Selasa, 19 November 2013

oppung

Di hari pertama aku pindah ke rumah ini, aku sudah terganggu dengan kondisi oppung boru  yang sudah pikun.
Oppung mu ini sudah pikun, harap kalian mengerti “ begitu oppung doli memberi tahu kepada kami.
Ditinjau dari segi usia memangsudah sepantasnya kekurangan itu menjadi hal yang wajar untuknya.  Dan benar saja, baru satu minggu aku tinggaldi rumah ini dia sudah menanyakan margaku puluhan kali. Ketika aku pulangkuliah, ketika aku ingin ke kamarku atau ketika aku duduk menonton bersamanyadia selalu menanyakan perihal margaku. Dan aku juga sudah puluhan kalimenjawabnya dengan jawaban yang sama. Lumban Gaol. Begitu aku menyebut namakeluargaku. Sidikalang. Lanjutku menyebutkan daerah asalku.
“ Apakah di Sidikalang setelahlewat Sumbul ?” dia bertanya, rupanya dia sedikit tahu daerah Sidikalang.
“ Iya oppung “ jawabku kendati inibukan kali pertama, kedua bahkan ketiga dia menanyakannya. Hatiku harus kukendalikan agar tidak menjawabnya dengan jawaban yang tidak sopan. Kendatidalam hatiku aku sangat kesal.
“ Iya ada keluarga kami disanasebelum lewat sungai masuk ke sebelah kiri “ dia kembali menceritakan perihalkeluarganya yang bermukim di daerah Sumbul. Dan lagi-lagi ini bukan kalipertama oppung menceritkan perihal keluarganya itu. Bukan pula kedua atauketiga kali. Aku sangat bosan.
“ Boru apa kau ? “ dia bertanyalagi. Aku kesal. Sabar. Dia sudah tua dan pikun.
“ Lumban Gaol oppung  “ aku menjawab sambil menekan kedua kakiku kelantai. Aku berusaha untuk bisa menahan.
“ Sudah berapa kali kau tanyakandia “ oppung doli mengingatkan oppung boru. Aku pikir oppung doli tahu kalauaku sudah kesal dengan kepikunan oppung boru.
“ Hah sudah tua aku, sudah tidakingat apa-apa lagi. Ah apa yang tadi mau ku kerjakan “ dia kelihatan bingungdengan apa yang mau dikerjakannya selanjutnya. Kepikunannya memang benar-benarparah. Ketika berbelanja dia akan lupa barang yang akan dibelinya. Dia selalumenanyakan hal yang sama kepada orang yang sama setiap hari. Dia juga akanmenceritakan hal yang sama berulang-ulang.
“ Dulu ada pemuda yang jatuh dikamar mandi itu “ dia mengingatkanku untuk berhati – hati di kamar mandi denganmengisahkan cerita pemuda yang pernah jatuh di kamar mandi. Dan ini bukan kalipertama, kedua atau ketiga dia mengisahkan pemuda itu.
“ Nanti kalian akan rasakanbagaimana kalau sudah tua, kalian begitu tega membiarkan orang tua menyapurumah “ setiap hari dia akan cerewet karena tidak ada dari antara kami yangmenyapu rumah.
“ Aku tidak akan mau menyapu rumah,kau bayangkan saja aku sudah menyapu rumah dan dari belakangku oppung itumenyapu lagi. Aku tidak akan mau menyapu rumah lagi “  teman satu kamarku mengemukakan alasannya.
“ Memang oppung itu seperti itukak, sepuluh kali dalam satu hari menyapu rumah “ Kristin yang tinggal disebelah kamarku menimpali.
            Oppungmemang terkadang  menjadi menyebalkan.Aku juga sering diperlakukan seperti itu. Aku sudah menyapu rumah, bahkangagang sapu itu hampir patah karena aku menyapunya dengan sekuat tenagaku. Diaselalu menyuruhku untuk menyapu rumah dengan sekuat tenaga, “ kau harus menyapudengan kuat, tekan sapunya nanti tidak bersih nanti tertinggal-tinggal pasirnya“ ujarnya dan lagi-lagi ini bukan kali pertama, kedua ataupun ketiga diamengatakan hal itu.  Dia selalu menyuruhkumenyapu sekuat tenaga, tidak apa-apa kalau sapunya patah asalkan debu itu bisamenghilang dari lantai. Beberapa menit setelah aku menyapu sekuat tenaga diaakan menyapu ulang. Aku benar-benar kesal.
“ Kau memang sangatbaik, hanya kau yang selalu menyapu kau tidak membiarkan aku yang tua inimenyapu rumah. Semoga nanti kehidupanmu menyenangkan sampai kau tua “  begitu dia memujiku ketika aku menyapu rumah.Tanpa dia tahu sebenarnya aku menyapu hanya karena tidak tahan mendengar diamengeluhkan pinggangnya yang sakit setiap kali dia menyapu. Dia selalu meminta agar dia mati saja. Maka akukemudian mengingat puisi Chairil Anwar yang mengatakan “ aku ingin hidup 1000tahun lagi “. Puisi itu pasti dituliskannya sebelum dia berumur  50 tahun,.
“ Kos kalian ini sangat bersih “begitu komentar temanku ketika datang berkunjung.
“ Ya iyalah pemecah rekor sepuluh kalirumah ini disapu dalam satu hari “ ujar Kany.
            Akutidak suka menonton televisi dengan oppung. Dia selalu mengomentari apapun yangterjadi di televisi. Dia akan mengatakan kalau penyanyi korea (girlband) itu adalah perempuan yangtidak waras.
“ Mereka tidak memakai celana,perempuan mana yang tidak memakai celana ketikamenari“ komentarnya. Mira, cucunya yang sangat menggilai Korea hanya tersenyum bahkantertawa mendengar celotehan oppungnya.
“ Mereka memakai hotpants oppung, mereka memakai celana “Mira membela grup idolanya sedangkan aku hanya tertawa terkekeh mendengaroppung mengomentari girlband Korea sebagai perempuan yang tidak beres.
“ Mana celana namanya itu, celanadalam mungkin namanya itu, ditunjuk-tunjukkan yang tidak perlu ditunjukkan “aku semakin terkekeh.
“ Pintar – pintar kali lelaki inibernyanyi dan menari sangat bagus “ dia memuji lelaki Korea  yang menari dengan enerjiknya.
“ Suaranya juga bagus, mukanya itucantik, panjang mukanya “ oppung mengomentari boyband Korea. Oppung juga sering ikut bergerak ketika aku dan Miramenonton siaran musik Korea.Aku pernah mengatakan kepada oppugn bahwa pacarku adadi Korea Selatan dan bernama Siwon, oppung mengatakan terlalu jauh berhubunganseperti itu. Dan aku tertawa, aku pasti salah satu anak kos paling tidak sopandidunia ini.  Begitu juga ketika akupulang judisium dan oppugn menanyakan aku darimana “ martuppol oppung” jawabkudan oppugn percaya saja.
“ Jadi kausalaman tadi sama lelaki itu “ tanyanya lagi.
“ Iya oppugn “jawabku berusaha menahan tawa
“ Jadi kapanpestanya ?“ aku dan Parit tidak bisa berbohong lebih jauh lagi.
Begitulah oppung yang setiap hariselalu berhasil membuat aku kesal dan terkekeh.
            “Dimananya rumahmu di Sidikalang ?” dia bertanya lagi. Aku benar-benar sudahkehilangan kesabaranku. Ini bukan kali kesepuluh dia menanyakan itu. Aku tidakmenjawabnya lagi. Ku putuskan untuk berpura – pura tidak mendengar. Akubersenandung lagi sambil menyibukkan diriku dengan masakanku. Aku sudahmenghindari agar aku tidak memasak, menonton atau melakukan kegiatan yangmempertemukan aku dan oppung, tetapi terkadang tidak bisa ku hindari.
“ Sebelum sungai itunya, belok kiri? “ dia melanjutkan lagi.
“ Iya oppung “ aku menjawabseadanya walaupun arah yang dikatakan oppung tidak benar.
“ Oh adanya keluarga kami disanatinggal “ dia mengulang cerita yang sama lagi.
Lalu yang ku dengar selanjutnyaadalah cerita keluarganya yang tinggal di Sumbul. Dia mengisahkan mengunjungidaerah itu ketika dia masih muda.
            Soreini aku sedang memasak, opppung juga sedang memasak ditemani seorangkeponakannya yang juga sudah menunjukkan tanda-tanda umur yang sudah tidak mudalagi.
Keponakannya itu menanyakan margadan asalku.
“ Berarti lewat sungai itu masih ya“ dia menanggapi penjelasanku mengenai daerah asalku.
“ Iya namboru “ ujarku.
“ Tapi kau bilang kemarin sebelum sungai itunya“ tiba-tiba ku dengar suara oppung. Aku terdiam. Bagaimana oppung mengingatitu? Bagaimana dia tahu aku berbohong padahal ingatannya tidak beres? Bagaimana mungkin ketika aku berbohong dia mengingatasalku?
“ Kalau itu kenapa oppung ingat,tetapi marga dan tempat asalku sudah puluhan kali oppung tanya tetapi tidakpernah oppung ingat “ ujarku. Aku heran bagaimana dia mengingat ketika untukpertama kalinya aku berbohong karena sudah lelah menjawab pertanyaannya.
“ Dia sudah tua “ ujar keponakannya itu dengan mata yangmenyuruhku seakan berkata
Mengertilahwanita yang sudah tua itu.

#allthebestoppungborukos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar