Rabu, 26 Oktober 2011

Indonesia 5,10, 15, atauh bahkan 20 tahun lagi.....

Hari ini saat aku sedang asyik mencari kasus permasalahan remaja,handphone ku berdering,si kutu Lisayana mengganggu ku, “ada apa Lis ???” tanyaku tanpa basa basi dan cerita kami pun berlanjut sampai tahap dia cerita kalau kemarin ( 16 -17 september ) ada wisudaan kampusnya dan peraih IPK tertinggi adalah anak FK IPK 3,9.
Aku mendengarkannya sambil sibuk membolak balikkan koran, bukanya aku tidak berminat mendengarkan cerita si Kutu ini, hanya saja jika aku mendengarkannya dan ikut ikutan kagum maka aku akan memikirkan kesuksesan si IPK 3,9 itu selama 1 minggu full dan aku akan menunjukkan bahwa aku akan sangat iri dengan si IPK 3,9.
                Beberapa malam yang lalu aku memberikan pertanyaan bodoh kepada seorang abang abang yang lumayan ku kagumi kecerdasannya
“ bang pernah senang nggak waktu dosen nggak datang..”
“ pernah...” aku terhenyak, ingin sekali aku juga memberikan pertanyaan ini kepada si IPK 3,9.. kepada Bill Gates, kepada Hok Gie, kepada Andrea Hirata atau kepada orang orang yang ku anggap sukses. Apakah mereka akan berteriak ketika komting mengumumkan kalau dosennya sakit sehingga tidak bisa memberikan perkuliahan???
Aku sudah terlalu sering merasa gembira ketika dosen tidak datang dan ketika menyadari kebahagiaan ku akan ketidakhadiran dosen, aku akan merasa stress sendiri, mengapa juga aku harus senang ketika orang lain tidak memberikan hak yang seharusnya milikku??? Apakah ini ciri ciri orang yang mempunyai masa depan pas pasan??? Ciri ciri orang bodoh???
                Aku bahkan sering berdoa semoga dosen tidak datang, semoga laptopnya kena virus, semoga suaranya serak, semoga jalan menuju kampus banjir dan semoga gempa datang hingga proses belajar terganggu dan aku bisa pulang...(benar benar gila...)
Tetapi jangan pikir aku tidak mau belajar...
Aku juga mau belajar, hanya saja keinginanku belajar lebih sedikit dan keinginan ku untuk tidak belajar menguasaiku.
Ini memang menyiksaku, hanya saja mungkin sudah terlalu nyaman dengan situasi seperti ini, lagipula ku lihat wajah teman temanku mereka juga sangat gembira persis seperti wajah markis-kido saat memenangkan medali emas pada olimpiade 2008 lalu.
                Apalagi hari ini (26/10-2011), waktu kemaren (selasa 25/10-2011) dosen yang mengajarkan Akuntansi Keuangan tidak hadir karena sakit, dan beliau dengan baik hati menawarkan untuk mengganti perkuliahan agar tidak ketinggalan materi, namun apa yang terjadi????
Kami yang hanya kuliah 4 hari, hanya membawa 8 mata kuliah bahkan berniat menolaknya.... what a hell.....
Aku pernah seperti ini, pernah sangat gembira, pernah sangat bosan, pernah sangat benci dengan kegiatan belajar, tapi itu udah tertinggal sejak semester ini, aku sadar aku udah semester 5, sebentar lagi aku dituntut untuk mengaplikasikan ilmuku ditengah tengah masyarakat.
Namun apa yang akan ku aplikasikan dengan cara belajar seperti ini?
Kami hanya mahasiswa dengan tingkat kesadaran dan keinginan belajar yang menyayat hati, akhhhh.... mahasiswa yang payah.
Orang seperti kamikah yang akan mengajari generasi generasi penerus, mahasiswa calon guru seperti kami kah????
Hanya orang gila yang akan berpendapat bahwa kami mampu mengajari siswa nantinya, jika kami mampu mengajarinya maka kami hanya akan mengajarinya menjadi lebih buruk.
                Aku heran dan bahkan aku tidak terima dengan gaya belajar seperti ini, mungkinkah aku terlalu banyak mengkritik???? Mungkinkah aku terobsesi dengan orang orang pintar diluar sana.
Tapi bagaimana mungkin aku akan berkata kepada anak didik ku, jangan mencontek... jika aku mencontek. Haruskah aku mengatakan belajar yang rajin????????????? Aku tidak pernah belajar.
Harus hidup seperti apa???
Mungkin aku tidak usah mebayangkan yang muluk muluk mengenai bangsaku ini, jangankan menciptakan teknologi yang baru, memerangi korupsi, mengatasi banjir dan kebakaran, membangun gedung gedung setingkat dunia, tidak. Tidak akan ada yang bisa mencapai itu.
Orang orang bodoh merasa pintar, orang orang yang setengah pintar merasa sangat pintar menjadi sok pintar, orang orang pintar, disingkirkan dan menyingkir.
Bangsaku yang kaya, mungkinkah alam ini dan penduduknya menjadi malapetaka untukmu?
Tidak akan ada yang berubah bangsaku, sebagian dari kami masih akan menjarah sesama kami, sebagian dari kami juga akan menjarah tanah dan harta yang seharusnya kami nikmati bersama, sebagian dari kami masih terlalu egois dan sebagian dari kami pergi menyelamatkan diri sendiri.....
Jangan harapkan senyuman lagi ditanah mu ini, mungkin sebentar lagi tangisan tidak akan usai.
                Indonesia 5,10,15 dan 20 tahun lagi mungkin akan tetap sama seperti ini, itu yang ku lihat disetiap wajah wajah pewarisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar