuhan dalam menggunakan kata Maha?Mereka pasti keren.
            Aku bertemu dengan seorang gadis mungil, dia baik dan ramah hanya saja dia tidak terlalu suka duduk di depan dan aku tidak suka duduk dibelakang. Bagiku teori duduk didepan memberikan nilai plus itu berlaku. Aku percaya walaupun kau tidak berniat untuk belajar dengan duduk didepan maka setidaknya kau akan mendapat 10% penjelasan dari dosen. Aku percaya itu.
            Suatupagi di hari sabtu aku kebetulan duduk dibelakang gadis gendut berkulit hitamberambut seperti jarum. Dia sedang membaca novel Stephanie Meyer,Twilight.  Aku juga suka dengan buku.Sedikit suka membaca hanya saja aku tidak suka novel-novel fiksi yangmenyajikan suatu hal yang tidak bisa ku terima sebagai hal yang logis. HarryPotter dengan sapu terbang dan Edward Cullen dengan hidupnya yang sudah ribuantahun, aku  tidak bisamenerima,mempercayai oleh karena itu aku tidak tertarik dengan karya sepertiitu. Aku sama dengan mamaku yang berpendapat hanya Tuhan yang ajaib tidak adalagi yang ajaib selain itu.  Tetapi mahasiswi gendut ini menyukainya bahkan cenderung tergila-gila.

            Maka selanjutnya aku dekat dengan mereka. Kami berempat mempunyai ikatan yangdisebut persahabatan. Tetapi orang-orang seperti mereka tidak pernah ada dalam kehidupanku. Biasanya orang-orang dalam kehidupanku adalah orang yang sama sepertiku. Tidak terlalu tertarik dengan dunia. Agak kalem. Tidak ribut. Mereka lain, sangat lain. Mereka sangat suka berbicara dan berdebat. Mereka sangat ribut. Terlebih lagi mereka mau menelepon dosen untuk minta libur. Mereka menelepon dosen dan memastikan dosen itu tidak datang lalu kami akan pulang. Salah satu dari mereka tidak menyukai perpustakaan maka hal ini berimbas kepada yang lain. Aku juga jarang mengunjungi perpustakaan. Bagi kami itu adalah tempat sakral. Anehnya kendati mereka seperti itu dan membawaku ke situasi seperti itu aku tetap menyukainya.Aku menikmati apa yang ku lakukan bersama mereka.
            Akujuga berada dalam satu organisasi dengan mereka. Bertemu di kelas yang sama,organisasi yang sama dan selalu pulang bersama. Aku tidak pernah bosan. Kami melakukan apapun hanya untuk bersenang-senang. Kami bahkan ikut aksi damai hanya untuk bersenang-senang. Mahasiswi semester 1 apakah mempunyai pikiran yang seperti itu?
Kami sangat suka mengomentari apapunyang kami lihat. Dan bagiku itu sangat menyenangkan. Aku tidak terobsesi dengan nilai, bagiku asalkan aku tidak mendapat nilai E bukanlah menjadi masalah. Apakahitu nilai A,B, C semuanya adalah sama. Sama-sama nilai. Aku tidak percaya dengan nilai.
Tidak ada yang bisa menilai dirikudengan tingkat keakuratan 100% bahkan 90% pun tidak.
            Kami berempat juga berada di kampus ini dengan hati yang sama terhadap kampus ini :TAWAR. Ini karena kami tidak mempunyai tempat kedua untuk didatangi. Kami juga sering mengomentari Negara ini. Kami seperti orang kebanyakan yang berpikir sangat menyedihkan menjadi orang Indonesia. Kami berpikir sangat melelahkan menjadi orang Indonesia. Pasti di luar negeri kami akan menundukkan kepala berjalan dihadapan orang lain.
Namun semua berubah di awal semester 3,kami harus berpisah karena adanya pembagian program studi. Tinggal aku dan sikecil yang bersama. Si gendut dan si cantik berpisah dari kami. Tadinya akuberpikir itu tidak akan mengubah apapun nyatanya aku salah. Itu cukup mengubah kebiasaan kami.
            Semester3 dimulai. Bertemu lagi dengan teman-teman yang baru. Aku paling tidak menyukai bagian ini didalam kehidupanku. Aku tidak menyukai proses ini proses menyesuikan diri dengan lingkungan : ADAPTASI. Untungnya aku masih bertemudengan beberapa teman di kelas terdahuluku.
Di kelas ini aku menemukan dua lagi manusia yang menjadi tempatku berlindung. Ditempat ini aku menemukan lagi 2 orang lagi diluar diriku yang ingin ku doakan. Lagi – lagi mereka tidak mirip denganku. Yang satu adalah wanita cantik yang lembut sedangkan manusia yang satu lagi adalah seorang mahasiswa yang memberi kesan buruk kepadaku. Namun siapa sangka kepribadianku yang sangat mirip dengannya malah disatukan dalam sebuah ikatan persahabatan. Jangan tanya berapa kali aku bertengkar dengannya. Hampir setiap saat kalau kami bertemu akan selalu ada adu pendapat. 
Aku dan dia dilahirkan pada tanggal,bulan dan tahun yang sama. Namun itupun kami perdebatkan. Aku mengaku lahir hari selasa dan dia mengaku lahir hari senin. Tidak ada satupun dari kami yang benar. Sebenarnya kami lahir hari sabtu.
            Aku selalu menunggu hari ini. Hari dimana aku bisa menyandang sebuah gelar dibelakang namaku yang sebenarnya sudah panjang. Tetapi untuk sampai ke tahap ini apakah kau bisa membayangkan apa yang ku lewati?
Ketika aku melihat kebelakang melihat orang seperti apa aku ketika menjadi mahasiswa disini aku bertanya kepada diriku sendiri. Apakah sudah ada yang berubah? Apakah aku masih seperti seorang lulusan SMA ?
Apakah mimpiku masih yang sama??
            Kuakui ada sedikit perubahan dalam diriku. Ku akui ada mimpi – mimpi lagi yang ingin ku capai. Dulu didalam pikiranku hanya agar aku mendapat kehidupan yang layak. Ku akui semua yang ku lihat dan ku alami dikampus ini mengubah sebagian hidupku dan pemikiranku. Aku jadi bisa membuat perbedaan yang mendalam mengenai profesi sebagai pendulang uang atau pengabdian. Dan ku pastika aku keluar darikampus ini dengan pemikiran seorang sarjana pendidikan bukan anak SMA.
“ Nanti kalau aku mendapatkan kedudukanyang layak aku akan mengubah pendidikan ini Nas “ begitu seseorang pernah berkata kepadaku.
“ Mungkinkah nanti kau akan berpikirseperti itu, ketika sekarang saja kita masih kompromi apalagi nanti setelahkita mempunyai jabatan, akan sulit “
“ Aku pasti bisa “
Dan aku bertanya: Mungkinkah ?
            Aku selalu menunggu hari ini. Hari dimana aku mengenakan jubah hitam dimana aku akan disahkan menjadi seorang sarjana. Ketika judisium kemarin aku melewatinya tanpa rasa apapun. Hatiku sedikit terluka karena aku sendiri yang harusmenjalani prosesi ini tanpa sahabatku maka sepanjang upacara pikiranku hanya tertuju pada masa – masa yang telah lalu pikiranku kemudian membawaku kembali ke semester 1. Inilah kehidupan mereka yang bersama tidak selalu mengakhirinya bersama. Mereka, sahabatku itu yang mengubahku menjadi  sedikit cerewet, mereka melepaskan aku sendirian. Bukankah dulu kami berjanji bersama?
Bukankah kami sudah melewati berbagai hal bersama?
Kami bahkan mengikuti aksi damai bersama, tarik tambang bersama mengenakan seragam Chelsea dan menghitung mobil yang lewat di jembatan dekat kampus.
            Apapun itu keluar dari kampus ini meninggalkan kesan tersendiri dihatiku. Ada perasaan senang dan menelusup perasaan sedih, aku tahu aku belum melakukan hal yang maksimal yang bisa ku lakukan selama aku mahasiswa.
Selamat tinggal dunia kampus,menyenangkan menjalani kehidupan sebagai mahasiswa. Jika aku tahu begini perjalanan yang harus ku tempuh mungkin aku tidak akan terlalu lama patah hati dengan STAN.
            Aku selalu menunggu hari ini. Bahkan sejak Lisa mengabarkan kalau aku lulus diUnimed di hari Kamis malam. Aku selalu menunggu hari ini bahkan sejak pertamakali aku menginjakkkan kakiku dikampus ini. bahkan sebelum aku memulai petualanganku dikampus ini. Tetapi ketika aku melihat apa yang telah ku lalui rasanya terlalu cepat berlalu.
Sayonara Nena…       


oppung

Di hari pertama aku pindah ke rumah ini, aku sudah terganggu dengan kondisi oppung boru  yang sudah pikun.
Oppung mu ini sudah pikun, harap kalian mengerti “ begitu oppung doli memberi tahu kepada kami.
Ditinjau dari segi usia memangsudah sepantasnya kekurangan itu menjadi hal yang wajar untuknya.  Dan benar saja, baru satu minggu aku tinggaldi rumah ini dia sudah menanyakan margaku puluhan kali. Ketika aku pulangkuliah, ketika aku ingin ke kamarku atau ketika aku duduk menonton bersamanyadia selalu menanyakan perihal margaku. Dan aku juga sudah puluhan kalimenjawabnya dengan jawaban yang sama. Lumban Gaol. Begitu aku menyebut namakeluargaku. Sidikalang. Lanjutku menyebutkan daerah asalku.
“ Apakah di Sidikalang setelahlewat Sumbul ?” dia bertanya, rupanya dia sedikit tahu daerah Sidikalang.
“ Iya oppung “ jawabku kendati inibukan kali pertama, kedua bahkan ketiga dia menanyakannya. Hatiku harus kukendalikan agar tidak menjawabnya dengan jawaban yang tidak sopan. Kendatidalam hatiku aku sangat kesal.
“ Iya ada keluarga kami disanasebelum lewat sungai masuk ke sebelah kiri “ dia kembali menceritakan perihalkeluarganya yang bermukim di daerah Sumbul. Dan lagi-lagi ini bukan kalipertama oppung menceritkan perihal keluarganya itu. Bukan pula kedua atauketiga kali. Aku sangat bosan.
“ Boru apa kau ? “ dia bertanyalagi. Aku kesal. Sabar. Dia sudah tua dan pikun.
“ Lumban Gaol oppung  “ aku menjawab sambil menekan kedua kakiku kelantai. Aku berusaha untuk bisa menahan.
“ Sudah berapa kali kau tanyakandia “ oppung doli mengingatkan oppung boru. Aku pikir oppung doli tahu kalauaku sudah kesal dengan kepikunan oppung boru.
“ Hah sudah tua aku, sudah tidakingat apa-apa lagi. Ah apa yang tadi mau ku kerjakan “ dia kelihatan bingungdengan apa yang mau dikerjakannya selanjutnya. Kepikunannya memang benar-benarparah. Ketika berbelanja dia akan lupa barang yang akan dibelinya. Dia selalumenanyakan hal yang sama kepada orang yang sama setiap hari. Dia juga akanmenceritakan hal yang sama berulang-ulang.
“ Dulu ada pemuda yang jatuh dikamar mandi itu “ dia mengingatkanku untuk berhati – hati di kamar mandi denganmengisahkan cerita pemuda yang pernah jatuh di kamar mandi. Dan ini bukan kalipertama, kedua atau ketiga dia mengisahkan pemuda itu.
“ Nanti kalian akan rasakanbagaimana kalau sudah tua, kalian begitu tega membiarkan orang tua menyapurumah “ setiap hari dia akan cerewet karena tidak ada dari antara kami yangmenyapu rumah.
“ Aku tidak akan mau menyapu rumah,kau bayangkan saja aku sudah menyapu rumah dan dari belakangku oppung itumenyapu lagi. Aku tidak akan mau menyapu rumah lagi “  teman satu kamarku mengemukakan alasannya.
“ Memang oppung itu seperti itukak, sepuluh kali dalam satu hari menyapu rumah “ Kristin yang tinggal disebelah kamarku menimpali.
            Oppungmemang terkadang  menjadi menyebalkan.Aku juga sering diperlakukan seperti itu. Aku sudah menyapu rumah, bahkangagang sapu itu hampir patah karena aku menyapunya dengan sekuat tenagaku. Diaselalu menyuruhku untuk menyapu rumah dengan sekuat tenaga, “ kau harus menyapudengan kuat, tekan sapunya nanti tidak bersih nanti tertinggal-tinggal pasirnya“ ujarnya dan lagi-lagi ini bukan kali pertama, kedua ataupun ketiga diamengatakan hal itu.  Dia selalu menyuruhkumenyapu sekuat tenaga, tidak apa-apa kalau sapunya patah asalkan debu itu bisamenghilang dari lantai. Beberapa menit setelah aku menyapu sekuat tenaga diaakan menyapu ulang. Aku benar-benar kesal.
“ Kau memang sangatbaik, hanya kau yang selalu menyapu kau tidak membiarkan aku yang tua inimenyapu rumah. Semoga nanti kehidupanmu menyenangkan sampai kau tua “  begitu dia memujiku ketika aku menyapu rumah.Tanpa dia tahu sebenarnya aku menyapu hanya karena tidak tahan mendengar diamengeluhkan pinggangnya yang sakit setiap kali dia menyapu. Dia selalu meminta agar dia mati saja. Maka akukemudian mengingat puisi Chairil Anwar yang mengatakan “ aku ingin hidup 1000tahun lagi “. Puisi itu pasti dituliskannya sebelum dia berumur  50 tahun,.
“ Kos kalian ini sangat bersih “begitu komentar temanku ketika datang berkunjung.
“ Ya iyalah pemecah rekor sepuluh kalirumah ini disapu dalam satu hari “ ujar Kany.
            Akutidak suka menonton televisi dengan oppung. Dia selalu mengomentari apapun yangterjadi di televisi. Dia akan mengatakan kalau penyanyi korea (girlband) itu adalah perempuan yangtidak waras.
“ Mereka tidak memakai celana,perempuan mana yang tidak memakai celana ketikamenari“ komentarnya. Mira, cucunya yang sangat menggilai Korea hanya tersenyum bahkantertawa mendengar celotehan oppungnya.
“ Mereka memakai hotpants oppung, mereka memakai celana “Mira membela grup idolanya sedangkan aku hanya tertawa terkekeh mendengaroppung mengomentari girlband Korea sebagai perempuan yang tidak beres.
“ Mana celana namanya itu, celanadalam mungkin namanya itu, ditunjuk-tunjukkan yang tidak perlu ditunjukkan “aku semakin terkekeh.
“ Pintar – pintar kali lelaki inibernyanyi dan menari sangat bagus “ dia memuji lelaki Korea  yang menari dengan enerjiknya.
“ Suaranya juga bagus, mukanya itucantik, panjang mukanya “ oppung mengomentari boyband Korea. Oppung juga sering ikut bergerak ketika aku dan Miramenonton siaran musik Korea.Aku pernah mengatakan kepada oppugn bahwa pacarku adadi Korea Selatan dan bernama Siwon, oppung mengatakan terlalu jauh berhubunganseperti itu. Dan aku tertawa, aku pasti salah satu anak kos paling tidak sopandidunia ini.  Begitu juga ketika akupulang judisium dan oppugn menanyakan aku darimana “ martuppol oppung” jawabkudan oppugn percaya saja.
“ Jadi kausalaman tadi sama lelaki itu “ tanyanya lagi.
“ Iya oppugn “jawabku berusaha menahan tawa
“ Jadi kapanpestanya ?“ aku dan Parit tidak bisa berbohong lebih jauh lagi.
Begitulah oppung yang setiap hariselalu berhasil membuat aku kesal dan terkekeh.
            “Dimananya rumahmu di Sidikalang ?” dia bertanya lagi. Aku benar-benar sudahkehilangan kesabaranku. Ini bukan kali kesepuluh dia menanyakan itu. Aku tidakmenjawabnya lagi. Ku putuskan untuk berpura – pura tidak mendengar. Akubersenandung lagi sambil menyibukkan diriku dengan masakanku. Aku sudahmenghindari agar aku tidak memasak, menonton atau melakukan kegiatan yangmempertemukan aku dan oppung, tetapi terkadang tidak bisa ku hindari.
“ Sebelum sungai itunya, belok kiri? “ dia melanjutkan lagi.
“ Iya oppung “ aku menjawabseadanya walaupun arah yang dikatakan oppung tidak benar.
“ Oh adanya keluarga kami disanatinggal “ dia mengulang cerita yang sama lagi.
Lalu yang ku dengar selanjutnyaadalah cerita keluarganya yang tinggal di Sumbul. Dia mengisahkan mengunjungidaerah itu ketika dia masih muda.
            Soreini aku sedang memasak, opppung juga sedang memasak ditemani seorangkeponakannya yang juga sudah menunjukkan tanda-tanda umur yang sudah tidak mudalagi.
Keponakannya itu menanyakan margadan asalku.
“ Berarti lewat sungai itu masih ya“ dia menanggapi penjelasanku mengenai daerah asalku.
“ Iya namboru “ ujarku.
“ Tapi kau bilang kemarin sebelum sungai itunya“ tiba-tiba ku dengar suara oppung. Aku terdiam. Bagaimana oppung mengingatitu? Bagaimana dia tahu aku berbohong padahal ingatannya tidak beres? Bagaimana mungkin ketika aku berbohong dia mengingatasalku?
“ Kalau itu kenapa oppung ingat,tetapi marga dan tempat asalku sudah puluhan kali oppung tanya tetapi tidakpernah oppung ingat “ ujarku. Aku heran bagaimana dia mengingat ketika untukpertama kalinya aku berbohong karena sudah lelah menjawab pertanyaannya.
“ Dia sudah tua “ ujar keponakannya itu dengan mata yangmenyuruhku seakan berkata
Mengertilahwanita yang sudah tua itu.

#allthebestoppungborukos

Nggak tahu judulnya apa

Malam ini hujan. Ketika kecil aku menyukai hujan. Sangat menyukai hujan, apalagi ketika hujan datang menjelang sore. Aku sangat suka lari dibawah hujan. Tetapi ketika aku semakin besar dan dewasa, aku mulai tidak menyukai hujan.Membencinya. Dan lagipula aku tidak mungkin lagi berlari dibawah hujan lagi.Suaranya masih ku dengar beradu dengan atap dan jatuh, menciptakan suaranya sendiri. Sudah semakin reda, namun telingaku masih bisa menangkap suara tetesan dari atap seolah berusaha mengalahkan alunan musik yang sedang ku putar.             Malam ini sedang hujan. Sudah larut namun mataku masih terlalu segar untuk ku ajak terpejam meninggalkan dunia nyata menuju alam mimpi. Minggu-minggu yang baru berlalu memang tidak memberikannya istirahat penuh. Namun, beberapa hari ini aku sudah istirahat, kehidupanku sudah kembali normal.
Semua sudah selesai, aku bisa mengerjakan pekerjaan yang terpaksa ku tinggalkan. Pekerjaan yang sangat kurindukan lebih dari apapun.
            Malam ini sedang hujan. Namun hujan sudah mulai reda, hanya sesekali titik titik air jatuh dan beradu dengan air yang sudah jatuh terlebih dahulu, memercik dan menimbulkan bunyi tersendiri. Aku kembali memikirkan apa yang ingin kusampaikan hari ini. Rasanya hari telah lama berlalu dan aku telah mengalami banyak kisah. Ironisnya tidak  ada satupun yang membekas dalam netbook ku. Hanya beberapa kisah yang masih lengket di otakku dan tanyaku sampai kapan dia akan bertahan disana hingga akhirnya terhapus dan terlupakan. Bukankah alasanseseorang (aku) itu menulis hanya karena otaknya tidak cukup bagus untuk mengingat beberapa kejadian yang sebenarnya dia ingin ingat??
            Malam ini sedang hujan. Namun hujan akan segera reda. Bulan September sudah memasuki pertengahannya dan aku sedang mengingat beberapa kejadian penting yang mungkin bisa ku tuliskan. Entah itu kutuliskan agar orang lain bisa membaca atau agar aku bisa mengingatnya lagi suatu hari nanti. Aku mencoba mengumpulkan kenangan selama bulan September. Bagaimana jika aku bercerita tentang teman-temanku yang aku semakin mengenal mereka belakangan ini.
Dia adalah seorang yang berbeda keyakinan denganku. Namun dia begitu ramah dan toleran. Dia mengingatkanku pada seorang teman dimasa lalu. Seorang teman bertubuh mungil. Gadis mungil yang sangat suka berbicara hal-hal konyol tetapi dia juga seorang pendengar yang baik. Tidak seperti kebanyakan temanku yang mengenalku dimasa remaja yangmemanggil namaku dengan Nasrani, gadis mungil itu memanggilku Rani. Aku tidak ingat apakah aku pernah memberitahunya nama kecilku. Aku selalu berpikir orang yang memanggilku Rani adalah orang yang sangat dekat denganku. Orang yang mengenalku sejak aku masih kecil. Nyatanya telingaku malah lebih akrab dengan nama Nasrani, bukan Rani, nama yang ku sukai itu.
            Gadis mungil itu sangat unik. Dia kelihatan tomboy, dia berteman dengan banyak lelaki. Dia juga sangat berani. Aku mengingat suatu kali gadis mungil itu pindah ke mejaku. Didepan mejaku duduk seorang lelaki yang ditaksir oleh gadis mungil itu.
“ Dia adalah lelakiku Ran walaupun akubukan wanitanya “ bisiknya, aku tertawa. Lelaki itu memutar tubuhnya, mungkindia ingin mengobrol dengan kami.
“ Tau nya kau Hendra, aku hanya suka samamu nya “ gadis mungil itu begitu gamblangnya mengatakan perasaannya. Gadis mungil itu, dia bisa membuat aku tertawa dengan tingkahnya yang santai namunsangat serius.
            Suatu kali lagi-lagi dia pindah ke mejaku. Kotak pensilku berwarna ungu bertuliskan ILOVE JESUS.
“ Ly, coba baca ini “ pintaku. Aku ingintahu  bagaimana responnya. Dia kelihatannya berpikir.
“ Rani Loves Jesus “ ucapnya, membuataku melongo. Pikiranku tidak sampai kesana. Tadinya aku berpikir dia tidak akan mau membacanya.  Lagi-lagi dia berhasil menorehkan kenangan dihatiku.
Elly berkata aku adalah seorang yang sangat tertutup. Dia juga berkata aku adalah seorang gadis yang mempunyai dunianya sendiri. Lain hari dia mengatakan aku adalah Hitler versi wanita karena aku sangat suka memaksanya melakukan sesuatu.
            Disemester akhir perkuliahan aku juga menemukan orang yang sama seperti dia. Kami sudah satu kelas sejak 3 tahun yang lalu. Namun duniaku yang hanya dihuni olehsegelintir orang membuatku kurang melihat orang lain. Dia adalah seorang pribadi yang mengagumkan.
" Benarnya yang kalian lakukan itu, yang nggak adanya keberanianku melakukan " begitu dia dengan tulus mendukung kami. Dia bukan orang yang suka mempertentangkan keyakinan.
“ Agamaku agamaku, agamamu agamamu “ akulebih suka berprinsip seperti itu. Bagi dia dan bagiku juga, agama bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan atau dipertetangkan.
“ Mari kita berdoa dengan agama dan keyakinanku “ dia tertawa saja ketika aku berkata seperti itu.
“ Tuhannya makananku ini berbeda “ diamenanggapi.
Alangkah baiknya jika semua orang jugaberpikiran seperti dia.
            Malamini sudah larut, hanya sesekali titik-titik air terdengar jatuh menimbulkansuaranya sendiri. Aku baru sadar aku telah menyelesaikan satu bagian dalamhidupku. Rasanya baru kemarin aku berdiri, antara kecewa dan bahagia ketikatemanku mengabarkan aku lulus di perguruan tinggi negeri. Rasanya baru kemarinaku berlari terburu-buru dengan mengenakan kaos kaki merah putih yang membuatkuseperti orang gila. Rasanya baru kemarin aku pulang dari ospek dengan menatapdedaunan yang jatuh, aku berjanji aku akan melakukan segala sesuatu denganbaik.
Betapa cepatnya waktu berlalu.


Tribute to : Elly Rahmadani dan Harahap,Rahma Seri terima kasih telah menjadi orang yang menginspirasi

I don’t need miracle I just need YOU, don’t want to heaven just wanna be with You

Be Thou my Vision, O Lordof my heart;
Naught be all else to me, save that Thou art
Thou my best Thought, by day or by night,
Waking or sleeping, Thy presence my light.



Aku sangat suka menuliskan target, kecemasan dan pergumulanku. Terkadang aku menuliskannya di buku harian, terkadang aku menuliskan di kertas kecil lalu ketika saat teduh atau berdoa aku akan mengambil satu per satu dan mendoakannya.
Mengawali tahun ini aku menuliskan beberapa topic, apakah aku seminar di bulan April,apakah aku bisa penelitian di Semester genap, apakah aku bisa sidang di bulanAgustus, dan apakah aku akan wisuda tahun ini, apakah keuanganku bulan ini tercukupi, apakah adikku Joyakin akan lulus, apakah Joyakin akan mendapatkan keinginannya, apakah hujan akan turun esok hari dan masih banyak apakah yang kutuliskan. Bukan hanya di buku harian, aku menempelkan di dinding kamarku.

Ran Ingat wisuda bulan Oktober

Semua kulakukan agar aku bisa menyemangati diriku sendiri. Tetapi itu tidak cukup juga untuk bisa membuatku semangat menjalaninya. Banyak hal yang membuatku terkadang ingin menyerah.
            Doa. Ya berdoa adalah jawabannya. Seorang pengurus pernah menanyakan persekutuanku, “ Aku tidak bisa menjalankannya tanpaTuhan dek “ begitu jawabku. Memang iya. Aku bukan orang yang setiap saat bisa benar-benar mempercayai Tuhan. Terkadang aku ragu dan terkadang aku menuntut-Nya.
Ada masa-masa yang sangat berat dimana aku bahkan tidak menceritakannya kepada siapapun,bahkan kepada Tuhan. Aku hanya diam.
                        Beberapa tahun lalu aku memiliki pergumulan. Saat itu aku berada di kampong halamanku. Aku berjalan-jalan keladang dan menemukan sebatang pohon pinang, buahnya sudah matang. Aku yang saat itu benar-benar ingin mencari tahu jawaban ya atau tidak memiliki pemikiran yang menurutku agak aneh. Aku berdoa disana, “ Tuhan kalau kau menurunkan pohon pinang itu maka aku akan percaya kau pasti memberikannya untukku “ aku mengucapkannya disana sambil berlutut. Benar-benar gila. Ku rasa ayam-ayam yang berkeliaran disana pun akan heran.
Setelahitu aku merasa tidak nyaman. Tadinya aku masih menyanyikan lagu-lagu rohani dan menikmatinya, sekarang aku bernyanyi dan aku merasa tidak nyaman dan berpikirnbenarkah Tuhan akan menurunkan buah pinang itu untukku?

Jika Tuhan tidak menurunkannya makaaku merasa tidak beriman untuk meminta apappun lagi.
Jika Tuhan menurunkannya aku akansemakin takut.

Satu jam setelah aku berdoa, aku kembali ke tempat itu dan kali ini aku melewati rute yang berbeda karena ingin cepat-cepat pulang. Didalam hatiku aku berkata “ Tuhan tidak apa-apa jika pinangnya tidak jatuh aku akantetap percaya “ namun disisi lain aku akan meragukan campur tangan Tuhan dalamhidupku.
Berjalan.Berjalan. Berjalan. Aku menemukan sesuatu yang membuatku tercengangang. Tebak apa?.
BAMBUyang sudah di pasangi pisau berbentuk bulan sabit. Ya alat itu digunakan orangtuaku untuk memetik buah coklat atau pinang. Benda itu bersandar di batangpohon kelapa.
Bagaimanaaku memaknai ini?
Sudahku katakana jika Tuhan tidak menurunkannya maka imanku akan mati dan jika Tuhan menurunkannya aku akan takut. Aku tidak memaknai itu sebagai sesuatu yang kebetulan. Orang tuaku tidak kebetulan meninggalkannya disana dan aku tidakkebetulan mengambul rute yang berbeda. Tuhan memberiku jawaban yang menumbuhkan iman dan tidak membuatku takut.
            Dulu aku menganggap kata-kata “ semua akan indah pada waktunya “ itu hanya basa-basi. Setelah sampai disini aku barumengerti “ semua akan indah pada waktu-Nya bagi mereka yang mau menunggu,berusaha dan menyadarinya”.
Aku tidak tahu menjadi seorang yang selalu menuntut lagi. Aku tidak mau menjadikan Tuhan sebagai satpam, pembantu dan facebook yang menampung semua beban hidupku. Aku pernah mencoba untuk bersyukur setiap ada keadaan yang membuatku merasa “down”.
“Terima kasih Bapa “ mengucapkan itu ketika di marahi.
“ Akuakan kuat “
“ Akuakan lebih kuat “
Tidakselalu seperti itu juga. Banyak kata yang ku ucapkan “ Aku menyerah “
Bagaimana rasanya melihat tulisan di dinding kamar

Semangat Ran wisuda bulan 10

Sementarasaat kau melihat tulisan itu sudah tanggal 4 September, berkas naik tanggal 12September dan kau belum memiliki jadwal sidang???
Inginaku merobek tulisan itu, tapi hatiku berkata “ Tunggu “
Melihat tulisan itu malah membuatku stress, tapi “ tunggu”
Maka sampaisekarang aku belum merobek tulisan itu.
            Sekarang aku juga sedang menghadapi pergumulan mengenai masa depanku. Pergumulan mengenai “sesuatu” yang belum kuselesaikan.
Dan aku tetap mempercayai Tuhan akan tetap bersamaku. Imanku tetap sama, sepertiketika aku berdoa di depan pohon pinang, ketika aku mendoakan televisi yang kubuat rusak dan ketika aku mendoakan laptopku yang juga rusak. Aku ingin tetap merealisasikan mimpiku tentunya dengan Tuhan sebagai penunjuk jalan.
Semangat menjalani hari, Tuhan tidak pernah berhenti berkarya bagi mereka yang tetapberjalan..


“ ForI know the plans I have for you declares the Lord, plans to prosper you and notto harm you. Plans to give you hope and future “
Jeremiah29:11