Rabu, 10 Juni 2015

Tuhan Kau dimana ?

Tuhan tidak setiap saat aku mempercayaimu
Ini adalah pengakuan jujurku
Terkadang aku merasa seperti layangan putus
Yang kemungkinan besar akan ada tangan yang menangkap
Dan memastikan tidak rusak
Tetapi kemungkinan terbesarnya adalah aku jatuh, menabrak cabang pohon
Robek dan tak berguna
Terkadang aku merasa tidak bisa berjalan kedepan dan terlalu memalukan untuk mundur kebelakang
Alih-alih meminta-Mu memudahkan kehidupanku
Aku lebih sering meminta agar aku bisa tidur lebih lama
Seolah setelah aku terbangun kehidupan akan segera membaik
Mendung akan dihalau matahari dan kelabu akan digantikan oleh langit biru
Dan ketika terbangun rasaku masih tetap sama
Aku lalu merasa seperti orang yang jatuh ke sumur
Mungkin aka nada tangan yang menolongku
Tetapi kemungkinan terbesarnya adalah tidak ada orang
Yang mendengarku
Dan jika ada yang mendengarku kemungkinan lain adalah aku menariknya ke sumur
Tuhan tidak setiap saat aku bisa mempercayai-Mu
Di dalam perjalananku imanku selalu timbul tenggelam
Aku bisa melihatmu lewat matahari, angin, langit,hujan
Tetapi terkadang mataku buta
Terkadang aku mempercayaimu
Terkadang aku menganggapnya keberuntungan
Jika semua ini adalah proses, mengapa aku tidak merasakan akarku kuat?
Jika ini adalah pertumbuhan, mengapa aku merasa kerdil?




Senin, 01 Juni 2015

Dear Ade

Dear Ade

23 Februari 2015 pukul 21:58
Dear Ade,
Maaf aku menggunakan namamu. Namamu singkat dan mudah diingat. Lagipula mungkin karena kau baru saja bergabung dikontak BBM ku yang memang kuperuntukkan hanya untuk orang yang mengenalku secara personal saja, facebook sudah terlalu asing untukku. Dan lagipula (lagi)kau mengatakan merindukanku, semoga itu dari hatimu yang paling dalam.
Aku sering mengintip facebook beberapa teman (termasuk dirimu) yang sedang mengabdi di Papua. Rasanya menyenangkan melihat kalian begitu menikmati kehidupan di wilayah paling timur Indonesia.Temanku mengatakan mungkin kalian juga iri dengan beberapa orang mahasiswa Sumatra Utara yang sedang menuntut ilmu di Taiwan (Iri yang kita bicarakan adalah hal yang baik J). Aku ingin sekali ke Papua untuk mengajar dan mungkin kalian juga sangat ingin ke Taiwan untuk belajar.
            Beberapa kali aku mengutarakan keinginanku untuk ke Papua entah kepada orang tuaku,teman-teman bahkan orang asing. Aku sangat ingin kesana, entah ini karena iriatau memang niat dari hatiku. Aku selalu tertegun melihat status kalian yang memamerkan keseruan di Tanah Papua. Aku juga menyempatkan diriku untuk melihat tayangan “ Indonesia Bagus” di youtube. Ternyata ada banyak generasi muda yang sangat antusias untuk memajukan bangsa ini. Ku lihat mereka meninggalkan kenyamanan dan memulai karya nyata dengan mengajar ke daerah tertinggal di Indonesia.
            Ini juga yang memotivasiku, aku juga ingin suatu saat nanti berkesempatan untuk mengajar di daerah tertinggal. Aku juga terkadang bingung dengan kategori tertinggal. Jika kategori tertinggal adalah sekolah dengan guru yang tidak memadai maka di kampung halamanku juga akan digolongkan tertinggal. Setahuku mereka tidak memiliki guru bahasa Inggris dan fasilitas disana juga tidak memadai.
Ade kau tahu, guru disini, guru SDmereka S2, guru SMP bahasa Inggris belajar bahasa Inggris ke Amerika, walaupun bukan ke Inggris langsung tetapi itu lebih baik setidaknya orang Amerika juga native. Professor yang juga adviser-kuberkata bahwa memang ada gerakan yang mendorong anak-anak ini belajar bahasa Inggris dan pemerintah juga merekomendasikan. Walau bahasa Inggris belum terlalu familiar disini khususnya di kota tempatku tinggal tetapi setidaknya mereka sedang mengusahakan untuk memperbaiki tingkat penguasaan bahasa Inggris.Bahasa memang sangat penting. Bahasa. Menguasai banyak bahasa akan memudahkanmu diterima dikehidupan manapun.
Ade, bagaimana kabar di Papua ?
Aku tahu mungkin kau sudah mempunyai banyak cerita lucu, menyentuh, menyenangkan, mengapa tidak kau tuangkan itu kedalam tulisan? Yakinlah pasti akan banyak orang yang terinsirasi dengan kisahmu. Sebagai orang yang sudah mengenyam pendidikan memang sudah seharusnya kita membagikannya. Kalau kata professor ku dengan mengajar di tempat terpencil berarti kau sudah membuka kesempatan bagi orang lain untuk mengecap pendidikan(Aku menceritakan SM3T ini kepada profesorku). Dan kata beliau lagi, ini juga salah satu bentuk keadilan sosial.
            Ade,aku tahu mungkin akses mendapatkan informasi di Papua agak sulit tetapi tahukah kau insiden penembakan di Prancis? Kalau kau tidak tahu, aku hanya memberitahumu ada penembakan di Prancis yang menewaskan belasan orang. Aku hanya mengaitkannya berhubungan dengan tugas kita sebagai guru. Kau ajarkanlah anak-anak itu tentang kebebasan berekspresi, toleransi dan penghargaan kepada orang lain dan menjunjung tinggi hak dasar manusia : hak untuk hidup.
Aku tidak tahu apakah karena dunia sudah tanpa sekat, belakangan ini banyak kabar yang menggetarkan hati. Aku pernah menonton sebuah serial dimana seorang tuan putri bertanya kepada pengawalnya tentang “ make a wish “ sebelum pengawal menjawab tuan putri berkata, “ apakah kau berdoa untuk kedamaian dunia ? itu adalah doaorang naïf  “ si pengawal tersinggung dan berkata, “ tugasku adalah memastikan kenyamanan seseorang tentu saja aku mendoakan kedamaian dunia “. AKu tidak pernah berdoa untuk keamanan dunia,tidak pernah sekalipun karena bagiku itu terlalu tidak nyata, aku bahkan tidakbisa membayangkan dunia ini aman, aku tidak bisa membayangkannya. Sejak kecil aku membaca Koran dan tidak sekalipun aku menemukan Koran tanpa ada kabar yangmembuat hatiku bergetar. Aku bahkan besar dengan kabar mengenai perang di Afganishtan, mulai awal sampai akhir, sampai Amerika menarik pasukannya dari Afganishtan.Tetapi sepertinya aku membatasi kuasa Tuhan dan apa salahnya permintaan? Iyakan ?
Minggu kemarin seseorang membawakan doa syafaat dan berdoa untuk kedamaian di dunia dan akuterhenyak. Aku bahkan tidak bisa memikirkannya. Ku temukan diriku selama ini terlalu egois bahkan untuk urusan doa.
Aku akan berdoa untuk kedamaian dunia.Aku memikirkan bagaimana rasanya hidup di daerah konflik dan aku tidak bisa membayangkannya. Aku akan memulainya
Tentang siswamu,mungkin kau baru mengajarkan mereka mengenal huruf, angka dan hal-hal lain yang sering kita ukur dengan angka. Tetapi jangan lupa kau mengajarkan mereka mengenai karakter. Aku tahu murid-muridmu adalah anak-anak yang manis yang mencintai kedamaian. Kau pasti bangga memiliki siswa seperti mereka dan mereka bangga memanggilmu ibu guru.

Begitu ceritaku dari 3171 KM dari Medan dari sekitar
           

Que Sera


21 Januari 2015 pukul 1:31
Lagu kesukaanku adalah “ Home” dari Michael Bubble. Entah mengapa dulu setiap kali mendengar lagu itu aku selalu termotivasi untuk melangkahkan kakiku. Aku ingin tahu apakah berbeda rasanya mendengarkan lagu itu di kampung halamanku atau mendengarkannya di kejauhan,ribuan kilometer dari kampung halamanku misalnya. Aku malah ingin mendengarkanlagu itu di tepi sungai Rhein, di Jerman. Ya, ada beberapa negara yang ingin kukunjungi Jerman adalah salah satunya dan Yerusalem salah duanya, hahah. Itu adalah mimpiku, bermimpi tidak dilarang dan semuanya berawal dari mimpi.

Aku memutar lagu itu saat ini dibawakan oleh Blake Shelton. Aku berpendapat Michael Buble-lah yang paling apik membawakan lagu ini secara ini adalah lagunya. Lagu ini pernah juga dibawakan oleh Westlife dan duet blake Shelton dengan Usher, bayangkan penyanyi country dan R&B membawakan lagu “Home” ya kombinasi yang istimewa. Penyanyi Korea Selatan juga tidak ketinggalan untuk membawakan lagu ini, Bernard Park, ya diacukup berhasil terbukti aku menyukainya. Tapi versi Michael Bubble tetap nomor satu.

Aku masih ingin menulis. Aku baru sajamenyadari betapa aku tidak komitmen untuk mimpiku menulis. Aku melihat tulisan Chandra Aritonang, ya sudara jauh, teman dari SD sampai kuliah, teman satu asrama, dan aku tidak pernah tahu kalau ada potensi menulis dari dirinya. Aku tidak tahu mungkin dia ketularan bang Rinto, bang Rinto juga yang menyuruhku untuk menulis. Aku akui aku tidak bagus dalam menulis sesuatu untuk Koran yang dituntut lebih ilmiah, not my style. Tetapi kalau aku berkata seperti begini maka istilahnya atau secara tidak langsung aku berkata menulis adalah takdir.TIDAK. Berdasarkan satu buku yang aku baca menulis itu bukan takdir,  seseorang itu memang tidak memiliki bakat menulis tetapi dia bisamengasahnya dan menjadi penulis.

Aku ingin menjadi penulis. Menjadi seorang yang menciptakan dunia kecil di dunia yang bersar ini. Melahirkan anak-anak lelaki dan perempuan, menciptakan kehidupan untuk mereka, menciptakan konflik untuk mereka dan juga memberikan penyelesaian untuk mereka. Aku ingin menciptakan kehidupan yang ku inginkan dalam tokoh –tokohku. Mungkin saja aku menciptakan seorang tokoh bernama Nata, seorang mahasiswa yang bisa melawan dosennya sampai akhir, memiliki rumah yang mempunyai perpustakaan dan perpustakaannya ada jendela besar dari kaca. Dari jendela itu dia bisa melihat kolam ikan dan taman. Atau aku menciptaan tokoh lain bernama Ade yang sangat menyukai puisi Sapardi dan selalu berpendapat bahwa puisi “Aku ingin “ adalah puisi paling romantis sedunia walaupun dia tidak begitu memahami maksudnya. Atau aku menciptakan karakter seorang gadis bernama Nanas yang membutuhkan waktu 3 jam untuk merapikan lemari bukunya, menyortir kertas-kertas dan mengaturnya sedemikian rupa tetapi dalam setengah jam lemari buku itu sudah berantakan.Dia sangat pelupa dan hanya ingat maksimal 3 nomor telepon. 

Menulis membuatku bisa rileks dan bahagia, itu sebabnya aku menyukainya. Aku menulis cerita dan mengirimkannya kepada temanku. Aku menuliskan puisi dan mengirimkannya kepada temanku. Aku suka menulis kecuali menulis sms.  

Aku pernah mencoba menulis novel, aku membagikannya ke beberapa temanku, beberapa dari mereka membaca dan merespon dan beberapa tidak. Sedih. PASTI. Tetapi harusnya itu tidak menghalangiku untuk menulis. Dulu aku bisa terjaga semalaman dan mencoba berfantasi untuk mendalami tokohnya hingga mataku sakit dan harus ke dokter, dokternya bilang aku stress. WHAT?????
Seseorang itu memiliki mimpinya. Aku juga.Mimpiku sangat sederhana, aku ingin menjadi penulis, guru, petani dan aku ingin memiliki kolam ikan. WHAT AGAIN???? Ya, aku terobsesi dengan kolam ikan. Entah mengapa aku selalu ingin mempunyai kolam ikan. Saking pengennya kolam ikan aku pernah meminta ladang ke orang tuaku yang dekat dengan sumber air, tujuanku adalah agar aku bisa membuat kolam ikan. Tapi aku adalah perempuan dan perempuan tidak seharusnya meminta itu.  Oke aku akan menemukan kolam ikanku sendiri.
Pokoknya aku ingin kolam ikan.

Setiap orang itu mempunyai mimpinya tetapi tidak semua orang bisa hidup dan berjalan seperti mimpinya. Seperti diriku.Aku tidak berjalan dengan mimpiku walaupun aku sudah menjadi guru sebagai salah satu mimpiku. Guru adalah impian mamak ku tersayang. Maka dalam versi Max Lucado aku adalah orang yang menjalani mimpi orang lain. Tetapi aku sudah berdamai dengan diriku, aku akan menjadi guru dan itu sebabnya aku berada disini.
Hidupku masih lebih baik dibandingkan banyak orang diluar sana yang mungkin bahkan tidak memiliki kesempatan untuk bermimpi. Jangankan bermimpi mereka bahkan tidak punya waktu untuk tidur. Kehidupan mereka selalu siang dan terjaga, terjaga untuk waspada jangan jangan akan ada bom molotov yang mendarat persis di kaki mereka. Maka aku mencoba berdamai dengan diriku dan hidup dengan baik.


I try to write a poem, I would like to share :

Hari akan datang kemudian berganti
Malam akan menyapa dan dihalau oleh mentari pagi
Begitulah ketidakabadian
Dan kita berdiri diantaranya
Daun jatuh, bunga layu, pohon mati dan embun lenyap
Begitulah ketidakpastian
Aku dan kau didalamnya
Hari ini menggenggam dan sebentar dilepaskan
Ketidakmungkinan, keraguan, pergantian
Matahari terbit lalu terbenam
Selamanya adalah kata yang tidak bisa kita gunakan
Kita tertawa, kita diam, kita menangis,kita tersenyum
Semuanya menarik dan kita yang merasakannya
Musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur
Aku dan kau berjalan di kehidupan tanpa jaminan
Tanpa ritme dan selalu penuh kejutan
Dan untuk semua kejutan itulah kita ada


Semangat Pak Ahok


14 November 2014 pukul 21:59


            Hai pak Ahok, aku tahu ketidakmungkinanbapak membaca tulisan ini mungkin sama dengan ketidakmungkinan aku menginjakkankaki di bulan. Aku hanya menuliskannya. Bapak memang telah mencatat sejarah baru dalam pemerintahan Indonesia. Bapak adalah seorang etnis Tionghoa dimana kurang20 tahun yang lalu diperlakukan tidak adil bahkan cenderung tidak diakui di Indonesia belum lagi bapak adalah orang Kristen. Menjadi minoritas di suatu daerah mungkin menjadi kesulitan bagi bapak. Padahal kalau kami orang pribumi ini melihat bagaimana pencapaian etnis Tionghoa dalam mengharumkan bangsaIndonesia tidaklah sedikit. Rasanya kita belum bisa melupakan bahwa lagu Indonesia raya berkumandang tak kala Alan dan Susi Susanti menjadi jawara dalam olimpiade.
            Pak Ahok, sejak kecil aku suka menonton berita atau membaca Koran. Di tahun 1998-2000 menurutku adalah tahun-tahun kelam bagi bangsa kita. Aku melihat banyak kekacauan, penjarahan dan kekerasan, banyak etnis Tionghoa yang melarikan diri keluar negeri. Semuanya chaos. Aku tidak ingin sejarah itu terulang kembali.
Mengenai etnis Tinghoa, aku rasa Indonesia sudah seharusnya menerimanya sebagai salah satu etnis di Indonesia sama seperti Batak, Jawa, Sunda dan yang lainnya. Seperti aku mencintai Indonesia, aku yakin mereka yang etnis Tinghoa juga mencintai Indonesia (mungkin lebih dari yang aku lakukan).
            Aku senang ketika Pemilu tahun ini di Medan banyak etnis Tionghoa yang mencalonkan diri. Itu artinya mereka juga ingin berpatisipasi Dalam pentas politik Indonesia. Itu artinya mereka juga sudah menyadari mereka punya kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa ini. Bagiku itu adalah perkembangan yang sangat bagus untuk bangsa kita.
Pak Ahok, seandainya bangsa Indonesia memiliki lebih banyak orang seperti bapak. Menurutku bapak adalah orang yang tidak punya ambisi dan itulah sebabnya semesta mengikat bapak dalam sebuah jabatan yang prestisius. Itulah sebabnya jabatan itu yang mencintai bapak. Tidak ada yang bisa menggagalkannya walaupun mereka mengerahkan 5 juta orang.
            Pak Ahok, apakah bapak ingin menjadi presiden? Apakah bapak ingin mendengar jawabanku?
Walaupun Gusdur berkata itu mungkin bagiku itu sedikit tidak mungkin kecuali kita membungkam mulut provokator yang selalu menyuguhkan fakta-fakta yang sebenarnya bukan penghalang untuk menjadi presiden. Mereka itu adalah orang yang mengkhianati bangsa Indonesia. Dengan tidak tahu malu mereka berusaha menyeret masyarakat kita ke jaman penjajahan. Mereka adalah orang yang ingin menjadi raja– raja padahal mereka tidak memiliki karakter pemimpin yaitu melayani.
Pak Ahok, di Taiwan aku tinggal sekamar dengan orang Taiwan bernama Jean. Dia pernah berkata bahwa Yesus dan Buddha adalah teman baik.
“They are Buddy “ begitu komentar Jean membuatku tertawa.
Jean tidak mempermasalahkan ketika kami menyuruhnya membaca alkitab. Dia mengaku tahu cerita alkitab. Pernah dia menyuguhi kami film tentang Yesus dan Buddha yang tinggal bersama. Dan tidak sedikitpun kami berdua merasa keyakinan itu sebagai sesuatu yang harus kami paksakan. Jean merasa biasa saja ketika kami bernyanyi lagu Kristen. Alangkah baiknya kalau aku dan orang lain juga seperti itu. Kami berbagi cerita mengenai Yesus dan Buddha dan tidak ada hasrat untuk mempertentangkannya atau untuk memaksakannya.
Aku sangat merindukan ini di Negara kita. Kita selalu mempertanyakan Tuhan mana yang disembah. Entah itu untuk masuk TK,SD, SMP, SMA, Kuliah, bekerja. Memangnya kualitas otak seseorang ditentukan oleh agama yang dianut seseorang?
Itulah sebabnya pak Ahok, dosenku terperangah ketika ku beritahu ada keterangan agama di KTP. Mengapa kita tidak mengisi dengan sesuatu yang lebih berguna misalnya golongan darah? Jadi kalau terjadi sesuatu yang buruk bisa diselamatkan dengan cepat? (ah aku ngawur lagi)
Sangat alot dan melelahkan membicarakan agama ini, padahal tak ada satu pun agama yang mengajarkan keburukan. Kita seperti memberikan pedang kepada  Tuhan kita.
            Pak Ahok, Undang-Undang berkata bahwa untuk menjadi presiden Indonesia harus orang Indonesia asli. Bapak memenuhi persyaratan itu. Untuk itu bapak bisa menjadi calon presiden. Kalau bapak menjadi calon presiden, aku akan berkampanye untuk bapak, sepanjang bapak menjalani tugas dengan baik di Jakarta. Aku akan menjadi pendukung yang setia dan loyal.
            Pak Ahok, diluar sana banyak orang yang menggunakan nama sebagai wakil rakyat untuk mengeruk kekayaan Indonesia.Aku yakin bapak tidak seperti itu. Di luar sana masih banyak yang opportunis,aku yakin bapak tidak seperti itu. Tetap semangat pak Ahok memperbaiki Jakarta secara Jakarta adalah wajah Indonesia. Aku mendukung dan mendoakanmu walaupun bukan gubernurku.
Sekian dulu catatan ngawurku, maaf kalau ada kata-kata yang salah. Semangat Indonesia untuk yang lebih baik, damai negeriku, sejahtera penduduknya, berdaulat di mata bangsa-bangsa lain. Berdaulatlah agar aku memiliki keberanian untuk berjalan dengan tegak di negara orang.


Calon guru

Nasrani

Dear Rani :)


23 Februari 2015 pukul 22:01
Dear Rani,
Salam sayang buat mu yang berada diNegeri Tao ming Tse dari ku di ufuk paling timur Indonesia.
            Sebenarnya aku tidak begitu bisamerangkai kata untuk menjadi sebuah tulisan. Jadi jika pilihan kata yang kubuat tidak bisa memuaskan kerinduanmu akan Papua, Maafkan aku. Ini juga kutuliskan agar kau tahu bahwa aku disini baik baik saja, dan agar kau juga tidakpernah bosan mengirimiku tulisan tulisanmu. Saat ku katakan aku merindukantulisanmu, aku jujur. Apalagi tulisan tentang si “Mei”. Hahahah…. (ngakak pulakaku). Ops, oke baik ku lanjut saja.
            Seperti yang kau tahu, akuditempatkan di Kabupaten Yahukimo, distrik Dekai, Provinsi Papua. Mungkin sudahbanyak cerita yang kau dengar tentang kota ini, mengingat kak melda juga pernahditempatkan di sini. Tapi aku akan menceritakan kota ini dari sisi pandangku.
Yahukimoberasal dari kata YAli, HUpla, KImyal, dan MOmuna. Itu nama- nama suku besar dikota ini. Keadaan suhu dikota ini tidak jauh berbeda dengan medan. PANAS.Katanya suhu disini malah bisa lebih panas dari yang kami rasakan sekarang.Semoga tidak terjadi. Penduduk kota ini sangat ramah. Mereka selalu menerapkansistem 3S, Senyum, Sapa, Salam.
            Kami anak SM-3T yang ditempatkandisini ada 32 orang. Dan kami semua ditempatkan di satu distrik dan tidak disebar ke distrik terpencil. Jadi kami yang 32 orang berada dalam satu rumah.Bayangkan lah nang, betapa padatnya kami dirumah ini. Dulu sebelum ke Papua,cerita yang kami dapat bahwa di Papua air dan listrik sangat terbatas. Tapisyukurlah hal itu tidak kami alami. Kami difasilitasi sangat lengkap olehPemda. Rumah, listrik, air, peralatan memasak bahkan sampai kasur dan bantalpun diberikan. Jika sering diiklan di tivi, bahwa sumber air di Papua tidakada, itu hanya melebih - lebihkan nang. Di sini banyak kali ( sungai) yangairnya jernih.
            Kami ditempatkan di sekolah yangberbeda-beda. Aku dan 15 teman lainya (termasuk kak Lenny Sitinjak-satukampungmu-) ditempatkan di Yayasan Kristen Anugrah Dekai. Ini sekolah yang barudibuka. Sistem pendidikan yang di rancang pun masih acak adul. Disekolah ini,kami harus menjalani peran ganda. Tidak hanya sebagai guru, tapi juga sebagaipegawai tata usaha, petugas kebersihan, bahkan kami pernah diminta untukmerancang kurikulum, silabus. Tapi jangan salah, kami disini mangajar tidakmenggunakan RPP. Aneh kan. Tapi itulah yang terjadi.
            Di kota ini tidak ada angkutan umum,yang ada hanya ojek. Harganya lumayan mahal. Juga aku pribadi takut untukmencoba, melihat supirnya seram-seram… Dan karena itulah kami harus menempuhperjalanan sejauh  Km dengan berjalan kaki. Tapi terkadang adamobil blakos (belakang kosong alias PickUp) yang mau berhenti dan mengangkutkami. Mungkin kalau diMedan, aku akan malu jika naik mobil blakos. Tapi disiniaku justru sangat senang. Kadang malah kami mau melambai lambaikan tangan jikaada mobil pribadi yang lewat. Mencoba keberuntungan siapa tau pemilik mobil maumengangkut kami. Hehheheh. Disini guru sangat dihargai. Saat berpapasan, merekaakan selalu menyapa kami. Dimana mana kami selalu dipanggil “ibu guru”. Sangatsenang mendengarnya.
            Aku mengajar di SMK dengan siswaberjumlah 12 orang. Kau tau nang, sangat sulit bagiku untuk menerima kenyataanbahwa mereka dengan usia yang sudah belasan dan badan yang begitu besar masihbelum bisa membaca dan berhitung. Ada satu orang yang sudah bisa membaca tapijika ku suruh menulis dia sering mengurang atau menambah huruf dalam satukalimat. Mereka sering mengubah huruf ‘g’ jadi ‘k’, huruf ‘j’ jadi ‘y’, huruf‘b’ dan ‘p’. Alhasil aku jadi seperti guru TK. Aku tidak tau harus menyalahkansiapa. Mereka, gurunya, ayah ibunya, atau pemerintah daerah. Miris melihatmereka seperti ini. Awal pertama kali mengetahui keadaan mereka, aku sempatmerasa nyerah. Aku tidak bisa, ini terlalu berat, mereka sangat bodoh, berbagaipemikiran negatif tentang mereka memenuhi otakku. Tapi lambat laun setelahberadaptasi dengan mereka, aku mulai bisa menerima kelemahan-kelemahan mereka.Dan aku juga mulai bisa menyakinkan hatiku, bahwa aku ada disini untuk membantu,bukan mengajari mereka.
            Seperti kau yang sering melihatlihat facebook teman-teman kita, aku juga sering stalker-stalker facebookmu.Siapa tau ada tulisan baru yang kau update tanpa men tag namaku didalamnya.Hahahahah… Kau tau Ran, (aneh rasanya memanggilmu begitu – biasanya NAS-) akusangat senang saat kau mengingatku, kau mengingat aku yang sering menagih nagihtulisanmu. Aku suka membaca status-statusmu tentang kampusmu disana,profesormu, pak jokowi dan ahok yang kau idolakan, juga ulasan-ulasanpemikiranmu tentang negeri ini. Aku salut melihatmu bisa menuangkan apa yangkau pikirkan dalam bentuk kata-kata yang enak buat dibaca. Terkadang aku inginmenirumu, mencoba menuliskan apa yang kulihat, kudengar dan kurasakan. Tapi akutidak bisa.
            Kau benar, aku terkadang iri dengankalian yang ada di sana. Aku iri melihat kalian bisa mengecap pendidikan sampaike negeri orang. Aku iri melihat kalian bisa fasih berbicara dalam bahasainggris. Sementara aku, yang ku tau hanya yes no saja… hehehehehe…. Tapiterkadang aku juga sadar, semua orang punya jalannya masing-masing. Tuhan tidakpernah salah menempatkan kita kan. Yahukimo mungkin bukan kota yang pernah kuimpikan untuk tempatku mengajar. Tapi di kota ini aku belajar untuk peduliterhadap orang lain, bahwa banyak orang yang masih sangat membutuhkan sosokkita sebagai guru disini. Mereka membutuhkan bantuan kita bukan pengajaranseperti yang diberikan guru-gurunya disini.
            Tau nang, disini juga imanku pada Tuhan semakinbertumbuh. Aku menjadi aktif melayani di Gereja Katolik. Padahal di medan dulu,aku hanya formalitas jika kegereja, datang ibadah lalu pulang. Aku hanyapenikmat saja. Tapi sekarang aku ikut ambil bagian dalam pelayanan. Mungkinkarna jemaat disini sedikit dan sangat ramah-ramah. Aku betah disini. Malahsempat terpikirku, bagaimana jika suatu saat aku kembali ke kota ini. 8 bulan lagi waktuku di kota ini. Merindukan Medan,itu sudah pasti. Namun yang ku inginkan sekarang ialah tetap menikmati udaradan air kota ini, mengikuti perkembangan siswa siswaku, merasa ketakutan ataskericuhan-kericuhan yang terjadi. Karena aku yakin 8 bulan lagi, saat aku akankembali, aku pasti akan meneteskan airmata meninggalkan kota ini.
            Aku tidak tau bahwa kau memilikikerinduan yang begitu besar untuk mengabdi di pulau ini. Dengan pendidikanmuyang sudah tahap Strata dua, mungkin untuk menjadi guru hanya pekerjaan yangkecil ran, kau bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik. Tapi jika kau ingin,dan jika panggilan untuk menjadi guru itu masih ada, datanglah kemari. Merekadisini butuh bantuan kita.
            Kau pasti bosan, atau tertawa saatmembaca tulisan ini. tah apa-apa yang dibuat si ade ini kan. Hahhhah,,maklumlah yaah masih belajar aku. kan udah kubilang di atas tadi aku gag pandemenulis. Jaga kesehatan disana yah eda. Sampaikan salamku buat teman-temandisana. Oh ya, salam juga buat profesormu.

Salamsayang eda..
Yahukimo,Papua
AdeNovelin Tarigan

Yang Tersisa dari Musim Dingin


26 Februari 2015 pukul 0:26
            Musim dingin akan berakhir. Seminggu yang lalu kami berada di Lantan (Kampus kami memiliki 4 lokasi kampus dan kami harus tinggal di asrama Lantan karena pegawai di asrama Minsyong libur imlek) untuk tinggal selama seminggu. Selama di Lantan suhu cenderung lebih hangat dan kami berpikir Februari telah mengusir musim dingin. Aku membayangkan matahari sedang dalam perjalanan ke 0 derajat dari 23½ derajat lintang selatan. Tetapi apa daya kemarin (23/2) suhu kembali turundan malam sangat dingin. Jean (teman satu kamar orang Taiwan) mengatakan bahwa musim dingin adalah ibu tiri dan sering memberikan harapan palsu.
            Musim dingin di Taiwan itu hanya menyisakan dingin dan tidak ada salju. Musim dingin minim hujan dan sinar matahari tidak berhasil membuatmu merasa hangat. Musim dingin di Chiayi yang merupakan daerah pertanian membuat angin sesukanya berhembus dan menambah dingin disini. Ketika aku mengunjungi Taipei aku malah merasa Chiayi lebih dingin walaupun Chiayi berada di Selatan Taiwan dan Taipei berada di utara Taiwan. Logikanya Taipei harus lebih dingin daripada Chiayi. Tidak ada salju yang turun di Taiwan kecuali di gunung Hehuansan dan tahun ini kami par Chiayi stambuk 2014 belum berkesempatan untuk mengunjungi daerah itu,mungkin tahun depan, AMIN.
            Diawal liburan musim dingin kami mengunjungi Chungli tepatnya kampus CYCU (Chung Yuan Christian University) untuk mengikuti pertemuan yang diadakan oleh PPSU(Persatuan Pelajar Sumatra Utara). Disana kami bertemu dengan “Founder Father”gerakan mewujudkan15.000 doktor di Sumatra Utara. Melihat beliau, saya jadi teringat ketika dia mengomentari study plan saya yang katanya ecek-ecek. Maklum saya memang tidak mengerti grammar sama sekali.Bahkan dosen saya disini pernah mengomentari grammar di laporan saya.
“You guys pretty good at speaking but not in writing..”begitu kira-kira kata beliau.
Jadi dosen saya ini menyempatkanmengajari kami grammar dan masih saja sulit untuk kami.
Kembali ke bang Mula, beliau sangatsemangat memaparkan visi dan Misi “gerakan” serta latar belakangnya dan bahkan sampai menyeret nama Soekarno, B J Habibie dan Anis Baswedan.
            Memang pendidikan sangat penting. Kebanyakan dosen saya adalah lulusan luarnegeri,  5 dosen yang mengajar di kelas semuanya adalah lulusan Phd (Doctor) dari Amerika Serikat. Mereka belajar di Amerika dan kembali untuk mengajar di Taiwan. Mungkin ilmu yang dipelajari di Taiwandengan di Indonesia sama saja tetapi cara mengajar sangat berbeda. Fasilitas yang ditawarkan di Taiwan juga sangat berbeda. Untuk mereka yang menekuni ilmu eksakta, kebanyakan mereka mengaku kewalahan dengan fasilitas di Taiwan karena tidak terbiasa di Indonesia. NCYU (National Chia Yi University) salah satu universitas negeri di kota Chia Yi. Kampus kami memiliki 4 kampus di daerah Chiayi, kampus Lantan merupakan kampus yang terluas, disamping bangunan kampus terdapat asrama, museum insect, danau dan hutan kecil. Kampus Minsyong adalah kampus tempatku belajar, kampus ini juga memiliki asrama, danau kecil dan menurutku tergolong nyaman dan akses yang lebih mudah dibandingkan kampus Lantan. Kampus ketiga adalah Xinmin dan Linsen (aku belum pernah kesana). NCYU juga memiliki sekolah afiliasi, jadi kampus kami membina sekolah di Chiayi dan sekolah yang dibina tergolong sekolah yang bagus di Chia Yi.
            Aku memang harus mengakui bahwa pendidikan di Taiwan lebih maju daripada di Indonesia. Selama aku menjadi mahasiswa tidak pernah ada dosen yang mengirimiku softcopy buku berbahasa Inggris. Advisor-ku mengirimiku softcopy dan aku tahu dia membayar untuk berlangganan disana, itulah sebabnya dia memiliki softcopy buku-buku itu. Maka sepulang ke Indonesia aku akan melakukan hal-hal baik yang kuterima disini.
            Tadi pagi aku membaca status salah satu abang stambukku yang sudah tamat dari NCYU dan kembali ke Aceh yang mengeluhkan peminjaman buku di perpustakaan di Aceh yang memperbolehkan hanya meminjam 2 buku dalam 2 minggu sedangkan disini dia bisa meminjam 20 buku dalam waktu 2 bulan. Ya, benar sekali. Di kampus ini mahasiswa bisa meminjam hingga 20 buku dalam waktu 2 bulan. Di kampus ini kami bisa menggunakanstudy room 24 jam, maka kami memang pernah tidur di study room(bukan karena sibuk mengerjakan PR, karena ingin merasakan tidur diluar saja). 
            Musim dingin sepertinya akan berakhir, mahasiswa sudah kembali ke asrama dan besok perkuliahan secara resmi akan dimulai. Enam bulan sudah aku berada di negeri Formosa ini. Jika aku kembali melihat kebelakang aku tidak pernah membayangkan akan berada di negara ini. Tanggal 31 Desember 2013 sekitar jam 23.00 WIB, aku sedang berada di rumahku disebuah desa kecil yang membutuhkan waktu 5 jam perjalanan menggunakan bus dari Medan. Saat itu aku sedang menunggu gereja HKBP dibelakang rumahku dan gereja GKPI di sebelah barat rumahku memperdengarkan lonceng pertanda hari baru di tahun yang baru telah tiba. Aku menonton televisi dan melihat ada perayaan tahun baru dengan pesta kembang di menara 101 Taipei.Saat aku melihat kemegahan di menara 101 Taipei, aku berkata aku akan berada disana di tahun berikutnya. 25 Januari lalu aku ke Taipei dan mengunjungi menara itu, rasanya menyenangkan menginjakkan kaki di tempat itu walaupun lampu-lampu dibangunan itu sudah dimatikan karena kami tiba tengah malam.Rasanya menyenangkan berkata, “ akhirnya aku disini”. Rasanya menyenangkan bisa merealisasikan mimpi-mimpi. Aku masih memiliki mimpi yang lain, aku ingin ke Papua, mengajar disana selama 1 atau 2 tahun, mengunjungi Raja Ampat, cuci muka di Sungai Rhein, mengunjungi negara yang katanya penuh kebahagiaan: Bhutan dan Tibet (Setelah menonton film Seven years in Tibet). Untuk tahun depan aku ingin mengunjungi Hehuansan, aku ingin tahu apakah aku bisa bertahan di tengah salju.Jika itu aman untukku dan hidungku, maka aku ingin melanjutkan perjalanan. Aku masih ingin bermimpi hal-hal yang mustahil karena itulah mimpi dan aku ingin merealisasikannya.
            Diawal tahun 2014 aku membaca buku “The Alchemist” yang menceritakan kisah seorang anak lelaki penggembala yang keluar dari zona nyaman hidupnya. Dia pergi setelah menjual semua domba untuk membiayai perjalanannya menemukan harta karun di Mesir. Sebuah keputusan yang sempat disesalinya karena uang hasil penjualan dombanya menghilang begitu saja ketika dia ditipu oleh orang asing. Tetapi dia tetap membulatkan hatinya untuk tetap merealisasikan mimpinya. Aku ingin seperti anak lelaki itu, memiliki mimpi dan merealisasikannya. Begitulah mimpi,dia yang membuat setiap orang berdiri dan keyakinan akan mimpi itu yang membuat setiap orang melangkah.

Hal unik yang ku pelajari dari Taiwan :
1.     Sekali 4 tahun dalam penanggalan kalender Cina mereka akan mempunyai 13 bulan dalam 1 tahun. Kalau dalampenanggalan masehi akan ada tambahan 1 hari setiap 4 tahun makan ada tambahan 1bulan dalam penanggalan Cina.
2.     Jangan memberikan hadiah sepatu, jam atau sapu tangan kepada orang Taiwan, jika memberikan sepatu maka kitamengharapkan orang yang menggunakan pergi, jika memberikan jam karena pengucapannya yang mirip dengan kematian.
3.     Angka 4 disini merupakan angka yang kurang baik karena 4 dalam bahasa mandarin adalah “Sì” yang pengucapannya mirip dengan “Sǐ”yang berarti mati.
4.     Angka 9 merupakan angka yang baik karena 9 dalam bahasa mandarin “Jiǔ” pengucapannya mirip dengan “Jiǔ” yang berarti lama, jadi orang yang berpacaran akan memberikan 99 bunga dan berharap hubungan mereka selama-lamanya.



Salam dari 231/2 derajat lintang utara,Chia Yi, Taiwan


February 24th 2015

Belajar Dari Negara Kecil Bernama Taiwan

30 Maret 2015 pukul 0:26
Taiwan benar- benar negara yang membuat siapa saja yang datang betah dengan segala kenyamanan yang ditawarkan. Taiwan menyediakan sarana dan prasarana yang memadai serta berkualitas. Hal ini penulis lihat bahkan di hari pertama menginjakkan kaki di Taiwan. Di hari pertama tiba di Taiwan penulis harus tidur di bandara Internasional Taoyuan. Di bandara tersedia kamar mandi yang bersih, air siap minum, sofa yang bisa digunakan untuk tidur serta tempat men-charge perangkat elektronik seperti handphone. Perlengkapan umum yang  penulis lihat di bandara Internasional Kuala Namu yang megah masih kurang dibandingkan dengan bandara Internasional Taoyuan. Mari sejenak berkenalan dengan Taiwan.
Sarana Trasnportasi
Jangan harap melihat kesemrawutan di Taiwan walaupun professorku mengatakan bahwa di Taipei masih ada macet namun sepanjang di Taiwan penulis tidak pernah merasakan kemacetan. Jalanan di Taiwan sangat mulus dan luas. Tidak ada antrian kendaraan. Tidak ada klakson di jalanan. Tidak ada kendaraan yang saling menyalip dan tentunya jalanan di Taiwan bersih. Taiwan juga sangat ramah terhadap pengendara sepeda dan pejalan kaki. Jalan dibagi menjadi tiga jalur yakni jalur mobil, sepeda motor dan sepeda. Dan lagi-lagi kedisiplinan warga Taiwan sangat pantas diacungi jempol. Bayangkan saja hanya garis putih yang membatasi setiap jalur tetapi setiap pengendara menghormati hak masing – masing dan tidak ada mobil yang melintasi jalur sepeda motor atau sebaliknya. Coba bandingkan dengan yang terjadi di Jakarta, mobil, sepeda motor bahkan penduduk sendiri sering melintasi jalur transjakarta yang notabene memang hanya diperuntukkan bagi bus transjakarta, alhasil tindakan ini sampai menelan korban nyawa.
Taiwan menyediakan berbagai sarana transportasi umum seperti bus dan kereta api. Bus yang disediakan adalah bus yang bersih dan nyaman untuk digunakan. Tidak pernah penulis menemukan ada penumpang yang berdesakan di bus. Ini karena pemerintah Taiwan menyediakan bus yang sesuai dengan jumlah penduduk. Selain itu Taiwan juga menyediakan kereta api dan tidak ada penumpang yang berdesakan di kereta api. Lagi-lagi Taiwan sangat memanjakan warganya.
Taiwan sangat ramah terhadap kaum berkebutuhan khusus
Ya. Taiwan sangat peduli terhadap warganya baik lansia maupun difabel. Di kereta api akan ditemukan priority seat yang diperuntukkan bagi penumpang yang membutuhkan perhatian khusus seperti wanita hamil, lansia, buta dan lainnya. Dan tak sedikit warga yang sangat peduli dengan orang-orang berkebutuhan khusus. Bahkan walaupun tidak ada yang menggunakan “ priority seat “ ada beberapa warga yang tidak mau duduk di priority seat dan memilih berdiri di kereta api. Sebuah sikap yang patut ditiru dari masyarakat Taiwan.
Masih di kereta api, petugas kereta api sangat bertanggungjawab dan berdedikasi terhadap tugasnya. Petugas dengan sigap mengantarkan penumpang buta atau membantu pengguna kursi roda. Jadi di Taiwan akan biasa rasanya melihat pengguna kursi roda atau kaum difabel lain yang beraktifitas sendiri tanpa takut kesulitan. Itu karena Taiwan memperlakukan kaum difabel dan orang berkebutuhan khusus lainnya dengan baik.
Di lift, kita juga akan mudah menjumpai tombol yang disesuaikan dengan pengguna kursi roda, sehingga memudahkan mereka menggunakan lift ketika tidak ada yang mendampingi. Selain itu di Taiwan tersedia kendaraan yang diperuntukkan bagi orang yang kesulitan berjalan, kendaraan mirip sepeda motor tetapi didesain sedemikian rupa sehingga nyaman di gunakan dan aman. Maka kekurangan fisik tidak pernah menjadi hambatan bagi masyarakat Taiwan untuk beraktivitas seperti orang normal lainnya.
Bagaimana dengan pendidikan Taiwan ???
Pendidikan di Taiwan banyak mengadaptasi sistem pendidikan Amerika Serikat. Taiwan menggunakan kurikulum yang tidak berubah lebih dari 10 tahun yang lalu. Bayangkan dengan berapa kali kurikulum di Indonesia berubah dalam 10 tahun ini. Dosen penulis berpendapat bahwa perubahan kurikulum akan memberikan dampak yang serius bukan saja bagi siswa tetapi juga bagi guru. Memang benar bahwa perubahan kurikulum seharusnya dipikirkan secara matang. Hal ini karena baik guru maupun siswa memerlukan waktu yang relatif lama untuk beradaptasi dengan kurikulum yang baru. Belum lagi menyediakan sarana dan prasarana penunjang diterapkannya kurikulum yang baru seperti buku.
Taiwan memiliki banyak universitas baik negeri maupun swasta. Fasilitas pendidikan di Taiwan juga sangat bagus. Di kampus tempat penulis menuntut ilmu, universitas menyediakan banyak fasilitas umum seperti perpustakaan, sarana olahraga, asrama dan juga sarana rekreasi seperti kolam dengan taman yang bisa dipergunakan untuk rekreasi dari kepenatan belajar. Perpustakaan di kampus menyediakan banyak tempat untuk belajar. Bahkan study room bisa digunakan selama 24 jam. Jadi hal yang umum di kampus ini melihat mahasiswa masih berada di perpustakaan diatas jam 12 malam. Kampus juga menyediakan air minum, lampu belajar dan tentunya meja belajar. Fasilitas sederhana namun mampu memotivasi mahasiswa untuk belajar.
Taiwan adalah negara kecil yang bahkan masih kalah dengan luas Pulau Bali. Namun seperti pepatah yang mengatakan kecil – kecil cabe rawit, biar kecil tetapi menggigit. Taiwan adalah cabe rawit bagi benua Asia. Walaupun kecil namun bisa memberikan pengaruhnya bagi dunia luar. Mungkin Indonesia bisa belajar dari negara kecil bernama Taiwan. Tidak ada salahnya belajar dari “ adik-adik” bukan ? Aku sangat berharap Indonesia bisa mengadaptasi hal-hal baik dari Pulau Formosa ini. Semoga.




A journey



            Aku sering menebak bagaimana aku 5 tahun mendatang. Dimana aku dan apa yang aku lakukan. Aku menghabiskan lebih banyak waktuku dengan hidup sendiri, karena aku dan keadaan yang memutuskan dan aku mempercayai itu bagian dari scenario Tuhan untukku. Sejak kecil bapak mengjarkanku untuk mempercayakan kehidupanku kepada Tuhan. Sejak kecil dia mengajarkanku bahwa apapun yang ku minta akan diberikan oleh Tuhan. Ketika SD aku menghabiskan waktu ke sekolah dan ke ladang. Aku tidak suka ke ladang. Aku tidak suka dengan terik matahari dan aku tidak suka dengan serbuk jagung yang membuatku merasa gatal.
Dan sejak itu aku memutuskan akan menjadi guru, ketika itu aku masih SD. Mungkin terlalu dini bagi anak kecil untuk memutuskan tetapi mungkin tidak bagi Tuhan. Tuhan benar-benar membukakan jalan yang lebar bagiku untuk menjadi guru bahkan ketika aku tidak menginginkannya.
            Tidak ada yang kebetulan untuk setiap hal yang terjadi di dunia ini. Mengapa aku harus tinggal jauh dari orang tua ku, mengapa aku ditempa dari anak yang cengeng menjadi seorang pribadi yang kuat, seorang yang hopeless menjadi orang yang optimis. Aku benar-benar bersyukur untuk diriku yang sekarang. Aku sangat bersyukur melihat buah dari perjalanan selama 12 tahun ini, walau dampaknya masih untuk diriku seorang.
Aku dulu sangat pendiam, pendendam, sangat mudah untuk marah dan menutup diri. Lihatlah sekarang diriku, aku menggenggam semua masa laluku dan berdamai dengan mereka. Aku lebih banyak tertawa, aku optimis dengan hidupku, aku membina pertemanan dengan banyak orang. Aku tidak ingin kembali ke kubangan yang mengikatku. Tuhan membukakan jalan lain yang bisa kugunakan untuk melampiaskan kemarahan atau keresahan hatiku lewat : Menulis.
            Aku mencoba menyajikan kehidupanku dalam tokoh lain dan hidupku ternyata tidak sesulit itu. Selama ini aku yang membuatnya sulit. Aku yang membuat diriku sebagai objek untuk ku lukai sendiri. Permasalahannya adalah diriku dan aku bersyukur aku sudah berdamai dengan semua hal. Masa lalu bagiku adalah pembelajaran. Aku belajar menjadi pribadi yang kuat dan Tuhan menempaku sejak aku masih kecil. Aku sekarang lebih kuat dari yang pernah aku bayangkan. Aku tidak pernah memimpikan saat ini.
Dalam bayangan mamak mungkin aku adalah seorang yang pemalu dan pendiam, tetapi aku sudah menjadi lebih baik sekarang.
            Aku banyak belajar lewat kehidupanku dan memikirkannya. Ketika di Unimed aku lebih banyak belajar mengenai ilmu kehidupan. Seorang mungkin menjadi mahasiswa yang idealis ketika ia muda tetapi toh ia jatuh juga. Banyak yang seperti itu. Tahun pertamaku di Unimed, aku membaca buku tentang Soe Hoe Gie (setelah disuruh bang Rinto), aku menyelami kehidupannya. Mencoba menempatkan hidupku dijamannya, di jaman Soekarno. Betapa tidak menyenangkannya menjadi seorang minoritas tetapi sebagian dari hatimu tetap memihak pada negaramu. Karena dari sanalah kau berasal, entah suka atau tidak sebagian hatimu sudah tertanam untuk negara bernama Indonesia.
            Di tahun-tahun berikutnya bang Itra memperkenalkanku pada Kugy dan Keenan. Dan aku terinspirasi dengan kisah-kisah dua orang yang menjalani mimpi dan orang lain berpendapat mimpi mereka tidak relevan dengan hidup di realitas. Maka melarikan dirilah dulu dan kembali lagi. Kembali kepada mimpi yang oleh karenanya kau tetap melangkah melanjutkan mimpimu. Kugy dan Kenan mengajarkanku untuk optimis. Aku akan kembali kepada mimpiku suatu saat nanti. Aku sedang berputar-putar mencari jalan untuk kembali.
            Di tahun terakhirku sebagai mahasiswa aku membaca Tetralogi Buru. Dan lihatlah betapa bodohnya aku, aku tidak mengenal Pramodya dan selain aku masih banyak mahasiswa Indoneisa yang tidak mengenal Pramodya. Itu karena penghargaan kita terhadap karya anak bangsa sangat kurang. Minat untuk membaca juga sangat kurang. Padahal membaca Tetralogi Buru akan membawa kita belajar mengenai identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Belajar bahwa untuk melepaskan diri kita dari penjajahan yang pertama harus kita lakukan adalah melepaskan diri dari jajahan bangsa sendiri. Betapa dari dulu sampai hari ini musuh terutama kita adalah sebagian orang yang selalu menganggap dirinya sebagai raja dan menindas orang lain hanya karena posisinya yang agak mentereng. Kita dari dulu hingga sekarang tetap berada pada status yang sama tidak bersedia melepaskan kasta-kasta yang kita ciptakan sendiri untuk kebaikan bersama. Maka kita tak ubahnya Amerika di masa pemerintahan John Kennedy, merdeka hanya milik nenek moyang kita yang mendeklarasikannya, bukan milik kita atau sebagian dari kita.
            Aku sangat berharap kurikulum pendidikan akan menyarankan setiap siswa untuk membaca karya sastra untuk membuka pemikiran mereka. Mereka akan lebih memahami negaranya lewat cerita dimana mereka bisa hidup didalamnya. Aku banyak belajar tentang kehidupan dari karya sastra. Dan itu adalah salah satu mimpiku. Have a great year...

This is my Journey and still be continue 

Hello Spring, here is your story

5 April 2015 pukul 20:29
            Musim dingin telah berlalu dan musim semi datang menggantikan.  Memasuki musim semi bunga-bunga bermekaran. Satu hal yang aku sukai dari Taiwan ini adalah ada banyak pohon-pohon yang berbunga, sayangnya aku tidak tahu nama-namanya. Aku begitu terpana karena pohon-pohon cantik itu. Aku berharap aku bisa membawa benihnya ke Indonesia. MIMPI.
Ketika musim dingin kami mengeluh tentang dinginnya suhu yang menusuk tulang maka musim semi diawali dengan udara yang hangat tetapi belakangan cenderung panas. ketika musim dingin matahari sudah bersembunyi pukul 17.00 maka sekarang pukul 18.00 pun matahari masih terlihat.
Udara memang terasa sangat panas belakangan ini. Di kamar kami memang tersedia dua kipas angin dan kami mengoperasiakan keduanya. Jean, teman Taiwan kami pun masih menambahkan satu kipas anginnya dan kami masih punya kipas angin satu lagi. Kalau suhu udara semakin panas mungkin kami akan mengoperasikan 4 kipas angin nanti. Kamar kami memiliki AC ( Air Conditioner) tetapi untuk menggunakannya kami harus membayar tagihan listrik nantinya, jadi sejauh ini kami belum menggunakannya.
Aku sudah kembali kuliah dan mengambil 3 mata kuliah yang semuanya adalah Research. Research on Instructional Technology, Research on Curriculum Design dan Research On Internatioal and comparative education. Selain itu aku juga mengambil kelas diskusi Statistik karena aku sangat lemah dibidang matematika. Tahun depan aku akan mengambil kelas resminya. Selain itu aku masiih harus mengambil kelas bahasa Mandarin. Di kelas mandarin kami memiliki mahasiswa dari Prancis, kelihatannya mereka akan tinggal selama 4 bulan disini.
Kelas Research on Instrucional Technology adalah kelas yang tersulit menurutku. Selain karena memang aku tidak pernah belajar mengenai itu ketika aku kuliah di jenjang S1. Di kelas ini professor yang suka fotografi sering menanyakan kami mengenai teknologi yang lebih sering kami jawab dengan gelengan kepala pertanda tidak tahu. Dia pernah menyuruh kami menceritakna perkembangan media di Indonesi. Aku menuliskan bahwa ketika aku SD aku menggunakan batu dan lidi untuk belajar berhitung. Dia begitu heran dan aku menjelaskan prosesnya.
Kelas Research On curriculum design diajari oleh professor yang sering tertawa. Dia pernah melihatku minum dari botol minuman dan dia betranya apakah aku memiliki botol minuman yang bisa tetap menghangatkan. Aku menjawab tidak dan minggu berikutnya dia datang membawa termos dan memberikannya kepada kami. Di kelasnya kami juga menonton film tentang guru. Sangat menyenangkan.
Kelas Research On Internatial and Comparative Education diasuh oleh seorang petinggi NGO. Aku sudah tidak ingat berapa negara yang dikunjunginya. Dia juga mengatakan sudah mengunjungi Indonesia beberapa kali. Tentu saja aku tertarik mendengarkan ceritanya yang mengunjungi negara-negara lain. Dia membuatku berpikir untuk bekerja di NGO.
Seminggu ini (1-6 April) kami libur. Liburan kali ini bukan karena peringatan keagamaan seperti di Indonesia tetapi liburan “ spring break”. Aku berpikir andaikan Indonesia seperti ini mungkin aka nada “ Musim hujan break” atau “ musim kemarau break “. Kami merencanakan perjalan ke Taichung. Kami memilih Taichung untuk beberapa alasan, pertama Taichung tidak terlalu jauh dari Chiayi dan Taichung memiliki bus yang gratis jika kita hanya menempuh perjalan selama 8 kilometer.
Demi menghemat ongkos 30% kami menggunakan kartu, namanya Easy card. Aku memang sudah memilikinya ketika pulang liburan dari Taipei kemarin karena begitu repot harus membeli tiket. Kami berangkat berencana menaiki kereta pukul 06.20 sayangnya kami terlambat 7 menit jadi kami menaiki kereta pukul 06.40. Di stasiun kereta kami bertemu dengan mahasiswa CCU (Chun Cheng University) yang berasal dari Nicaragua. Dia mengatakan bahwa kami tidak bisa menggunakan easy card karena perjalanan kami ke utara. Aku mengatakan aku juga pernah menggunakan kartu ini untuk perjalan ke Utara, dari Kaoshiung ke Chiayi (kan kearah Utara juga?). di kereta petugas bertanya tiket kami dan kami menunjukkan easy card, petugas berkata tidak bisa. Ketika aku bertemu dengan Jean yang sudah menunggu di Taichung bersama Missi, aku tahu alasannya adalah stasiun Taichung tidak mempunyai mesin pendeteksi kartu ini.
Di Taichung kami berdiskusi tempat yang akan kami kunjungi, Jean mengatakan akan mengunjungi Museum Sains dan Tunghai University (karena kami ingin melihat gereja uniknya). Kami sangat ingin ke pantai tetapi biaya kesana sangat mahal, jadi kami putuskan untuk mengunjungi dua tempat saja.
Di museum sains kami mengunjungi  3D theater, film yang akan diputar adalah Sherlock Holmes. Sesampainya didalam kami mennton dan sayangnya adalah film itu menggunakan bahasa mandarin dan tidak mempunyai subtitle bahasa Inggris.
Keluar dari 3D theater kami mengunjungi museum dan mencoba mikroskop. Aku baru tahu sel tumbuhan itu mempunyai motif yang sangat cantik dan berwarna-warni. Sekrang aku tahu mengapa scientist itu betah pacaran dengan mikroskop, sel, bakteri dan teman-temannya.
Museum ini sangat lengkap dan mempesona untuk mereka yang tertarik dengan ilmu alam. Mau merasakan gunung api meletus dan eksperiman dengan gempa, mereka menyediakan kursi yang membuat kita merasakan gempa tanpa panik. Di museum ini kami bertemu dengan dinosaurus yang bisa mengibaskan ekornya dan mengeluarkan suara. Aku juga bertemu dengan orangtua dengan 3 anaknya yang begitu tertarik dengan museum dan seorang ayah dengan anaknya yang kelihatannya autis, sang ayah menggandeng anaknya yang sudah dewasa itu dan anaknya asik mengetok dinding.
Aku tidak bisa menceritakannya semuanya disini dan kami juga tidak mengunjungi keseluruhan museum.TERLALU LUAS.
Kami memutuskan pergi ke Tunghai Univerisity dan makan siang di dekat kampus. Taichung memang kota dengan akses transportasi yang mengagumkan. Kami bepergian menggunakan bus dan BRT (mirip Transjakarta) dan tidak membayar sepeser pun karena perjalanan kami masih dibawah 8 kilometer.
Di Tunghai kami mengunjungi sebuah gereja unik bernama “ The Luce Chapel”, filosofi gereja ini adalah dimana ketika manusia berdoa maka tangan Tuhan akan mengapit kedua tangan manusia (menurut Jean, Jean adalah alumni Tunghai University). Setelah lelah berfoto, aku, Misi dan kak Tama memutuskan tidur dibawah pohon. Di Taiwan ornag-orang tidak akan peduli dengan apa yang kau lakukan sepanjang tidak mengganggu ketertiban umum. Bangun tidur kami pindah ke depan gereja dan melanjutkan tidur disana.
Di depan gereja banyak orang yang berfoto-foto.
Berada di tempat ini membuatku merasakan esensi memenuhi semua mimpi yang ku tuliskan di kertas. Berada di gereja ini berarti merealisasikan tulisan kecil “ aku ingin menginjakkan kaki di gereja ini “.
Dari Tunghai kami menaiki BRT yang ternyata dipenuhi banyak orang, mungkin karena liburan. Kami hampir ketinggalan ketika Jean dan Missi sudah masuk dan pintu BRT sudah tertutup sementara kami masih diluar.
Dari Tunghai kami ke night market dan hanya makan malam disana. Kami menaiki bus dan perjalanan dari night market ke train station sangat panjang. Kali ini kami membayar 5 NT (sekitar 2 ribu) karena sudah melewati 8 kilometer perjalan. Perjalanan kali ini ditutup diTrain station.
Hari ini kami ibadah seperti biasa dan bergabung dengan Chinese Congregationberhubung Gerry (leader di English congregation) akan berkotbah. Aku baru tahu kalau paskah kali ini bertepatan dengan upacara membersihkan makam bagi orang Cina. Tadi dalam perjalan menuju gereja aku melihat banyak orang di kuburan dan kini aku tahu alasannya. Gerry menghubungkan kotbahnya dengan tradisi di Cina dan Taiwan. Dan memang kita patut menghormati leluhur tetapi tidak memuja mereka. Wajar jika kita membersihkan makam kerabat dan meletakkan bunga disana tetapi bukan makanan, uang atau yang lain, dimana orang mati tidak membutuhkan itu lagi. Sepulang ibadah seperti biasa makan siang dan aku harus makan secepat mungkin karena hari ini bertugas sebagai pencuci piring. Aku menikmati pelayananku di gereja hari ini. Selamat Paskah.

Sekian liburan musim semi kali ini dan aku masih menantikan liburan yang lainnya.

A Moment To Remember

 
Menulis adalah mengabadikan kenangan. Kau tidak tahu berapa banyak hal yang kau lewati dalam hidupmu. Sebagian kenangan itu mengendap dan terlupakan. Bagaikan sebuah ruangan yang dipenuhi buku tanpa ada yang mencatat jumlah atau judul judul buku yang tersimpan disana. Akhirnya sebeerapa berhargapun buku itu jika tidak ada yang mengatur, membersihkan dan merapikan, mungkin dia akan terlupakan. Begitu juga dengan kenangan. Sejak kecil aku terbiasa menulis buku harian, terkadang dimasa kuliah aku masih mencoba mencari buku-buku yang dulu kugunakan dan menelusuri masa lalu dari sana. Sangat menyenangkan bisa menjelajah waktu tanpa pintu doraemon, menulis buku harian bukan pekerjaan yang dilakuakn oleh manusia berkepribadian melankolis. Menulis adalah mengabadikan kenangan, oleh karena itu aku menulis. Bahkan Pramoedya berkata, “ Even though no one admits it writer are leader in their communities “ memang benar penulis adalah seorang pejuang yang tidak menggunakan pedang untuk melawan lawannya. Aku tidak mengatakan diriku penulis, aku hanya seorang yang mencoba berbagi ceritaku kepada dunia dan terima kasih kepada Mark Zuckenberg. Meninggalkan pendapatku tentang tulisan, berhubung hari ini aku memperingati hari kelahiran maka aku juga akan menuliskan sejarah hari ini. Bagiku ulang tahun adalah “ awkward moment”. Aku tidak menunggu hari ulang tahun karena orang-orang akan membuatku kikuk. Ketika aku mahasiswa aku tidak pernah melemparkan telur atau tepung kepada temanku yang ulang tahun dengan harapan aku juga tidak akan diperlakukan seperti itu. Dan memang aku tidak pernah dilempar telur.Tadi malam aku mengerjakan tugas dan melihat ke jam, jam 12. Aku melihat tidak ada tanda-tanda teman-temanku akan mengucapkan selamat ulang tahun. Aku melanjutkan aktivitasku membaca beberapa cerita yang ku buat hingga jam 1 dinihari, kak Melda lewat BBM mengucapkan selamat ulang tahun lengkap dengan emoticon hati, bunga dan kue. Dia mengucapkan selamat ulang tahun dalam bahasa Korea (Karena aku selalu bilang akan menikah dengan Siwon), dia juga mengatakan harapannya untuk diriku yang masih seputar perkuliahan, visi dan juga TH (everyone talking about that), dan tak lupa dia juga menambahkan baru kali ini menggunakan bunga sebagai emoticon dan aku yang mendapat pertama kali. Kak Melda bagiku adalah seorang kakak yang hanya berusia 1 bulan lebih awal lahir ke dunia. Tetapi didepannya aku tetap seorang adik kecil, kami berada di usia yang sama tetapi aku lebih banyak bergantung kepada dia untuk banyak hal. Aku masih ingat ketika dia baru berduka karena kehilangan orang tua, 2 minggu sebelum ulang tahunku yang ke 22, mungkin karena dia sangat kesepian dia tinggal di rumah kos ku. Jam 2 dini hari aku mendengar suara rebut dan terbangun dan kulihat dia mempersiapkan kue ulang tahun, “ Maaf dek tadinya aku mau bangun jam 12 tapi ketiduran aku “ ucapnya. Itu salah satu kenangan ulang tahun terbaik yang aku punya. Betapa dia ketika masih berusaha untuk bangkit dari kesedihan masih mengingat untuk merayakan momen kelahiranku, that’s why I love her so much, that’s why I always tell her everything about my life ‘cause she always special in my life.            Aku masih menyempatkan menonton film sambil mengerjakan PR ku hingga pukul 03 dini hari lalu aku memutuskan tidur. Entah karena ulang tahun atau karena merindukan mamak, baru beberapa menit aku memejamkan mata aku seperti melihat mamak dan dia memanggilku, “ Ni “ ya orang tua ku dan abangku memanggilku dengan “ Ni “ berbeda dengan kebanyakan orang yang memanggilku “ Ran “, aku terbangun dan mengirimkan pesan terima kasih kepada mamak yang dibalas dengan kata –kata ucapan selamat ulang tahun dan beliau berkata belum memberikan banyak hal untukku. Orang tua ku adalah hal terbaik yang ku miliki di dunia ini. Setidaknya di dunia ini aku memiliki 5 orang yang mencintaku tanpa syarat, bapak, mamak, bang Domu, Akin dan Abed. Adikku juga mengatakan hal yang sama belum bisa memberikan apapun untukku, “ Selamat ulang tahun kakak sayang “ aku lebih mengharapkan itu. Di ulang tahun ke 22 adikku yang sedikit pendiam mengirimkan pesan untukku, “ Selamat ulang tahun kakakku sayang “ dan aku merasa ucapan itu lebih berarti dari kado apapun. Aku berharap dia akan selalu mengucapkan itu setiap tahun.Pagi hari aku saat teduh dengan renungan dari Daily Bread yang dikirim ketika ulang tahun. Mengikuti apa yang tertulis disana aku merenungkan perjalanku dan menuliskan surat untuk diriku sendiri. Memang kelihatan agak aneh menulis surat untuk diri sendiri, tetapi dulu aku sering melakukan ini dan aku menuliskan apa yang ingin ku capai di tahun mendatang. Aku memikirkan apa yang akan kulakukan dimasa mendatang. Memikirkan apakah aku akan hidup untuk diriku sendiri atau memberikan sebagian untuk orang lain.Kemarin aku dan Missi berbicara mengenai SM3T , mengapa aku ingin mengabdikan diri untuk daerah yang kolot? Apakah aku ingin terlihat keren? Berbagai kemungkinan yang mungkin akan menghadangku terutama dari orang tuaku, mengapa aku susah payah menjadi mahasiswa S2 ditengah segala keterbatasan dan masih memiliki mimpi untuk menghabiskan hari di kehidupan yang sulit. Maka aku sampai pada alasan bahwa setiap orang berkewajiban menghadirkan kehidupan yang layak bagi orang lain. Bahwa aku tidak memiliki hak untuk berbicara jika aku tidak melakukan apapun. Ketika nanti kehidupan tidak sejalan dengan yang ku inginkan paling tidak aku pernah memiliki mimpi itu dan aku akan mengerjakan hal lain yang mirip dengan mimpi itu (JIKA).Tidak satupun temanku di asrama Minshiung yang mengucapkan selamat ulang tahun. aku bertanya-tanya apakah mereka merencanakan sesuatu. Aku pergi dengan Siska sekitar pukul 16.00 ke Minshiung. Ketika melihat Siska aku bertanya mengapa tidak ada satupun dari mereka yang mengucapkan selamat ulang tahun dan Siska tertawa sambil bertanya apakah aku ulang tahun. Aku memang tidak lagi mencantumkan ulang tahun di facebook. Jadi aku percaya mereka lupa kalau aku ulang tahun hari ini, aku hanya tertawa. Sepulang dari Minshiung aku ada janji jogging dengan Missi, aku meninggalkan Siska yang di sedang di dapur menyimpan daging yang kami beli.            Setelah jogging di taman dengan danau kecil, aku bercakap-cakap dengan Misi yang mengeluh dia sedang lapar. Aku menanyakan beberapa hal sambil sit-up dan kudengar ada suara yang menyanyikan selamat ulang tahun. ternyata gerombolan dari asrama yang datang membawa kue ulang tahun. Ternyata mereka tidak lupa. Siska juga menyangka aku marah karena meninggalkan dia sendiri di dapur padahal aku buru-buru karena aku berjanji pergi jogging dengan Missi. Dan begitulah hari ini berakhir.