Senin, 01 Juni 2015

Yang Tersisa dari Musim Dingin


26 Februari 2015 pukul 0:26
            Musim dingin akan berakhir. Seminggu yang lalu kami berada di Lantan (Kampus kami memiliki 4 lokasi kampus dan kami harus tinggal di asrama Lantan karena pegawai di asrama Minsyong libur imlek) untuk tinggal selama seminggu. Selama di Lantan suhu cenderung lebih hangat dan kami berpikir Februari telah mengusir musim dingin. Aku membayangkan matahari sedang dalam perjalanan ke 0 derajat dari 23½ derajat lintang selatan. Tetapi apa daya kemarin (23/2) suhu kembali turundan malam sangat dingin. Jean (teman satu kamar orang Taiwan) mengatakan bahwa musim dingin adalah ibu tiri dan sering memberikan harapan palsu.
            Musim dingin di Taiwan itu hanya menyisakan dingin dan tidak ada salju. Musim dingin minim hujan dan sinar matahari tidak berhasil membuatmu merasa hangat. Musim dingin di Chiayi yang merupakan daerah pertanian membuat angin sesukanya berhembus dan menambah dingin disini. Ketika aku mengunjungi Taipei aku malah merasa Chiayi lebih dingin walaupun Chiayi berada di Selatan Taiwan dan Taipei berada di utara Taiwan. Logikanya Taipei harus lebih dingin daripada Chiayi. Tidak ada salju yang turun di Taiwan kecuali di gunung Hehuansan dan tahun ini kami par Chiayi stambuk 2014 belum berkesempatan untuk mengunjungi daerah itu,mungkin tahun depan, AMIN.
            Diawal liburan musim dingin kami mengunjungi Chungli tepatnya kampus CYCU (Chung Yuan Christian University) untuk mengikuti pertemuan yang diadakan oleh PPSU(Persatuan Pelajar Sumatra Utara). Disana kami bertemu dengan “Founder Father”gerakan mewujudkan15.000 doktor di Sumatra Utara. Melihat beliau, saya jadi teringat ketika dia mengomentari study plan saya yang katanya ecek-ecek. Maklum saya memang tidak mengerti grammar sama sekali.Bahkan dosen saya disini pernah mengomentari grammar di laporan saya.
“You guys pretty good at speaking but not in writing..”begitu kira-kira kata beliau.
Jadi dosen saya ini menyempatkanmengajari kami grammar dan masih saja sulit untuk kami.
Kembali ke bang Mula, beliau sangatsemangat memaparkan visi dan Misi “gerakan” serta latar belakangnya dan bahkan sampai menyeret nama Soekarno, B J Habibie dan Anis Baswedan.
            Memang pendidikan sangat penting. Kebanyakan dosen saya adalah lulusan luarnegeri,  5 dosen yang mengajar di kelas semuanya adalah lulusan Phd (Doctor) dari Amerika Serikat. Mereka belajar di Amerika dan kembali untuk mengajar di Taiwan. Mungkin ilmu yang dipelajari di Taiwandengan di Indonesia sama saja tetapi cara mengajar sangat berbeda. Fasilitas yang ditawarkan di Taiwan juga sangat berbeda. Untuk mereka yang menekuni ilmu eksakta, kebanyakan mereka mengaku kewalahan dengan fasilitas di Taiwan karena tidak terbiasa di Indonesia. NCYU (National Chia Yi University) salah satu universitas negeri di kota Chia Yi. Kampus kami memiliki 4 kampus di daerah Chiayi, kampus Lantan merupakan kampus yang terluas, disamping bangunan kampus terdapat asrama, museum insect, danau dan hutan kecil. Kampus Minsyong adalah kampus tempatku belajar, kampus ini juga memiliki asrama, danau kecil dan menurutku tergolong nyaman dan akses yang lebih mudah dibandingkan kampus Lantan. Kampus ketiga adalah Xinmin dan Linsen (aku belum pernah kesana). NCYU juga memiliki sekolah afiliasi, jadi kampus kami membina sekolah di Chiayi dan sekolah yang dibina tergolong sekolah yang bagus di Chia Yi.
            Aku memang harus mengakui bahwa pendidikan di Taiwan lebih maju daripada di Indonesia. Selama aku menjadi mahasiswa tidak pernah ada dosen yang mengirimiku softcopy buku berbahasa Inggris. Advisor-ku mengirimiku softcopy dan aku tahu dia membayar untuk berlangganan disana, itulah sebabnya dia memiliki softcopy buku-buku itu. Maka sepulang ke Indonesia aku akan melakukan hal-hal baik yang kuterima disini.
            Tadi pagi aku membaca status salah satu abang stambukku yang sudah tamat dari NCYU dan kembali ke Aceh yang mengeluhkan peminjaman buku di perpustakaan di Aceh yang memperbolehkan hanya meminjam 2 buku dalam 2 minggu sedangkan disini dia bisa meminjam 20 buku dalam waktu 2 bulan. Ya, benar sekali. Di kampus ini mahasiswa bisa meminjam hingga 20 buku dalam waktu 2 bulan. Di kampus ini kami bisa menggunakanstudy room 24 jam, maka kami memang pernah tidur di study room(bukan karena sibuk mengerjakan PR, karena ingin merasakan tidur diluar saja). 
            Musim dingin sepertinya akan berakhir, mahasiswa sudah kembali ke asrama dan besok perkuliahan secara resmi akan dimulai. Enam bulan sudah aku berada di negeri Formosa ini. Jika aku kembali melihat kebelakang aku tidak pernah membayangkan akan berada di negara ini. Tanggal 31 Desember 2013 sekitar jam 23.00 WIB, aku sedang berada di rumahku disebuah desa kecil yang membutuhkan waktu 5 jam perjalanan menggunakan bus dari Medan. Saat itu aku sedang menunggu gereja HKBP dibelakang rumahku dan gereja GKPI di sebelah barat rumahku memperdengarkan lonceng pertanda hari baru di tahun yang baru telah tiba. Aku menonton televisi dan melihat ada perayaan tahun baru dengan pesta kembang di menara 101 Taipei.Saat aku melihat kemegahan di menara 101 Taipei, aku berkata aku akan berada disana di tahun berikutnya. 25 Januari lalu aku ke Taipei dan mengunjungi menara itu, rasanya menyenangkan menginjakkan kaki di tempat itu walaupun lampu-lampu dibangunan itu sudah dimatikan karena kami tiba tengah malam.Rasanya menyenangkan berkata, “ akhirnya aku disini”. Rasanya menyenangkan bisa merealisasikan mimpi-mimpi. Aku masih memiliki mimpi yang lain, aku ingin ke Papua, mengajar disana selama 1 atau 2 tahun, mengunjungi Raja Ampat, cuci muka di Sungai Rhein, mengunjungi negara yang katanya penuh kebahagiaan: Bhutan dan Tibet (Setelah menonton film Seven years in Tibet). Untuk tahun depan aku ingin mengunjungi Hehuansan, aku ingin tahu apakah aku bisa bertahan di tengah salju.Jika itu aman untukku dan hidungku, maka aku ingin melanjutkan perjalanan. Aku masih ingin bermimpi hal-hal yang mustahil karena itulah mimpi dan aku ingin merealisasikannya.
            Diawal tahun 2014 aku membaca buku “The Alchemist” yang menceritakan kisah seorang anak lelaki penggembala yang keluar dari zona nyaman hidupnya. Dia pergi setelah menjual semua domba untuk membiayai perjalanannya menemukan harta karun di Mesir. Sebuah keputusan yang sempat disesalinya karena uang hasil penjualan dombanya menghilang begitu saja ketika dia ditipu oleh orang asing. Tetapi dia tetap membulatkan hatinya untuk tetap merealisasikan mimpinya. Aku ingin seperti anak lelaki itu, memiliki mimpi dan merealisasikannya. Begitulah mimpi,dia yang membuat setiap orang berdiri dan keyakinan akan mimpi itu yang membuat setiap orang melangkah.

Hal unik yang ku pelajari dari Taiwan :
1.     Sekali 4 tahun dalam penanggalan kalender Cina mereka akan mempunyai 13 bulan dalam 1 tahun. Kalau dalampenanggalan masehi akan ada tambahan 1 hari setiap 4 tahun makan ada tambahan 1bulan dalam penanggalan Cina.
2.     Jangan memberikan hadiah sepatu, jam atau sapu tangan kepada orang Taiwan, jika memberikan sepatu maka kitamengharapkan orang yang menggunakan pergi, jika memberikan jam karena pengucapannya yang mirip dengan kematian.
3.     Angka 4 disini merupakan angka yang kurang baik karena 4 dalam bahasa mandarin adalah “Sì” yang pengucapannya mirip dengan “Sǐ”yang berarti mati.
4.     Angka 9 merupakan angka yang baik karena 9 dalam bahasa mandarin “Jiǔ” pengucapannya mirip dengan “Jiǔ” yang berarti lama, jadi orang yang berpacaran akan memberikan 99 bunga dan berharap hubungan mereka selama-lamanya.



Salam dari 231/2 derajat lintang utara,Chia Yi, Taiwan


February 24th 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar