Dear
Gie,
Dear Gie, setiap
hari aku harus menghela nafasku dengan berat. Setiap hari rasanya bebanku
semakin bertambah. Setiap hari rasanya ku dihukum untuk suatu kesalahan yang
tidak ku lakukan. Gie,bukankah aku sudah menjalaninya dengan baik. Aku tidak
pintar tetapi aku selalu berusaha untuk tidak berlaku curang Gie. Bahkan ketika
aku dihadiahi E, aku juga hanya diam walau orang-orang disekitarku bersorak
mendapat nilai A dan mereka hanya menatapku dengan kasihan. Apakah kau tahu
Gie, tanganku gemetaran saat temanku mengirimkan sms itu. Tahukah kau Gie,
lututku lemas dan aku menangis. Apakah tidak ada sedikit penghargaan untukku ?
Tidak
seharusnya kau mendapat nilai E .
Mengapa
kau bisa mendapat nilai E?
Apa
kau tidak tahu apa arti nilai E, kau dianggap tidak kuliah selama satu
semester, itulah arti nilai E.
Itu yang mereka
katakan kepadaku Gie, walau tanpa menjelaskan itu seharusnya mereka tahu aku
mengerti dengan jelas arti nilai E. Tapi mereka juga tidak akan berani jika ku
ajak membela nasibku Gie. Untuk ini aku menyesali mengapa aku tidak memiliki
sedikit saja kekuatanmu.
Mengapa aku bahkan tidak bisa membela kepentinganku Gie,
mengapa aku bahkan terlalu takut ketika aku diperlakukan tidak adil.
Gie,
sekarang aku lebih berduka lagi. Sekarang hari-hari terasa lebih berat untukku.
Ketika siang aku takut bertemu orang-orang ketika malam aku takut bermimpi. Aku
takut ketika handphone ku berdering, siapa itu ? Apakah mereka ingin
mempersalahkan aku lagi? Apakah mereka ingin menghakimiku lagi?
Ketika sebuah pesan singkat datang aku wanti-wanti,
apakah sms ini akan berisi makin, hujatan dan sindiran untukku. Gie, bahkan
teman-temanku meninggalkanku. Gie, mereka yang mengeluhkan kehidupan ini juga
ingin menelanku. Ingin menghajarku.
Gie,
nila setitik begitu mereka menamaiku. Gie, mereka mengatakan aku perusak. Gie,
mereka menyebutku manusia egois. Gie, mereka ingin agar kemalangan menimpaku.
Gie dari mana kau memiliki kekuatan untuk menentang presiden Soekarno?
Bisakah kau membaginya denganku Gie?
Gie, aku merasa sunyi ditempat yang penuh orang-orang.
Gie, aku merasa lemah. Gie, aku hanya ingin hidup sebagaimana aku ingin hidup.
Gie, aku hanya ingin semua berjalan seperti bagaimana seharusnya, aku tidak
ingin merusak. Aku hanya bermimpi setiap orang bisa bertindak sesuai dengan
perkataannya. Itu saja.