Aku memiliki masa kanak-kanak yang menyenangkan. Aku bermain dengan segala hal
yang alam berikan kepadaku. Bermain di bawah hujan hingga bibirku membiru dan
dimarahi mamak dan bapak tetapi akan ku ulangi ketika hujan turun. Meluncur
dengan pelepah pinang dan tertawa ketika aku atau temanku terlempar kelumpur.
Bermain uang-uangan dengan daun bunga kembang sepatu dan menyimpannya
disela-sela tumpukan batu bata yang kami anggap bank. Bermain masak-masakan
dengan tempurung kelapa dan lumpur sebagai sambal kacangnya. Bermain bongkar
pasang dan berbicara sendiri, masa kecilku benar-benar menyenangkan dan
kreatif.
Hari ini aku merindukanmu, tempatku lahir dan menghabiskan masa kanak-kanakku.
Aku mengingat setiap sudut-sudutmu, setiap rumah, belokan, jalan tikus dan
wajah-wajah penduduk disana, karena aku adalah seorang observer. Aku bisa
mendeskripsikan dengan jelas tentangmu walaupun aku sudah menghabiskan waktu
lebih banyak dan akan lebih banyak lagi diluar dirimu. Setiap hari saat aku
merindukanmu aku membayangkan diriku berdiri di depan rumahku yang bercat biru
langit, aku akan mengambil kamera untuk mengabadikanmu. Gereja yang berdiri di
barat berlatar pegunungan hijau yang indah saat matahari terbenam di musim
kemarau.
Aku membayangkan diriku berjalan disana, terkadang aku merasa asing karena ada
saja wajah baru yang kulihat, anak-anak kecil sudah menjadi remaja, sering
membuatku pangling dan ada saja waktu yang membuatku merasa tua, walaupun
untukku sendiri aku tetaplah aku. Aku mendengar beberapa dari pendudukmu telah
pergi dan aku dikejauhan ini juga merasa sedih. Hidup dipedesaan kecil bagiku
adalah anugerah dan baru sekarang aku menyadarinya. Aku bersyukur hidup
ditengah-tengah komunitas yang saling mengenal satu dengan yang lain. Aku suka
saat orang-orang tua menanyakan kapan aku datang dan apa yang aku lakukan.
Hari ini aku benar-benar merindukanmu. Hari ini aku mengunjungi Pingtung,
kawasan paling selatan Taiwan. Berada di daerah ini akan membuatmu seakan
berada di Indonesia. Aku melihat pinang, kelapa, papaya, nangka, pisang, jagung
dan padi yang akan sangat jarang dilihat di utara Taiwan walaupun di Chiayi
akan sangat mudah melihat padi. Sepanjang perjalanan aku seakan melihat
daerahku sendiri. Tempat pertama yang kami kunjungi di Pingtung adalah Banana
Research Center, sebuah organisasi non-profit yang meneliti pisang. Sebenarnya
Taiwan ini adalah negeri kecil jadi lahan mereka juga sangat sempit tetapi
mereka masih berusaha untuk mengembangkan sector pertanian di lahan yang
terbatas. Tempat riset ini mengembangkan bibit yang diambil dari tunggul pisang
yang menghasilkan beberapa bibit pisang yang berkualitas. Aku membayangkan
betapa lelahnya bapakku menanam pisang dengan mengambil bibit langsung dari
induknya. Andaikan petani didukung oleh lembaga riset seperti ini.
Tempat kedua yang kami kunjungi adalah perkebunan mangga. Petani di Pingtung
menanam mangga dilahan yang dilindungi oleh dinding dan kain seperti jarring
transparan untuk melindungi mangga dari serangan taifun yang memang sering
melanda Taiwan. Pertanian di Pingtung memang didukung oleh teknologi yang
sangat bagus menurutku. Aku mengingat bapak pernah mengeluhkan mengenai cabang
duku yang sering patah kala angin kencang dan buah duku yang dimakan oleh
hewan. Bagaimana cara mengatasi masalah cabang yang patah karena angin kencang
dan serbuan hewan-hewan yang memakan buah duku. Pertanian disini selalu
menggunakan teknologi untuk mengurangi ongkos produksi dan meningkatkan
keuntungan.
Tempat terakhir adalah pertanian jambu air. Petaninya adalah seorang lelaki
yang ku taksir berusia 40 tahun yang sangat semangat dan berulang kali
mengatakan bahwa dia sangat ahli dalam merawat jambu. Dia juga mengatakan bahwa
dia bisa mengontro pohon jambunya dengan baik dan kelihatannya dia sangat
menikmati menjadi petani. Dia membangun semacam rel ditengah kebun jambunya
untuk memudahkan memanen jambu tanpa harus membutuhkan banyak orang untuk
memanen.
Dan disini aku berpikir alangkah baiknya kalau di Indonesia juga ada pelatihan
seperti ini. Sarjana pertanian tidak usah lagi bekerja di bank, di kejaksaan
lembaga-lembaga yang tidak relevan dengan disiplin ilmunya dan memulai langkah
untuk membantu petani untuk menggunakan teknologi dalam rangka meningkatkan
penghasilan dengan mengurangi ongkos produksi. Aku berpikir bagaimana kalau
petani di kampungku sebaiknya menggunakan kain berbentuk jarring untuk
melindungi padinya dari serangan burung-burung daripada menghalaunya dengan
orang-orangan. Rasanya lebih praktis menjaga padi yang sedang berbuah itu
dengan kain jarring sehingga burung tidak bisa mengganggu padi-padi itu. Memang
untuk pertama akan mahal tetapi jarring-jaring itu bisa digunakan untuk
beberapa tahun mendatang.
Aku juga berpikir alangkah baiknya kalau ada peneliti yang mengkhusukan diri
untuk meneliti kemungkinan durian bisa berbuah sepanjang tahun. andaikan
durian-durian dikampungku bisa berbuah sepanjang tahun maka itu akan sangat
baik. Lagipula durian di kampungku terkenal sangat enak.
Sebenarnya aku ingin menceritakan
ini kepada bapakku, aku ingin tahu bagaimana pendapatnya dengan teknologi
pertanian disini. Mungkin dia akan kagum jika aku mengatakan bahwa petani
disini menanam padi dengan menggunakan mesin. Padi disini tidak perlu dijaga
oleh orang-orangan, aku juga tidak tahu mengapa tidak ada burung-burung yang
hinggap di padi-padi itu. Aku juga ingin memberitahu bapakku bahwa dosenku
berkata mengapa aku tidak mengembangkan sesuatu di kampungku saja karena aku
mengatakan bahwa kampungku menghasilkan kopi coklat juga. Ah aku iri dengan
orang-orang disini.
Aku berharap aku akan secepatnya menyelesaikan segala sesuatu disini dan
pulang. Aku sudah rindu untuk duduk dibalakang rumahku, menyesap secangkir kopi
dan mendengarkan daun-daun yang berbisik menghasilkan suara yang khas. Aku juga
sudah rindu duduk di teras rumahku menyaksikan matahari terbenam dibalik
pegunungan di sebelah barat yang menghasilkan guratan jingga kadang dengan
bonus warna tosca dilangit. Aku bahkan merindukan suara lonceng di hari minggu,
suara hujan yang beradu dengan atap dan suara penyanyi dari lapo tuak. Aku
rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar