Senin, 01 Juni 2015

Semangat Pak Ahok


14 November 2014 pukul 21:59


            Hai pak Ahok, aku tahu ketidakmungkinanbapak membaca tulisan ini mungkin sama dengan ketidakmungkinan aku menginjakkankaki di bulan. Aku hanya menuliskannya. Bapak memang telah mencatat sejarah baru dalam pemerintahan Indonesia. Bapak adalah seorang etnis Tionghoa dimana kurang20 tahun yang lalu diperlakukan tidak adil bahkan cenderung tidak diakui di Indonesia belum lagi bapak adalah orang Kristen. Menjadi minoritas di suatu daerah mungkin menjadi kesulitan bagi bapak. Padahal kalau kami orang pribumi ini melihat bagaimana pencapaian etnis Tionghoa dalam mengharumkan bangsaIndonesia tidaklah sedikit. Rasanya kita belum bisa melupakan bahwa lagu Indonesia raya berkumandang tak kala Alan dan Susi Susanti menjadi jawara dalam olimpiade.
            Pak Ahok, sejak kecil aku suka menonton berita atau membaca Koran. Di tahun 1998-2000 menurutku adalah tahun-tahun kelam bagi bangsa kita. Aku melihat banyak kekacauan, penjarahan dan kekerasan, banyak etnis Tionghoa yang melarikan diri keluar negeri. Semuanya chaos. Aku tidak ingin sejarah itu terulang kembali.
Mengenai etnis Tinghoa, aku rasa Indonesia sudah seharusnya menerimanya sebagai salah satu etnis di Indonesia sama seperti Batak, Jawa, Sunda dan yang lainnya. Seperti aku mencintai Indonesia, aku yakin mereka yang etnis Tinghoa juga mencintai Indonesia (mungkin lebih dari yang aku lakukan).
            Aku senang ketika Pemilu tahun ini di Medan banyak etnis Tionghoa yang mencalonkan diri. Itu artinya mereka juga ingin berpatisipasi Dalam pentas politik Indonesia. Itu artinya mereka juga sudah menyadari mereka punya kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa ini. Bagiku itu adalah perkembangan yang sangat bagus untuk bangsa kita.
Pak Ahok, seandainya bangsa Indonesia memiliki lebih banyak orang seperti bapak. Menurutku bapak adalah orang yang tidak punya ambisi dan itulah sebabnya semesta mengikat bapak dalam sebuah jabatan yang prestisius. Itulah sebabnya jabatan itu yang mencintai bapak. Tidak ada yang bisa menggagalkannya walaupun mereka mengerahkan 5 juta orang.
            Pak Ahok, apakah bapak ingin menjadi presiden? Apakah bapak ingin mendengar jawabanku?
Walaupun Gusdur berkata itu mungkin bagiku itu sedikit tidak mungkin kecuali kita membungkam mulut provokator yang selalu menyuguhkan fakta-fakta yang sebenarnya bukan penghalang untuk menjadi presiden. Mereka itu adalah orang yang mengkhianati bangsa Indonesia. Dengan tidak tahu malu mereka berusaha menyeret masyarakat kita ke jaman penjajahan. Mereka adalah orang yang ingin menjadi raja– raja padahal mereka tidak memiliki karakter pemimpin yaitu melayani.
Pak Ahok, di Taiwan aku tinggal sekamar dengan orang Taiwan bernama Jean. Dia pernah berkata bahwa Yesus dan Buddha adalah teman baik.
“They are Buddy “ begitu komentar Jean membuatku tertawa.
Jean tidak mempermasalahkan ketika kami menyuruhnya membaca alkitab. Dia mengaku tahu cerita alkitab. Pernah dia menyuguhi kami film tentang Yesus dan Buddha yang tinggal bersama. Dan tidak sedikitpun kami berdua merasa keyakinan itu sebagai sesuatu yang harus kami paksakan. Jean merasa biasa saja ketika kami bernyanyi lagu Kristen. Alangkah baiknya kalau aku dan orang lain juga seperti itu. Kami berbagi cerita mengenai Yesus dan Buddha dan tidak ada hasrat untuk mempertentangkannya atau untuk memaksakannya.
Aku sangat merindukan ini di Negara kita. Kita selalu mempertanyakan Tuhan mana yang disembah. Entah itu untuk masuk TK,SD, SMP, SMA, Kuliah, bekerja. Memangnya kualitas otak seseorang ditentukan oleh agama yang dianut seseorang?
Itulah sebabnya pak Ahok, dosenku terperangah ketika ku beritahu ada keterangan agama di KTP. Mengapa kita tidak mengisi dengan sesuatu yang lebih berguna misalnya golongan darah? Jadi kalau terjadi sesuatu yang buruk bisa diselamatkan dengan cepat? (ah aku ngawur lagi)
Sangat alot dan melelahkan membicarakan agama ini, padahal tak ada satu pun agama yang mengajarkan keburukan. Kita seperti memberikan pedang kepada  Tuhan kita.
            Pak Ahok, Undang-Undang berkata bahwa untuk menjadi presiden Indonesia harus orang Indonesia asli. Bapak memenuhi persyaratan itu. Untuk itu bapak bisa menjadi calon presiden. Kalau bapak menjadi calon presiden, aku akan berkampanye untuk bapak, sepanjang bapak menjalani tugas dengan baik di Jakarta. Aku akan menjadi pendukung yang setia dan loyal.
            Pak Ahok, diluar sana banyak orang yang menggunakan nama sebagai wakil rakyat untuk mengeruk kekayaan Indonesia.Aku yakin bapak tidak seperti itu. Di luar sana masih banyak yang opportunis,aku yakin bapak tidak seperti itu. Tetap semangat pak Ahok memperbaiki Jakarta secara Jakarta adalah wajah Indonesia. Aku mendukung dan mendoakanmu walaupun bukan gubernurku.
Sekian dulu catatan ngawurku, maaf kalau ada kata-kata yang salah. Semangat Indonesia untuk yang lebih baik, damai negeriku, sejahtera penduduknya, berdaulat di mata bangsa-bangsa lain. Berdaulatlah agar aku memiliki keberanian untuk berjalan dengan tegak di negara orang.


Calon guru

Nasrani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar