Senin, 01 Juni 2015

A Moment To Remember

 
Menulis adalah mengabadikan kenangan. Kau tidak tahu berapa banyak hal yang kau lewati dalam hidupmu. Sebagian kenangan itu mengendap dan terlupakan. Bagaikan sebuah ruangan yang dipenuhi buku tanpa ada yang mencatat jumlah atau judul judul buku yang tersimpan disana. Akhirnya sebeerapa berhargapun buku itu jika tidak ada yang mengatur, membersihkan dan merapikan, mungkin dia akan terlupakan. Begitu juga dengan kenangan. Sejak kecil aku terbiasa menulis buku harian, terkadang dimasa kuliah aku masih mencoba mencari buku-buku yang dulu kugunakan dan menelusuri masa lalu dari sana. Sangat menyenangkan bisa menjelajah waktu tanpa pintu doraemon, menulis buku harian bukan pekerjaan yang dilakuakn oleh manusia berkepribadian melankolis. Menulis adalah mengabadikan kenangan, oleh karena itu aku menulis. Bahkan Pramoedya berkata, “ Even though no one admits it writer are leader in their communities “ memang benar penulis adalah seorang pejuang yang tidak menggunakan pedang untuk melawan lawannya. Aku tidak mengatakan diriku penulis, aku hanya seorang yang mencoba berbagi ceritaku kepada dunia dan terima kasih kepada Mark Zuckenberg. Meninggalkan pendapatku tentang tulisan, berhubung hari ini aku memperingati hari kelahiran maka aku juga akan menuliskan sejarah hari ini. Bagiku ulang tahun adalah “ awkward moment”. Aku tidak menunggu hari ulang tahun karena orang-orang akan membuatku kikuk. Ketika aku mahasiswa aku tidak pernah melemparkan telur atau tepung kepada temanku yang ulang tahun dengan harapan aku juga tidak akan diperlakukan seperti itu. Dan memang aku tidak pernah dilempar telur.Tadi malam aku mengerjakan tugas dan melihat ke jam, jam 12. Aku melihat tidak ada tanda-tanda teman-temanku akan mengucapkan selamat ulang tahun. Aku melanjutkan aktivitasku membaca beberapa cerita yang ku buat hingga jam 1 dinihari, kak Melda lewat BBM mengucapkan selamat ulang tahun lengkap dengan emoticon hati, bunga dan kue. Dia mengucapkan selamat ulang tahun dalam bahasa Korea (Karena aku selalu bilang akan menikah dengan Siwon), dia juga mengatakan harapannya untuk diriku yang masih seputar perkuliahan, visi dan juga TH (everyone talking about that), dan tak lupa dia juga menambahkan baru kali ini menggunakan bunga sebagai emoticon dan aku yang mendapat pertama kali. Kak Melda bagiku adalah seorang kakak yang hanya berusia 1 bulan lebih awal lahir ke dunia. Tetapi didepannya aku tetap seorang adik kecil, kami berada di usia yang sama tetapi aku lebih banyak bergantung kepada dia untuk banyak hal. Aku masih ingat ketika dia baru berduka karena kehilangan orang tua, 2 minggu sebelum ulang tahunku yang ke 22, mungkin karena dia sangat kesepian dia tinggal di rumah kos ku. Jam 2 dini hari aku mendengar suara rebut dan terbangun dan kulihat dia mempersiapkan kue ulang tahun, “ Maaf dek tadinya aku mau bangun jam 12 tapi ketiduran aku “ ucapnya. Itu salah satu kenangan ulang tahun terbaik yang aku punya. Betapa dia ketika masih berusaha untuk bangkit dari kesedihan masih mengingat untuk merayakan momen kelahiranku, that’s why I love her so much, that’s why I always tell her everything about my life ‘cause she always special in my life.            Aku masih menyempatkan menonton film sambil mengerjakan PR ku hingga pukul 03 dini hari lalu aku memutuskan tidur. Entah karena ulang tahun atau karena merindukan mamak, baru beberapa menit aku memejamkan mata aku seperti melihat mamak dan dia memanggilku, “ Ni “ ya orang tua ku dan abangku memanggilku dengan “ Ni “ berbeda dengan kebanyakan orang yang memanggilku “ Ran “, aku terbangun dan mengirimkan pesan terima kasih kepada mamak yang dibalas dengan kata –kata ucapan selamat ulang tahun dan beliau berkata belum memberikan banyak hal untukku. Orang tua ku adalah hal terbaik yang ku miliki di dunia ini. Setidaknya di dunia ini aku memiliki 5 orang yang mencintaku tanpa syarat, bapak, mamak, bang Domu, Akin dan Abed. Adikku juga mengatakan hal yang sama belum bisa memberikan apapun untukku, “ Selamat ulang tahun kakak sayang “ aku lebih mengharapkan itu. Di ulang tahun ke 22 adikku yang sedikit pendiam mengirimkan pesan untukku, “ Selamat ulang tahun kakakku sayang “ dan aku merasa ucapan itu lebih berarti dari kado apapun. Aku berharap dia akan selalu mengucapkan itu setiap tahun.Pagi hari aku saat teduh dengan renungan dari Daily Bread yang dikirim ketika ulang tahun. Mengikuti apa yang tertulis disana aku merenungkan perjalanku dan menuliskan surat untuk diriku sendiri. Memang kelihatan agak aneh menulis surat untuk diri sendiri, tetapi dulu aku sering melakukan ini dan aku menuliskan apa yang ingin ku capai di tahun mendatang. Aku memikirkan apa yang akan kulakukan dimasa mendatang. Memikirkan apakah aku akan hidup untuk diriku sendiri atau memberikan sebagian untuk orang lain.Kemarin aku dan Missi berbicara mengenai SM3T , mengapa aku ingin mengabdikan diri untuk daerah yang kolot? Apakah aku ingin terlihat keren? Berbagai kemungkinan yang mungkin akan menghadangku terutama dari orang tuaku, mengapa aku susah payah menjadi mahasiswa S2 ditengah segala keterbatasan dan masih memiliki mimpi untuk menghabiskan hari di kehidupan yang sulit. Maka aku sampai pada alasan bahwa setiap orang berkewajiban menghadirkan kehidupan yang layak bagi orang lain. Bahwa aku tidak memiliki hak untuk berbicara jika aku tidak melakukan apapun. Ketika nanti kehidupan tidak sejalan dengan yang ku inginkan paling tidak aku pernah memiliki mimpi itu dan aku akan mengerjakan hal lain yang mirip dengan mimpi itu (JIKA).Tidak satupun temanku di asrama Minshiung yang mengucapkan selamat ulang tahun. aku bertanya-tanya apakah mereka merencanakan sesuatu. Aku pergi dengan Siska sekitar pukul 16.00 ke Minshiung. Ketika melihat Siska aku bertanya mengapa tidak ada satupun dari mereka yang mengucapkan selamat ulang tahun dan Siska tertawa sambil bertanya apakah aku ulang tahun. Aku memang tidak lagi mencantumkan ulang tahun di facebook. Jadi aku percaya mereka lupa kalau aku ulang tahun hari ini, aku hanya tertawa. Sepulang dari Minshiung aku ada janji jogging dengan Missi, aku meninggalkan Siska yang di sedang di dapur menyimpan daging yang kami beli.            Setelah jogging di taman dengan danau kecil, aku bercakap-cakap dengan Misi yang mengeluh dia sedang lapar. Aku menanyakan beberapa hal sambil sit-up dan kudengar ada suara yang menyanyikan selamat ulang tahun. ternyata gerombolan dari asrama yang datang membawa kue ulang tahun. Ternyata mereka tidak lupa. Siska juga menyangka aku marah karena meninggalkan dia sendiri di dapur padahal aku buru-buru karena aku berjanji pergi jogging dengan Missi. Dan begitulah hari ini berakhir.
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar