Senin, 01 Juni 2015

Daun Jatuh Jangan Membenci Angin

29 April 2015 pukul 19:27
            Indonesia kembali mengeksekusi para pengedar narkoba di LP Nusa kambangan. Eksekusi kali ini juga diwarnai pro dan kontra dari masyarakat baik Indonesia maupun dunia internasional. Sejumlah kalangan juga “membujuk” presiden Joko Widodo untuk membatalkan eksekusi ini dengan alasan HAM dan para pelaku sudah bertobat. Aku sendiri merasakan dilemma dengan keputusan apapun. Masalah mencabut nyawa orang lain memang sangat berat karena memang tidak ada otoritas manusia untuk mengakhiri nyawa orang lain.
            Indonesia memang memberlakukan hukuman mati untuk beberapa kejahatan berat termasuk teroris dan peredaran narkoba. Sekedar informasi, ketika aku tiba di Taiwan, bandara Taoyuan di Taiwan, negara kecil ini juga menyambutku dengan kata kata,  “ DRUG TRAFFICKING IS PUNISHABLE BY DEATH IN R.O.C “. Indonesia bukan satu-satunya negara yang memberlakukan hukuman mati untuk pengedar narkoba, ada Singapura, Taiwan (Republic of China) dan Malaysia. Negaraku memang sedang dalam keadaan darurat narkoba. Peredarannnya bukan hanya di perkotaan tetapi sudah merambah ke pedesaan, bukan hanya dewasa melainkan juga anak-anak. Menurutku narkoba merupakan kejahatan yang sangat aktif dan beranak-pinak. Bagi pengguna narkoba selain melukai dirinya, dia juga bisa melukai orang lain. Maka singkatnya narkoba akan melahirkan tindakan kriminal lainnya, mulai dari kecelakaan lalu lintas (kasus Tugu Tani dengan tersangkat Afriyani Susanti), pembunuhan, pencurian dan perampokan.
                          Dunia internasional boleh berkoar-koar mengenai HAM tetapi apakah mereka peduli dengan generasi Indonesia yang sudah menganggap narkoba sebagai lauk di makanannya?
Presiden Joko Widodo juga pasti tidak memutuskan ini hanya dalam waktu satu malam. Beliau juga pasti mengalami dilema dalam memutuskan apakah beberapa orang ini harus dihukum atau tidak. Beliau juga manusia yang akan menanggung beban psikologis itu selama hidupnya, bahwa ada beberapa orang yang hidupnya harus berakhir di dunia ini hanya karena dia berkata “ Ya” mereka harus dihukum mati. Ini semata mata bukan hanya ingin membuat Indonesia ditakuti oleh negara luar seperti yang dikatakan komedian Inggris Russel Brand. Eropa bisa menyerukan HAM tetapi apakah mereka hidup di Indonesia, dinegara yang narkoba sudah dijual dalam bentuk cake atau cookies?
Presiden Joko Widodo tidak seperti itu, dia tidak perlu ditakuti, tetapi baginya Indonesia dan generasi yang akan datang sangat penting maka dia merelakan sebagian dari dirinya juga ikut mati bersama beberapa orang yang harus dieksekusi karena baik Jokowi dan mereka yang dieksekusi sama-sama manusia.
            Kita hanya bisa menuliskan catatan atau komentar di media sosial. Jika eksekusi dilanjutkan maka kita mengatakan pemerintah mengabaikan HAM dan jika tidak dilakukan kita mengatakan pemerintah takut dengan ancaman asing. Maka bagi kita pemerintah tetap salah terlepas apapun yang dilakukan.
            Mari kita melihat orang lain dibalik eksekusi ini, orang yang juga tersiksa dengan eksekusi ini : para algojo yang mengeksekusi para tersangka. Mereka juga akan membawa kisah ini sampai mereka mati. Kenyataan bahwa mereka harus membunuh orang yang mereka tidak kenal yang tidak melakukan kejahatan apapun kepada mereka, bahkan tidak bersentuhan dengan kehidupan mereka sebelumnya. Tentu saja ada beban psikologis yang harus mereka tanggung sampai mereka mati dan tentunya sebuah pertanyaan: Tuhan apakah aku bersalah melakukan eksekusi ini?
Apakah itu salah dihadapan Tuhan atau tidak hanya Tuhan yang tahu. Hanya saja demi ribuan orang yang harus hidup hokum memerintahkan beberapa orang yang bersalah harus dihukum. Hukum dibuat untuk mengatur dan memperbaiki tatanan hidup manusi.
            Jadi jika kedepannya kasus-kasus seperti ini terjadi aku akan menanggapinya dari status bang Rinto pagi ini tentang tanggapan seorang Eropa tentang hukuman mati di Indonesia. Jika kau berkunjung kesebuah negara dan kau sudah disambut dengan peringatan hukuman mati bagi pengedar narkoba dan kau tetap memutuskan melangkahkan kakimu kenegara itu dan melanjutkan kejahatanmu maka bukan pemerintah, bukan negara itu, bukan peluru yang membunuhmu, kau yang membunuh dirimu sendiri. Bahkan Tuhan memerintahkan manusia untuk menuruti hukum sebuah daerah dan mengusahakan kesejahteraan untuk tempat dimana kau tinggal. Tetapi jika hatimu masih berkeras mengapa kau menyalahkan penguasa untuk hukuman yang diberikan?
Aku berduka untuk mereka yang pergi tetapi hukum adalah hukum, mari patuhi agar kita tidak menempatkan orang lain dalam dilema atau tekanan sikologis. Kita harus menghargai nyawa kita dengan menghargai orang lain.

Deep condolences for them who were gone.. Rest In peace

Tidak ada komentar:

Posting Komentar