Kamis, 23 Februari 2012

Setelah mati tidak ada harapan lagi


Setelah mati tidak ada harapan lagi

Ayub 14 : 1 – 22


“ manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan . Seperti bunga ia berkembang, lalu layu, seperti bayang – bayang ia hilang lenyap dan tidak dapat bertahan.
Masakan Engkau menunjukkan pandangan-Mu kepada orang seperti itu, dan menghadapkan kepada-Mu untuk diadili?
Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!
Jikalau hari – harinya sudah pasti, dan jumlah bulannya sudah tentu pada-Mu, dan batas – batasnya sudah Kautetapkan, sehingga tidak dapat dilangkahinya, hendaklah Kau alihkan pandangan-Mu daripadanya, agar ia beristirahat, sehingga ia seperti orang upahan dapat menikmati harinya.
Karena bagi pohon masih ada harapan: apabila ditebang, ia bertunas kembali, dan tunasnya tidak berhenti tumbuh. Apabila akarnya menjadi tua didalam tanah, dan tunggulnya mati didalam debu, maka bersemilah ia, apabila diciumnya air dan dikeluarkannyalah ranting seperti semai. Tetapi bila manusia mati, maka tidak berdayalah ia, bila orang binasa, dimanakah ia
Seperti air menguap dari dalam tasik, dan sungai surut dan menjadi kering, demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya.
Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku didalam dunia orang mati, melindungi aku, sampai murka-Mu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula.
Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi?
Maka aku akan menaruh harap selama hari – hari pergumulanku, sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan aku pun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu.
Sungguhpun Engkau menghitung langkah ku, Engkau tidak akan memperhatikan dosaku; pelanggaranku akan dimasukkan didalam pundi – pundi yang dimateraikan, dan kesalahku akan Kau tutup dengan lepa.
Tetapi seperti gunung runtuh berantakan, dan gunung batu bergeser dari tempatnya, seperti batu – batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kau curahkan harapan manusia.
Engkau menggagahi dia untuk selama-lamanya, maka pergilah ia, Engkau mengubah wajahnya dan menyuruh dia pergi.
Anak – anaknya menjadi mulia, tetapi ia tidak tahu;atau mereka menjadi hina, tetapi ia tidak menyadarinya.
Hanya tubuhnya membuat dirinya menderita, dan karena dirinya sendiri jiwanya berduka cita”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar