Sabtu, 04 Oktober 2014

Well Coming Trip

Hari ini adalah hari sabtu. Hari sabtu adalah hari yang selalu ku tunggu karena besoknya hari minggu. Oke hari ini ISA (organisasi mahasiswa internasional)mengadakan “ welcoming trip “ untuk penyambutan mahasiswa baru. Kami mahasiswa baru, mahasiswa yang tidak baru dan teman Taiwan kami akan mengunjungi Xinggang dan Bantaoyao. Kakak Puan sudah pernah berpesan agar ketika dikatakan dijemput jam 09.10 datanglah jam 09. Tetapi berhubung sudah mendarah daging kebiasaan terlambatnya kami tetapi dating jam 09.10 ke “ administration building” yang hanya berjarak kurang dari 100 meter dari depan asrama kami (kamar kami dilantai 3).
            Di bus yang besar ini sudah ada teman Indonesia yang lain dan buddy (teman Taiwan)kami. Perkenalkan nama buddy ku Yuki Lin. Mahasiswa “ Foreign Language” tahun ketiga. Setelah semua orang yang tinggal di Minshiung lengkap kami menuju asrama Jinde. Asrama Jinde dihuni oleh mahasiswa bisnis, manajemen tourisme,ekonomi dan saudara-saudaranya. Waktu yang dibutuhkan dari asrama Minshiung ke Jinde sekitar 20-30 menit tergantung kecepatan mobilnya. Tadinya aku berpikir dari Jinde kami akan ke Lantan lagi menjemput mahasiswa lainnya, ternyata mereka naik bus yang berbeda. Kami langsung menuju Xinggang.
            Xinggang Township (kota kecil) adalah salah satu dari 18 kota yang ada di Chiayi. Xinggang berada di Barat atau Barat Daya Minshiung (nggak pintar aku lihat arah). Tempat yang kami kunjungi adalah “ Xinggang The Incense Arts Cultural Park “, tempat pembuatan dupa untuk berdoa bagi umat Buddha dan Taoisme. Kami melihat bagaimana pembuatan dupa yang selama ini kami lihat hanya yang sudah jadi.
Kami masuk ke dalam bangunan dan melihat ada banyak patung-patung tuhan untuk umat Buddha dan Tao atau mungkin juga umat lain. Di dalam bangunan juga ada pohon yang sudah berusia 15 tahun tapi seperti pohon durian yang masih berusia 2 tahun, mungkin kalau itu pohon durian sudah berbuah itu.
            Masuk ke ruangan yang berbeda ada berbagai macam rempah-rempah yang sebagian ku kenal diantaranya ketumbar, lainnya aku tidak tahu, yang pasti tidak ada andaliman disini.
Ke sekat yang berbeda lagi ada kayu-kayu yang sudah agak tua tetapi kayu-kayu ditata dengan baik sehingga tampak cantik.Selain museum, ditempat ini ada juga tempat membeli barang-barang yang mereka produksi sendiri, diantaranya : sabun, sampo, parfum, gelang, gantungan kunci dan hiasan lainnya. Selanjutnya Yuki membawa kami ke sebuah ruangan yang menurut Yuki adalah representasi ruangan dinasti Song. Kami bisa duduk di kursi yang sering ku lihat di TV dan mengambil foto.

            Dari Xinggang kami ke Bantaoyao Craft Studio yang juga berada di Xinggang Township. Sebenarnya aku sudah mengunjungi Bantaoyao ini hari Rabu yang lalu. Berhubung kami adalah mahasiswa internasional dan mengambil kelas internasional maka kami mendapat mata kuliah “ Taiwan Culture”. Professor mengajak kami ke Bantaoyao Rabu lalu.
Acara pertama di Bantaoyao adalah makan siang. Makanan yang kami pesan adalah Beef (daging sapi).Tetapi daging sapi yang dimasak bagaimana aku tidak tahu.
Setelah makanan datang ternyata mereka menyajikannya di hotpot. Daging sapi dipotong tipis lalu digulung dan disajikan di wadah dari tanah liat lalu dibawa tanah liat ada tungku kecil. Jadilah makanan yang dimasak di meja, daging sapinya masih baru dikeluarkan dari kulkas. Aku tidak pernah memakan makanan seperti ini, makanan yang ku makan selama ini adalahmakanan yang sudah dipastikan matang dan terlalu matang.
Selain daging sapi yang belum matang itu, dihadapanku juga ada nasi dengan taburan wijen hitam (iyakah?), sayuran yang juga mentah, kol, kol ungu, irisan bawang, disi
ram lemon, dan di wadah kecil ada rumput laut (Yuki yang bilang) dan irisan wortel tipis dan memanjang.Di mangkuk kecil ada sup yang berisi kerang kecil. Setelah berdoa agar diberikan kesanggupan membantai makanan ini aku mulai makan, menggunakan sumpit,ini juga tantangan.
            Nasi masih aman untukku. Aku makan nasi dengan sup menunggu daging sapi ku matang,ku bolak balik biar cepat matang dan bisa ku dinginkan, soalnya selain tidak bisa memakan daging yang mentah aku juga tidak bisa memakan makanan yang panas. Sambil sibuk memakan nasi campur sup, bergantianlah tanganku ini memegang sumpit dan sendok sup, aku membolak-balikkan dagingnya. Makanan ini sebenarnya  kurang memenuhi standarku sebagai orang Indonesia, orang Medan, orang Batak pula. Aku cinta makanan yang menantang kepedasan dan keasinannya.

            Makan siang selesai. Aku berhasil membantai semua daging, jamur, semua kol dan sayuran mentah, sop, kerang, tapi kalau bawang yang mirip bawang Bombay ini tidak bisa ku makan. Aku juga tidak makan rumput lautnya. I am totally full.
Setelah itu kami mendapatkan sekitar 30menit waktu bebas, aku dan buddy beserta teman dari Medan mencari tempat yang cocok untuk berfoto. Setelah itu kami berkumpul lagi untuk membuat prakarya. Tadinya aku berharap mereka akan memberikan piringan keramik dan aku bisa melukis. Aku memang bukan pelukis yang baik bahkan gambarku masih seperti gambar anak SD. Tapi untuk kali ini aku ingin melukis rumahku dan menuliskan kata-kata yang di sms mamakku minggu lalu.
Jauh dari rumah dan dari negaraku membuatku menggeser kata “ I love you “ dari daftar kata paling romantis didunia menjadi “ How are you ?”. kata “ How are you ?” menjadi kata yang paling ingin ku dengar di dunia ini. Aku sudah membuat konsep di pikiranku aku akan melukis rumahku yang berwarna biru dengan perbukitan di sebelah barat, yang kalau matahari terbenam menyisakan guratan jingga yang masuk melalui celah bukit. Ah konsepnya mantap. Konsep itu hancur lebur ketika mereka memberiku keramik kecil dan papan tipis. Kami akan membuat karya dengan keramik itu.
            Aku tetap ingin membuat gambar rumahku. Maka ku cari keramik dengan warna biru karena rumahku berwarna biru. Ku potong keramik menjadi kecil untuk atap sampai tanganku bengkak (aku baru sadar setelah selesai). Sepanjang membuat karya itu aku hanya memikirkan rumahku. Setelah aku menyelesaikan karyaku, ku serahkan kepada petugasnya untuk dilumuri lem dan dikeringkan.

            Setelah selesai dengan keramik kami menuju museum. Di museum itu kami melihat banyak patung diantaranya patung 8 dewa yang menyeberangi lautan. Yuki mengatakan bahwa dia menyembah dewa Mazu yang merupakan dewa laut. Taoisme dan Buddha menyembah beberapa atau mungkin dewa yang sama. Di museum kami juga melihat benda-benda tua seperti sepeda, tempat duduk bayi yang berasal dari rotan. Selain itu ada juga tata cara membuat patung.

            Satu hal yang paling menggoda disini adalah ada banyak ikan. Sebagian ikan itu ikan koi tetapi aku tidak yakin dengan ikan yang lainnya. Nah kalau orang Batak melihat ikan ini pengennya dimasukkan ke kuali dan ditambahi andaliman dan kawan kawan untuk segera ditransformasikan menjadi arsik atau naniura. Sayangnya ikan ini bukan untuk konsumsi. Ikan ini perlambang keberuntungan untuk penduduk disini.
            Sekian perjalananku dari Xinggang dan Bantaoyao. Kabarku baik-baik saja dan aku senang disini.

-R-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar