Selasa, 19 November 2013

Nggak tahu judulnya apa

Malam ini hujan. Ketika kecil aku menyukai hujan. Sangat menyukai hujan, apalagi ketika hujan datang menjelang sore. Aku sangat suka lari dibawah hujan. Tetapi ketika aku semakin besar dan dewasa, aku mulai tidak menyukai hujan.Membencinya. Dan lagipula aku tidak mungkin lagi berlari dibawah hujan lagi.Suaranya masih ku dengar beradu dengan atap dan jatuh, menciptakan suaranya sendiri. Sudah semakin reda, namun telingaku masih bisa menangkap suara tetesan dari atap seolah berusaha mengalahkan alunan musik yang sedang ku putar.             Malam ini sedang hujan. Sudah larut namun mataku masih terlalu segar untuk ku ajak terpejam meninggalkan dunia nyata menuju alam mimpi. Minggu-minggu yang baru berlalu memang tidak memberikannya istirahat penuh. Namun, beberapa hari ini aku sudah istirahat, kehidupanku sudah kembali normal.
Semua sudah selesai, aku bisa mengerjakan pekerjaan yang terpaksa ku tinggalkan. Pekerjaan yang sangat kurindukan lebih dari apapun.
            Malam ini sedang hujan. Namun hujan sudah mulai reda, hanya sesekali titik titik air jatuh dan beradu dengan air yang sudah jatuh terlebih dahulu, memercik dan menimbulkan bunyi tersendiri. Aku kembali memikirkan apa yang ingin kusampaikan hari ini. Rasanya hari telah lama berlalu dan aku telah mengalami banyak kisah. Ironisnya tidak  ada satupun yang membekas dalam netbook ku. Hanya beberapa kisah yang masih lengket di otakku dan tanyaku sampai kapan dia akan bertahan disana hingga akhirnya terhapus dan terlupakan. Bukankah alasanseseorang (aku) itu menulis hanya karena otaknya tidak cukup bagus untuk mengingat beberapa kejadian yang sebenarnya dia ingin ingat??
            Malam ini sedang hujan. Namun hujan akan segera reda. Bulan September sudah memasuki pertengahannya dan aku sedang mengingat beberapa kejadian penting yang mungkin bisa ku tuliskan. Entah itu kutuliskan agar orang lain bisa membaca atau agar aku bisa mengingatnya lagi suatu hari nanti. Aku mencoba mengumpulkan kenangan selama bulan September. Bagaimana jika aku bercerita tentang teman-temanku yang aku semakin mengenal mereka belakangan ini.
Dia adalah seorang yang berbeda keyakinan denganku. Namun dia begitu ramah dan toleran. Dia mengingatkanku pada seorang teman dimasa lalu. Seorang teman bertubuh mungil. Gadis mungil yang sangat suka berbicara hal-hal konyol tetapi dia juga seorang pendengar yang baik. Tidak seperti kebanyakan temanku yang mengenalku dimasa remaja yangmemanggil namaku dengan Nasrani, gadis mungil itu memanggilku Rani. Aku tidak ingat apakah aku pernah memberitahunya nama kecilku. Aku selalu berpikir orang yang memanggilku Rani adalah orang yang sangat dekat denganku. Orang yang mengenalku sejak aku masih kecil. Nyatanya telingaku malah lebih akrab dengan nama Nasrani, bukan Rani, nama yang ku sukai itu.
            Gadis mungil itu sangat unik. Dia kelihatan tomboy, dia berteman dengan banyak lelaki. Dia juga sangat berani. Aku mengingat suatu kali gadis mungil itu pindah ke mejaku. Didepan mejaku duduk seorang lelaki yang ditaksir oleh gadis mungil itu.
“ Dia adalah lelakiku Ran walaupun akubukan wanitanya “ bisiknya, aku tertawa. Lelaki itu memutar tubuhnya, mungkindia ingin mengobrol dengan kami.
“ Tau nya kau Hendra, aku hanya suka samamu nya “ gadis mungil itu begitu gamblangnya mengatakan perasaannya. Gadis mungil itu, dia bisa membuat aku tertawa dengan tingkahnya yang santai namunsangat serius.
            Suatu kali lagi-lagi dia pindah ke mejaku. Kotak pensilku berwarna ungu bertuliskan ILOVE JESUS.
“ Ly, coba baca ini “ pintaku. Aku ingintahu  bagaimana responnya. Dia kelihatannya berpikir.
“ Rani Loves Jesus “ ucapnya, membuataku melongo. Pikiranku tidak sampai kesana. Tadinya aku berpikir dia tidak akan mau membacanya.  Lagi-lagi dia berhasil menorehkan kenangan dihatiku.
Elly berkata aku adalah seorang yang sangat tertutup. Dia juga berkata aku adalah seorang gadis yang mempunyai dunianya sendiri. Lain hari dia mengatakan aku adalah Hitler versi wanita karena aku sangat suka memaksanya melakukan sesuatu.
            Disemester akhir perkuliahan aku juga menemukan orang yang sama seperti dia. Kami sudah satu kelas sejak 3 tahun yang lalu. Namun duniaku yang hanya dihuni olehsegelintir orang membuatku kurang melihat orang lain. Dia adalah seorang pribadi yang mengagumkan.
" Benarnya yang kalian lakukan itu, yang nggak adanya keberanianku melakukan " begitu dia dengan tulus mendukung kami. Dia bukan orang yang suka mempertentangkan keyakinan.
“ Agamaku agamaku, agamamu agamamu “ akulebih suka berprinsip seperti itu. Bagi dia dan bagiku juga, agama bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan atau dipertetangkan.
“ Mari kita berdoa dengan agama dan keyakinanku “ dia tertawa saja ketika aku berkata seperti itu.
“ Tuhannya makananku ini berbeda “ diamenanggapi.
Alangkah baiknya jika semua orang jugaberpikiran seperti dia.
            Malamini sudah larut, hanya sesekali titik-titik air terdengar jatuh menimbulkansuaranya sendiri. Aku baru sadar aku telah menyelesaikan satu bagian dalamhidupku. Rasanya baru kemarin aku berdiri, antara kecewa dan bahagia ketikatemanku mengabarkan aku lulus di perguruan tinggi negeri. Rasanya baru kemarinaku berlari terburu-buru dengan mengenakan kaos kaki merah putih yang membuatkuseperti orang gila. Rasanya baru kemarin aku pulang dari ospek dengan menatapdedaunan yang jatuh, aku berjanji aku akan melakukan segala sesuatu denganbaik.
Betapa cepatnya waktu berlalu.


Tribute to : Elly Rahmadani dan Harahap,Rahma Seri terima kasih telah menjadi orang yang menginspirasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar